9

1.3K 279 23
                                    

Itachi membuka pintu itu kasar, tangannya gemetar ketika membukanya. Nafasnya memburu dan mata nya menatap sang ayah tajam dan juga tidak menyangka.

"Kau.." Desisnya tajam yang hanya ditatap tenang sekaligus datar ayahnya itu.

"Kau membuatku membunuh keluarga ku sendiri!" Bentaknya sambil memukul sebuah loker kecil yang berada di dekat pintu.

Tangannya yang memang sudah bergetar kembali berdenyut ketika ia meninju loker itu, tapi dia tidak peduli atau bahkan tidak merasakan sakit sama sekali.

Beberapa menit yang lalu, ketika dia memutuskan untuk kabur dari neraka ini. Seseorang yang merupakan salah satu keluarga Uchiha diam-diam berada di mobilnya untuk mencelakakan ya.

Itachi tak tahu, dia tidak tahu bahwa orang yang memakai masker itu adalah keluarga Uchiha yang diperintah ayahnya, alhasil dia dengan dalih membela diri menusuk leher orang itu dengan pena yang dilengkapi pisau.

"Mukade-san, kau sengaja menyuruhnya." Tambahnya lagi ketika mengingat wajah orang yang diperintah ayahnya tadi.

Mukade, pengasuh nya dan Sasuke dulu. Orang yang adiknya sayangi karena orang itu selalu menemaninya ketika dirinya sendiri tidak bisa. Masih teringat di ingatannya ketika pria tua itu tersenyum padanya dengan air mata dan juga darah yang mengalir, tangan hangat pria itu mengusap pipinya dan mengatakan 'tolong lindungi tuan muda Sasuke' sebelum nafasnya terhenti, membuat perasaan bersalah dan juga marah datang disaat bersamaan.

"Turutin ucapan ku." Ayahnya merespon dengan tenang. Tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukannya.

Itachi merapatkan rahangnya, menahan diri. Mencoba untuk tidak kelepasan dan juga menyebabkan situasi bertambah buruk. Dia dengan cepat mengambil sebuah amplop coklat di atas meja dan mendekatkan dirinya pada wajah sang ayah.

"Ini yang terakhir atau aku akan membunuhmu."
.

.

.

.
Sakura menahan langkahnya ketika akan masuk ke ruangan divisi. Dirinya berhenti karena melihat sang kapten yang sedang membolak-balik dokumen di mejanya dari jendela. Dirinya melihat jam tangannya dan dahinya mengerut ketika melihat jam. Masih pukul 6 pagi, kenapa sang kapten datang sepagi ini? Dirinya sendiri datang lebih pagi karena ingin menghindari kapten sebentar untuk berfikir, tapi sepertinya itu tidak mudah.

Setelah menghela nafas dan juga meyakinkan diri sendiri, dia dengan mantap membuka pintu ruang divisi dan mata Onyx itu langsung menyambut kedatangannya.

Dirinya berdeham untuk menghilangkan suasana canggung ini, dia dengan perlahan membungkukkan kepalanya dan mengucapkan selamat pagi dengan pelan, dia lalu dengan kikuk berjalan menuju mejanya, matanya masih engan menatap sang kapten yang mungkin masih menatapnya.

"Lupakan apa yang terjadi kemarin, anggap saja itu adalah tes mu seperti sebelumnya." Sakura menoleh, menatap sang kapten yang ternyata tidak sedang menatapnya. Mata onyx itu sedang fokus pada beberapa foto dan juga dokumen di tangannya dengan segelas kopi disampingnya.

Sakura mengigit bibir bawahnya, mencoba memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu seperti kaptennya ini.

"Aku minta maaf, aku keterlaluan." Gumam Sakura yang membuat atensi Sasuke beralih padanya. Sasuke menatapnya tenang seperti biasa dan Sakura meneguk ludahnya sendiri ketika di tatap seperti itu.

"Semua akan terselesaikan dan juga baik-baik saja, jangan terlalu memikirkan kejadian kemarin." Sakura tak lama menarik sudut bibirnya ke atas, tersenyum kecil ketika sang kapten mengatakan itu. Sasuke yang melihatnya hanya mendengus lalu kembali pada pekerjaannya.

SHARP EYESWhere stories live. Discover now