14

720 173 17
                                    

Rasanya aneh.

Seorang wanita menangis sangat keras di sampingnya dan biasanya itu selalu membuatnya risih,

Tapi kali ini tidak.

Dia malah ingin ikut menangis tapi dia tahan dengan menutup telinganya dan memejamkan matanya rapat-rapat.

Tidak, ini hanya mimpi. Ini pasti mimpi

"Sakura."

Dirinya tersentak ketika seseorang menepuk bahunya dari samping, kepalanya menoleh dan mendapati Naruto yang menatapnya sendu.

"Temui ayahmu untuk terakhir kalinya."

Kepalanya menggeleng, merasa ucapan yang keluar dari mulut sepupunya itu adalah omong kosong di siang hari bolong.

Nafasnya jadi tercekat dan dia kesulitan untuk menelan air liur nya sendiri.

"Ta-tampar aku Naruto, aku pasti sedang tertidur di tempat latihan karena ayahku melatihku se-selama 4 jam tanpa berhenti." Dia dengan cepat mencengkram lengan atas sepupunya itu dengan semangat, menatap Naruto dengan mata penuh harapan.

"Sakura a-"

"Ya benar! Ayah melatihku dengan gaya bertarung baru selama 4 jam! Dia, dia membanting ku! Tubuhku pasti lelah, dan aku pingsan!" Ucapannya makin melantur, sampai sampai dia tidak sadar bahwa air matanya sudah keluar dari kedua matanya.

"Kumohon Sakura ka-" Suara Naruto sangat lirih tapi itu malah membuat Sakura mengoyang-goyangkan bahu Naruto.

"Ya Naruto! Tampar Aku!"

"AYAHMU SUDAH MENINGGAL SAKURA!"

Nafas Sakura yang tadinya tergesa-gesa kini perlahan melemas, cengkraman pada bahu Naruto mengendur dan dengan lemas kedua tangannya itu jadi tergeletak di atas paha sepupunya itu

"Tidak Naruto, ayahku hanya pergi membeli soda setelah latihan." Lirih nya yang tanpa sadar mencengkram celana Naruto dan memejamkan matanya, membuat air matanya semakin deras turun.

"Dia, dia hiks, dia tidak mungkin tertabrak truk dengan supir yang mabuk hiks hiks, ayahmu punya insting yang kuat hiks, dia, dia." Rasanya kesulitan untuk berbicara dengan tangis ini, tenggorokannya sakit dan dahinya juga sakit karena alisnya yang terus mengerut.

"Lalu apa yang kau harapan? Ayahmu mati karena tertembak? Mati di medan perang? Atau kecelakaan pesawat seperti jendral pada umumnya?" Naruto berkata pelan dengan mata sendu yang terus menatap Sakura.

"Jangan hanya karena ayahmu jendral, kau bisa menebak dia mati keren layaknya pahlawan. Tuhan punya rencananya sendiri, Sakura." Tambahnya lagi sambil dengan perlahan menarik sepupu itu ke pelukannya.

Apa yang dilakukan Naruto, membuat Sakura akhirnya menangis kencang setelah 1 jam lamanya ia menahannya.

Dan siapapun yang mendengar tangisan wanita 20 tahun ini, pasti akan ikut menangis bersamanya.
.

.

.

"Tanganmu gemetar." Sakura menoleh dan mendapati Naruto dengan kacamata pelindung berdiri di samping nya. Pria berambut jabrik itu memandang tenang sasaran Sakura sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku melakukannya untuk melampiaskan emosi, bukan mengasah kemampuan." Ujar Sakura malas sambil melepaskan kacamata pelindung nya lalu melempar benda itu beserta pistolnya.

"Sudah lima bulan, dan kau masih emosi?" Sakura berdecak sambil menatap tajam sepupunya itu.

"Kau kira ayahmu akan senang dengan kau yang membuang membuang waktu ini?" Sakura dengan cepat mencengkram kerah baju Naruto lalu menariknya kasar.

SHARP EYESWhere stories live. Discover now