Chapter 7 : Hukuman

255 59 5
                                    

"Semua terlalu hitam putih, sampai
Tak ada warna kebahagiaan sedikit pun"

******

"Aa panas, perih bajingan" teriak Milka, menjadi pusat perhatian seisi kantin, Kini kuas baso itu mengenai mata dan Rambut Milka.

"Lo duluan yang mulai Milka" balas Nayla, Aurel selaku antek antek Milka mendorong bahu Nayla dengan kuat.

"Gila lo Nay, lo gila" sementara Zihan dan Resti sebisa mungkin membersihkan wajah Milka dengan tisue.

"NAYLA, GUE UDAH BILANG JANGAN BERULAH!" Teriak Baskara yang tiba tiba datang kesana, wajah Baskara terlihat khawatir saat Milka merasakan perih akibat kuah baso yang ditumpahkan Nayla.

"Bas perih banget, tadi Nayla nampar gue" Nayla membulatkan matanya, Milka memang jago dalam sandiwara dan membulak balikan fakta.

"Gak Baskara, dia bohong, dia yang mulai duluan" gadis itu emosi nada bicaranya naik beberapa oktaf.

Baskara menghela napas kasar, mengepalkan tanganya kuat, seperti ingin meninju Nayla saat ini, namun laki laki itu sadar bahwa ini kantin.

"Baskara, lo lebih percaya sama dia dibanding gue?"

"Gak, gue gak pernah percaya sama lo, lo itu cuma pembawa sial Nay, sekali lagi lo sakitin Milka, lo harus berurusan sama gue" tekan Baskara sembari memberikan penekanan ditiap katanya.

Nayla ingin menjerit melupakan kekesalannya hari ini, baru saja Baskara bersikap manis terhadap dia, namun semua berubah dalam waktu secepat ini.

"PACAR LO ITU GUE, BUKAN MILKA!" Nayla mendorong kuat dada bidang Baskara, membuat laki laki itu menatapnya tajam.

"LO MATI AJA MIL SANA! HIDUP JUGA GAK GUNA" kini tangan Nayla meraih rambut Milka, lalu mendorong bahu nya keras.

Baskara mendorong tubuh kecil Nayla, hingga gadis itu tersungkur kelantai.

"GILA LO NAY, TUNGGU GUE NANTI!" ancam Baskara, dengan langkah sigap Baskara membawa Milka pergi dari kantin.

"Kasian pacarnya lebih mentingin orang lain" itu suara Aurel disusul dengan tawaan dari Zihan.

*****

Nayla memandang dirinya dalam cermin besar ditoilet sekolah, wajah putihnya tak semulus dulu, bekas tamparan bercampur dengan luka robek yang diberikan mamahnya kemarin.

"Nay lo kenapa?" itu suara Maya, teman satu angkatan dengan Nayla.

Nayla membalikan badan, lalu menggelengkan kepalanya "Gue capek, capek banget!" lirih gadis itu seolah tak mengerti dengan alur hidup menyakitkan ini.

"Lo dipanggil sama bu Lintan, disuruh keruang BK karena udah bikin Nayla kesakitan" ucap Maya, Nayla dengan sigap melangkahkan kakinya keluar dari toilet.

Nayla menghampiri ruang BK, disana ada Milka yang duduk dihadapan bu Lintan, dan juga ada Baskara yang Setia menemani gadis itu.

"Sekarang lo jago ngadu ya, malah bulak balikin fakta lagi!" gadis itu tertawa kecil, sedangkan Milka terdiam seolah dia paling tersakiti disini.

"Udah jangan buat keributan, Nayla jelaskan kenapa kamu buat keribuatan, terus kamu nyakitin Milka, Milka bilang kamu yang memulai, bahkan ibu sendiri gak nyangka kalau kamu sekasar ini" tekan bu Lintan, membuat Nayla memutar bola matanya malas.

"Bukan saya bu, tapi dia yang mulai" balas gadis itu melirik tajam Milka yang sedang ditenangkan oleh Baskara.

Milka mulai membuka suara "Dia yang mulai bu, dia tiba tiba datang ke bangku saya, terus nampar saya, bukan cuma itu dia juga numpahin kuah baso kerambut saya hiks, kalau ibu gak percaya ibu bisa tanya sama Zihan, Aurel, dan yang lain, ya kan Bas?"

Baskara mengangguk setuju.

"Apa benar seperti itu Nay, keterlaluan kamu!"

"Bukan kejadianya gak kaya gini bu"

Bu Lintan menatap Nayla tajam "Tapi banyak saksi disini Nay, termasuk Baskara"

"Terserah bu, karna gak akan ada yang percaya sama saya!" Nayla menyerah, kini pandangannya beralih menatap Baskara yang menggengam tangan Milka erat.

"Selama jam pelajaran kamu saya hukum bersihin toilet" putus bu Lintan, membuat senyum licik diwajah Milka terbit disana.

Terlihat wajah Baskara begitu khawatir terhadap Milka, laki laki itu sampai rela menemani Milka keruang BK, dilain hal tak ada sedikitpun rasa khawatir untuk Nayla.

"SILAHKAN KAMU BISA KELUAR DARI RUANG INI, LAKUKAN TUGAS KAMU!"

*****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi, Nayla terlihat kelelahan setelah menjalankan hukuman yang seharunya tidak dia dapat.

Sinar matahari begitu terik, Nayla menunggu seseorang datang dan mengantarnya pulang, namun gadis itu melihat tak ada lagi harapan, ia harus jalan kaki kali ini.

Milka dan Baskara melewatinya begitu saja dengan motor, tak lupa Milka melingkarkan tanganya diperut Baskara, sambil menyandarkan kepalanya dipunggung laki laki itu.

Baskara selalu saja begini, Nayla dapat menghitung hanya beberapa kali Baskara mengantarnya pulang, tidak seperti Milka yang tiap hari diantar jemput oleh Baskara.

Dari sorot mata Baskara, Nayla dapat melihat bahwa laki laki itu mencintai Milka, tapi kenapa Baskara malah menjadikan dia pacar? bahkan laki laki itu dulu berjanji akan selalu ada untuknya tapi itu hanya omong kosong karena hati Baskara sudah terikat hanya untuk Milka.

Nayla mengepalkan tanganya kuat, berjalan diantara panasnya matahari siang, tak ada lagi Danu yang biasanya mengantarkan gadis itu pulang, Danu menghindar, Danu marah.

"Danu lo hindarin gue ya!" gumam gadis itu.

Satu satunya orang yang ia butuhkan kini seolah lenyap entah kemana, hanya Danu yang ia butuhkan untuk bersandar.

Pikiranya kembali bergulat, ia sudah setuju dengan tawaran Baskara untuk jalan bersamanya malam ini, ada rasa sedikit takut, Nayla takut kecewa pada akhirnya, lagi.

Sampai ponsel hp nya bergetar, menandakan pesan yang masuk dari Baskara.

Jangan lupa nanti malem, gue jemput jam 8 dirumah lo.

"Semua terserah lo Baskara, terserah" gadis itu memasukan kembali hp dalam dalam saku seragam.

Kadang Nayla tak mengerti dengan sikap Baskara yang seperti ini, Nayla hanya ingin istirahat, bukan menyerah.












Hi guys Asalamualikum!

Jangan lupa vote and komen oke!
See you on next Chapter!

Dear Baskara [End]Where stories live. Discover now