Part 70 || Dia

1.1K 69 10
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mungkin iya, namun kurasa tidak

...

Hpl Melda adalah awal bulan Desember, ia sudah sering banyak di rumah di bandingkan keluar untuk sekedar membeli makanan.

Tatapan Melda sekarang tak seteduh dulu, tawanya juga tak semerdu yang dulu, ia sedikit berubah semenjak ia tau bahwa suaminya memiliki istri lain selain dirinya.

Ia tak menyalahkan siapa-siapa disini, karena menurut pendapat Melda dan Kesya, Reyhan adalah korban disini, namun buka begini caranya.

"Mel" Kesya menyenggol lengan Melda, karena sedari tadi ia melamun.

"Hah, eh Sya aku pengen batagor depan komplek" Rengek Melda.

"Iya gue beliin, tunggu sini" Kesya segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju depan komplek.

Ia segera mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.

"Oitt bro, ke indo kapan?"

"Apa si cil, ngapain?"

"Di sini lagi kacau"

"Kenapa?"

"Melda"

"Melda kenapa?"

"Lo ke sini makanya, gue kuwalahan buat ngehibur dia" Keluh Kesya.

"Gue urus jadwal dulu, beberapa hari ke depan biar di handle sama sekre gue, gue otw Jakarta sekarang"

"Sip"

"Btw, lo masih suka sama Melda ya?"

"Ngomong apa si lo"

"Ya siapa tau, orang lo suka sama Melda udah dari lama yakan"

"Gue matiin telfonya"

"Cinta menyatukan kita yang tak sama, dia yang mengadah dan kamu menggenggam" Goda Kesya.

"Adek sialan"

Sambungan nya terputus satu pihak, keluarga Melda belum ada yang tau soal ini, jika tau mungkin Melda sudah di bawa pulang ke Amsterdam jauh-jauh hari.

Melda hanya menunggu kejujuran dari Reyhan, hanya itu saja, setelah itu ia aka menerima segalanya.

Poligami itu tidak salah, yang salah adalah orang-orang yang berada dalam lingkup poligami yang tidak sehat.

Kesya pulang dengan sekantong batagor pesanan Melda, Reyhan sekarang sedang berada di RS untuk mengurus cuci darahnya Sandra.

Tadi pamitnya ia akan bekerja, namun nyatanya tidak, sampai sekarang Reyhan masih menutupi segalanya.

"Sya kalau semisal aku cemburu terus lempar piring di depan pintu kayak Aisyah, apa mas Reyhan bisa se sabar Rosulallah" Tanya Melda pada Kesya.

Kesya hanya diam kaku, Melda sering bercerita soal ini, namun Kesya tidak tahu pasti.

"Mel serius nanya begini ke gue?" Tanya Kesya memastikan.

"Ya enggak si ngomong doang" Jawab Melda.

"Agaknya lo makin gak waras deh Mell, aduh Meldaa" Kesya menarik Melda dalam pelukannya.

Sialnya gadis baik ini harus mengalami fase seperti ini dalam rumah tangganya.

"Gue jadi takut nikah" Lirih Kesya.

"Heh kenapa, gak semua laki-laki kayak gitu" Peringat Melda.

"Tapi takut"

"Itulah kenapa cari laki-laki yang mencintaimu karena tuhanmu ya, jangan karena fisik, kalau fisik berubah mungkin cintanya juga akan hilang" Ucap Melda.

"Tapi Reyhan"

"Jauh dari apa yang mas Reyhan lakukan di belakang aku, apa pernah dia sekali aja gak nganggep aku?"

"Gak pernah Sya"

"Inilah mas Reyhan, meskipun pada dasarnya dia memang salah, namun disini ia masih menjadi suamiku yang sama seperti dulu, manis, perhatian, dan tulus"

"Ya mungkin ini emang jalan aku yang harus aku lalui?"

"Yang kuat ya Mel" Kesya semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku akan terus kuat sampai ada suatu titik yang menyuruhku untuk mundur"

"Sayang Melda banyak-banyak" Ucap Kesya.

Melda bersyukur ia di pertemukan oleh gadis tengil dan bebal yang sangat tulus menyayangi nya layaknya seorang saudara.

Kai sudah siap-siap akan terbang ke Indonesia, perasaanya akhir-akhir Ini sedikit tidak enak, mungkin inilah penyebab nya.

"Melda udah punya suami jangan gini kai" Kai menepuk nepuk pipinya untuk menyadarkan dirinya sendiri.

"Gue bersumpah kalau Reyhan nyakitin kamu Mel, gue akan habisin dia bareng sama Jordan" Lirih Kai.

Memang, jika kita selalu berbuat baik, akan ada banyak orang yang berbuat baik juga dengan kita, banyak yang sayang dan juga peduli.

Jujur jika dia tidak berbeda agama dengan Melda, sudah jauh-jauh hari ia melamar Melda, ia sudah jatuh hati pada Melda jauh sebelum Reyhan datang ke Amsterdam untuk menempuh pendidikan.

Ia tak menyalahkan perbedaan mereka, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri mengapa bisa jatuh hati sedalam ini dengan seorang wanita muslim.

Surga yang terbagi [Completed]Where stories live. Discover now