Chapter 16 : Kita dan Luka

402 57 6
                                    


Happy Reading♡

Nayla sudah sadar, meskipun badan gadis itu masih hangat dan belum sepenuhnya pulih, entahlah tapi yang ada dipikirannya hanya ada Baskara.

"Gue anterin lo pulang ya?" tanya Danu, namun Nayla hanya menggelengkan kepalanya, Nayla hanya tidak ingin terus terusan merepotkan Danu, dan Nayla tahu Danu sibuk harus kerumah sakit.

"Gak usah, minggir" Nayla menerobos tubuh Danu yang menghalangi jalannya, gadis itu masih butuh penjelasan soal Danu dan Baskara yang ternyata saudara tiri.

Melihat itu Danu tersenyum getir, tangannya menahan Nayla untuk pergi "Kenapa lo gini Nay, gue ada salah?" tanya laki laki itu, namun Nayla masih tetap diam.

"Lo gak pernah jujur Danu, kalau lo sama Baskara saudara!" Nayla menepis tangan Danu, "lo Anggap gue apa sih?" Jelas ada kekecewaan dimatanya.

******

Baskara masih terbaring lemah disana, bahkan dia harus melakukan operasi kecil dibagian kepalanya yang terbentur cukup keras, Papa dan mama masih Setia menemani disana.

Rasa khawatir masih terus memenuhi pikirannya, hal buruk seolah takut terjadi pada Baskara, Papa jelas sangat mengkhawatirkan anak semata wayangnya.

Suara pintu ruangan dibuka, menampakan seorang dokter yang sepertinya menangani Baskara, dokter itu tersenyum memandang keluarga Baskara seolah membawa kabar baik.

Hamid lantas bangkit segera menghampiri dokter itu dengan segenap perasaan takut dan gelisah "Gimana sama keadaan Baskara dok?" Tanya nya, berharap dokter memberikan kabar baik.

"Alhamdulillah Baskara sudah sadar pak" ucap dokter itu, hamid lantas tersenyum dan mengucapkan jutaan rasa syukur.

"Apa disini ada yang bernama Nayla, tadi Baskara terus menyebut nama itu" Tanya sang dokter, Hamid hanya bungkam, Nayla adalah gadis yang disalahkan atas kejadian kecelakaan ini kemarin.

"Saya harap bapak dan ibu bisa memenuhi keinginan Baskara agar kondisi nya cepat membaik" saran dokter itu, kemudian pergi dari sana untuk menangani pasien lainnya.

Seorang gadis datang kesana sendirian dengan berbalut seragam sekolah dan jaket yang terikat di pingul nya, untuk menutupi bagian roknya yang sobek.

"Tante Baskara gimana?" tanya Nayla takut takut, mama Siska hanya diam kemudian menepuk bahu nayla pelan.

"Baskara pengen ketemu kamu katanya" senyum kecil terukir diwajah cantik Nayla, saat mama Siska mengatakan itu.

"cepetan masuk!" Nayla langsung masuk keruangan Baskara, tatapan nya langsung tertuju saat melihat Baskara dengan mata terbuka sedang menatap langit langit, Nayla hanya tersenyum kemudian menangis.

Kedua tatapan itu beradu dalam jarak dekat, mata hitam Baskara beradu dalam mata hazel Indah Milik Nayla.

Perlahan tangan Baskara terulur menggapai tangan Nayla, satu tetesan air mata jatuh dari sudut mata laki laki itu.

Laki laki itu mencium punggung tangan Nayla beberapa kali, sampai pada akhirnya membawa Nayla kedalam pelukannya, Nayla seolah kembali ke rumah singgah ternyaman miliknya.

Dua insan manusia dengan sejuta luka, menumpahkan sejuta perasaan yang tak dapat lagi dijelaskan rasanya, bahkan hingga detik ini Baskara tidak pernah sadar bahwa dendam itu berubah menjadi Cinta.

Mungkin karena waktu dan rasa yang mulai terbiasa, Baskara menghapus jejak air mata Nayla yang begitu menyakitkan, lalu tatapannya tertuju pada wajah Nayla yang terlihat tidak baik baik saja.

"Jangan tinggalin gue Nay" Ucap Baskara lemah, Nayla menggelengkan kepalanya, hatinya seolah teriris saat melihat separuh hidupnya seperti ini.

"Aku gak akan kemana mana Baskara" Nayla bersimpuh di hadapan Baskara, dengan deraian air mata yang turun tanpa diperintah, lalu tangannya mengusap hidung mancung Baskara dengan lembut.

"Gue cuma takut lo gak lagi bernapas, bahkan gue gak baik baik aja saat lo kaya gini" Ucapan Nayla sukses membuat Baskara terdiam, betapa jahatnya perlakuan Baskara dulu yang lebih mementingkan Milka dibanding dia, mungkin karena Baskara terlalu ingin membalaskan dendam itu dulu.

Tapi sekarang perasaan itu seolah hilang, dendam itu hilang karena hadirnya sebuah cinta, bahkan hingga detik ini Baskara hanya ingin tetap bersama Nayla.

"Lo kenapa babak belur gini Nay?" Tanya Baskara perlahan tanganya menyentuh luka itu.

Nayla menggelengkan kepala seolah mengatakan bahwa dia baik baik saja "Gue gak papa cuma luka kecil"

"Nay?" suara itu terdengar sangat berat namun menyejukan.

Nayla tersenyum kecil  "Iya Kenapa Bas?"

"Saat gue bilang gue cinta sama lo, gue gak pernah pura pura"

Baskara kembali menyandarkan kepala Nayla dalam pelukan hangatnya, rumah ternyaman itu akhirnya kembali, rumah yang di penuhi air mata kini seolah berubah menjadi rumah singgah paling bahagia, dan kini Baskara singgah untuk sungguh.

Sampai pada akhirnya pintu ruangan itu terbuka menampakan Danu yang menyaksikan pelukan hangat itu, Danu tersenyum getir bersamaan dengan perasaan sesak yang hadir, seolah tak sanggup lagi menopang kakinya untuk berdiri.

Harapan yang dia buat kini patah, senyum itu pudar hanya sesak lalu kembali ke titik awal bahwa dia harus sadar diri Nayla tidak pernah mencintainya.

Danu hanyalah orang asing yang selalu ada disisi Nayla ketika gadis itu terluka, dan ketika Nayla kembali menemukan kebahagiaannya dengan Baskara, Danu seolah dilupakan.

"BAHAGIA TERUS KALIAN" Bisik Danu pelan sekali, tak ada yang mendengar, ketika Nayla bahagia itu rasanya sudah cukup.

Danu tidak ingin egois, dia hanya meminta kebahagiaan Nayla dan itu sudah terpenuhi, perihal memiliki biar Tuhan yang mengatur semuanya.

******

Danu berjalan dilorong rumah sakit sendirian, walaupun hatinya dilanda kegalauan, hanya bisa tersenyum lalu menyaksikan hujan yang turun di malam ini.

"Ngeliat lo bahagia sama Baskara itu udah cukup buat gue Nay" Ucap laki laki itu pelan, sembari menyentuh air hujan itu.

"Gue gak pernah minta lebih, kalau lo udah bahagia izinin gue pergi jauh ya?" laki laki tak mampu lagi menahan bendungan air matanya, lalu setetes demi setetes air mata itu turun, penuh luka.

Mama Siska datang menghampiri Danu disana, wanita paruh baya itu tersenyum kearah Danu, Danu hanya diam dari sorot matanya Mama siska bisa tahu bahwa anaknya sedang dilanda patah hati.

"Kamu kenapa hm?" Tanya nya tanganya mengusap rambut Danu yang sedikit basah.

Danu tersenyum getir, isakan terdengar jelas disana "Kenapa aku gak pernah dikasih kesempatan buat bahagia ma?" tanya laki laki itu yang langsung mendapat pelukan hangat dari Siska.








.

Bersambung....

Dear Baskara [End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat