"Jika nanti kita hidup berjauhan, kau akan merindukanku?"

"Tentu saja."

Air mata Sera jatuh, dia memeluk Soobin bersama sisa-sisa kasih yang dia punya. Sekarang Sera kembali memeluk Soobin dengan segenap rasa sayang, juga rindu, sampai dia terisak.

"Ya ampun, kau masih saja suka menangis." Soobin tertawa saat mengusap pipi Sera, dia melirik sebentar pada Seokjin yang berdiri di sebelah Sera. "Dia memang hobi menangis," tambahnya, sebelum menjauh dan membiarkan Sera berada dalam rangkulan Seokjin.

Kedatangan mereka di kediaman Soobin disambut haru biru dan suka cita. Soobin awalnya canggung dan agak ngeri, di matanya Seokjin tampak terlalu mengintimidasi, dengan wajah datar nyaris dingin, bersama predikat sebagai salah satu orang terkaya di Asia, akhirnya bisa tertawa lega begitu Sera memeluk dan mengenalkan Seokjin dan Reeya sebagai keluarganya.

Istri Soobin, Liu Yifei, mempersilahan mereka masuk, diikuti senyum kaku sebab merasakan aura yang kelewat dingin dari sosok suami adiknya. Orang awam hanya mengenal Seokjin dari surat kabar; pengusaha berdarah dingin, diktator yang ditakuti para kompetitor. Ayolah, siapa yang tidak ketar-ketir didatangi taipan tersohor macam Seokjin? Soobin bahkan mengatur caranya bernapas agar tidak menyinggung.

"Maaf tidak memberitahu sebelumnya atas kunjungan ini," ucap Seokjin. "Sejak menikah kami belum pernah berkunjung, aku ingin mengenal keluarga istriku lebih dekat." Seokjin membungkuk sopan.

"Ah, tidak apa-apa." Soobin buru-buru membungkuk lebih dalam, sungkan bukan kepalang tanggung. Begitu terus sampai Yifei menahannya, begitu juga Sera yang menahan Seokjin untuk tidak membungkuk lagi.

Sementara Reeya yang mudah akrab dengan orang asing, sudah asik ngobrol banyak hal bersama putrinya Soobin, Shishi, kedua anak itu tidak begitu peduli dengan kecanggungan orang-orang dewasa di belakang mereka. Reeya menerima permen gudu (gula madu) yang Shishi berikan, agak ragu karena dia tidak boleh makan permen. Reeya melirik Sera, tersenyum lebar saat Sera mengangguk singkat.

"Terima kasih, tapi aku hanya boleh makan dua," kata Reeya, sopan dan halus.

Yifei beringsut ke dapur untuk menyiapkan makanan, Sera ikut membantu, meninggalkan Soobin dan Seokjin di ruang depan. Kedua pria itu duduk diam selama dua menit, sebelum Seokjin melirik foto-foto yang disusun dari ukuran kecil sampai besar, memenuhi dinding di belakang Soobin. Ada foto Sera saat usia remaja, berjejer dengan foto Soobin dan Yifei.

 Ada foto Sera saat usia remaja, berjejer dengan foto Soobin dan Yifei

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Ah, ini waktu Sera ulang tahun ke 14." Soobin memandangi foto di dinding yang dicat putih bersih. "Kami mengambil foto itu sehari sebelum Sera dibawa Daniel ke Macau, kami makan mie sampai kekenyangan. Sera hobi makan—"

Senyum Soobin kian lebar, maniknya berkaca-kaca. Seokjin ikut trsenyum, sebab sependapat dengan Soobin.

"Ya, dia memang suka makan."

Tuan Kim dan Sang PelacurDonde viven las historias. Descúbrelo ahora