Selama perjalanan Lila tidak henti-hentinya meneteskan air mata, memegang tangan Khafi,  menatap Khafi yang lemah di hadapan nya. Andai. Andai saja Lila tadi tidak sembarangan menyebrang mungkin Khafi akan baik-baik saja. Tapi Lila hanya bisa berandai-andai, nyatanya semua ini sudah terjadi.

Tak lama kemudian mobil Ambulans sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat petugas membawa Khafi ke ruang UGD, sementara Lila mengikuti dari belakang.

"Mba biar saya rawat luka nya. " Perhatian Lila seakan teralihkan begitu mendengar suara suster barusan. Dia baru sadar jika tangan sebelah kanan nya luka dan mengeluarkan banyak darah.

"Ah iyaa sus. Tapi saya minta obati lukanya di ruang tunggu depan UGD saja. " Pinta Lila.

"Iyaa Mba.. Silahkan tunggu sebentar. Saya akan membawakan obat nya. "

"Terima kasih Sus. "

"Sama-sama. "

Lila terus menatap nanar pintu ruang UGD tersebut. Hatinya benar-benar hancur, Lila tidak sanggup jika harus kehilangan Khafi. Lila akui bahwa sekarang dia mencintai Khafi bahkan sangat mencintai laki-laki itu.

"Yaa Allah selamatkan suamiku. " Gumam Lila pelan disertai dzikir. Untuk saat ini Lila merasa bingung siapa yang akan lebih dulu Lila hubungi.

Begitu selesai mengobati luka Lila, pintu UGD terbuka menampilkan seorang dokter pria berjalan keluar.

"Keluarga pasien? " Panggil nya.

"Saya dok.. Saya isterinya. Bagaimana keadaan suami saya. " Ucap Lila langsung menghampiri sang dokter.

"Untuk keadaan nya bisa dibilang sedikit serius, karena mata pasien sudah rusak dikarenakan batu dan pecahan kaca yang masuk ke dalam kornea mata pasien. Kemungkinan pasien menyalami kebutaan, namun untuk lebih jelas nya kita akan pantau setelah pasien sadar. " Jelas dokter membuat Lila membekap mulut nya rapat-rapat.

"Apa saya boleh menemui suami saya? " Tanya Lila.

"Boleh. Tapi setelah kami pindahkan ke ruang inap. "

"Baik dok. "

"Yasudah kalau begitu saya pamit. "

"Terimakasih dok. "

Baru selangkah Lila hendak melihat keadaan Khafi, tiba-tiba saja ponsel nya berdering. Tertera nama Nauval di sana, apa Lila beritahukan saja kepada Nauval?

"Hallo. Assalamualaikum Bang. " Ucap Lila begitu panggilan terhubung.

"Waalaikumsalam. Widih ucap salam sekarang. Eh dek, lu dimana? Tadi niatnya Abang mau ke apartment lu tapi pas Abang ngechat Khafi. Dia bilang lu lagi tinggal di Pesantren. Terus dia kirim alamat Pesantren nya, dan ini Abang mau jalan ke Pesantren elu, kangen Abang sama Adek Abang. " Ucap Nauval dari sebrang sana. Lila terdiam sesaat begitu suara Nauval terdengar olehnya.

"Bang Nau... " Ucap Lila dengan nada bergetar. Isakan itu kembali terdengar, rasanya Lila tidak sanggup menceritakan ini semua pada Nauval.

"Dek? Kenapa? Kenapa nangis? Jangan buat Abang khawatir! "

"Abang Gus.... "

"Abang Gus? " Tanya Nauval memastikan karena ia tidak tau siapa yang Lila maksud.

"Gus Khafi. "

"Khafi? Kenapa dia?! "

"Abang Gus kecelakaan, Bang Nau. " Dengan penuh isakan, akhirnya Lila bisa mengatakan nya.

"Hah?! Jangan bercanda dek! ngga lucu!! "

"Lila ga bercanda Bang Nau, kalo Abang ga percaya. Abang boleh ke rumah sakit dekat Pesantren. "

Bahtera Cinta Gus KhafiWhere stories live. Discover now