•Reon The World 8•

6K 724 37
                                    

"Terkadang kesabaran lebih baik untuk menantikan suatu hal yang besar, daripada menikmati sesaat suatu hal yang kapan saja akan menghilang tanpa sebab."

•RTW•

Mulmed cast kang emosian.
Alias Sion

•Happy Reading•

Reon mengaduk makanan nya dengan tak minat, sedari tadi pemuda itu hanya termenung entah memikirkan apa. Reon berulang kali menghela nafas kasar karena bosan dan dilintasan pikiran nya tidak menangkap ide apapun.

"Gue pusing sat!" Reon hanya seorang diri tidak bersama siapapun, bukan nya masuk kelas pada jam pelajar Reon sebaliknya, pemuda itu malah bolos di jam pelajaran, sebenarnya tadi pagi Reon telat dan hampir ketahuan oleh guru, tapi untuk saja Reon dapat meloloskan diri.

Reon beranjak dari kantin mengisi satu lembar uang diatas meja, lalu melangkah keluar dari kawasan kantin. Reon mengambil tas nya dan meletakan dipunggung pemuda itu.

Reon berkeliling sekolah tanpa takut tersesat, jika tersesat pun Reon pasti akan mengatakan hal ini. 'Punya mulut 'kan? Kalau punya dipakai! ' maksud dari pemuda itu bisa menanyakan kepada orang lain yang ada disekolah ini.

Bruk

Reon terdiam mendengar suara benda jatuh, bertepatan dengan dirinya yang berheti didepan ruangan yang berpintu coklat. Reon mendongak keatas untuk melihat nama ruangan ini, selajutnya mata pemuda itu berbinar saat menangkap tulisan 'Ruang musik '.

Tanpa banyak berkata Reon membuka pintu tidak ada seorang pun yang Reon temukan kecuali satu makhluk berwarna oren yang terlihat ketakutan dengan kaki yang terlihat tak baik-baik saja.

Melihat hal itu Reon segera melepaskan asal tas milik nya mendekati sebuah piano dan kucing yang diatas nya sedang terlihat bersusah payah mengeluarkan kaki nya yang tersangkut disela-sela tus piano.

"Aduh, meow. Lo kenapa ada disini, telus kaki lo kenapa bisa teljepit?" Reon dengan bersusah payah mencoba mengeluarkan kaki Kucing tersebut sambil mengomeli sang Kucing, sedangkan Kucing itu tampak memelas.

"Lo, sih. Jadi, Kucing nakal benel, untung ada gue kalau  gak, gak tau lagi nasib lo nanti." Reon mengelus kaki sang Kucing yang telah berhasil diselamatkan oleh dirinya.

Cup

Setelah memberi kecupan kepada kepala sang Kucing, Reon mengangkat kucing nya tinggi-tinggi ke udara. "Kaki, meow masih sakit? Mau abang obatin?" tawar Reon melihat sang Kucing dan lagi-lagi pemuda itu memberikan kecupan manis kepada sang Kucing.

Tanpa Reon sadari ada dua orang yang memperhatikan tingkah Reon, salah satu nya melongo melihat interaksi Reon dan si Oren, sedangkan satu nya lagi menatap tajam sang Kucing, dan dibalas tajam oleh sang Kucing.

"Ayo,abang obatin dulu kaki nya, bial nanti bisa jalan." Ini lah Reon jika sudah menyangkut hewab kesukaan nya, maka sifat lembut yang jarang dirinya keluarkan akan dia tunjukan.

"Pelpect." Reon mengemas kotak P3K nya lalu ia masukan kembali kedalam tas, tak usah heran kenapa Reon menyiapkan kotak itu. Karena hal ini sudah menjadi kebiasaan Reon bahkan sejak ditubuh nya yang dulu.

Kucing Oren itu telah diperban, baru saja Reon kembali ingin mencium si Oren. Kucing itu telah terlebih dahulu mencakar wajah tampan seorang Reon. Cakaran tersebut sangat tajam sehingga menimbulkan bekas dan darah.

'Definisi tidak tahu terima kasih.'

Reon hanya terdiam tanpa mengomeli sang Kucing, pemuda itu mengambil ponsel dari saku celana nya dan berkaca dilayar ponsel itu. Reon menghela nafas melihat sang Kucing yang telah keluar, tapi setidaknya sang Kucing telah memberi salam perpisahan.

Reon Or Kareon || ENDWhere stories live. Discover now