"Eh, ada Arsen dan teman-temannya! Ayo sini masuk Mami udah bikin makanan banyak!" ajak Mami dengan tersenyum lebar.

Arsen memasangkan sebuah kalung dengan liontin kupu-kupu berwarna biru kepada Lino. Arsen juga memakai kalung liontin kupu-kupu berwarna merah.

"Hadiah buat kamu," bisik Arsen dengan mengecup pipi Lino.

"Ehem, ayo masuk mesra-mesraan nanti saja!" tegur Mami Lino.

Mereka akhirnya masuk ke dalam dengan semangat. Waktu terus berjalan dengan cepat dan itu membuat Lino juga Arsen mengetahui sifat masing-masing.

***

Setelah kejadian makan bersama malam tadi. Lino langsung tidur di kamarnya bersama Arsen.

Ia merasa kasur dengan mengerutkan keningnya. Ia mulai membuka matanya dengan ekspresi wajah kebingungan.

"Babi lagi-lagi gue di tinggal!" gerutu Lino dengan muka masam.

Ia menatap ke samping yang menunjukkan pukul 7 pagi. Ia menghela napas dengan merenggangkan ototnya.

"Capek banget mau bogan tapi ... nanti nggak bisa liat ekspresi wajah mereka," ucap Lino dengan menghela napas panjang.

"Kenapa hari ini harus senin?! Semoga kepala sekolah dapat hari senin terus!" lanjut Lino dengan suara keras membuat teguran dari sang adik.

Akhirnya Lino segera mandi dengan cepat asal tubuh basah. Setelah itu ia membuat semua buku paket dan tulis agar tidak ribet.

Ia juga membuat dasi dan topi ke dalam tas. Ia menggerutu antara kesal dengan dirinya atau Arsen bahkan ke dua orang tuanya juga pergi tanpa mengucapkan selamat pagi.

"Mika kita makan di kantin!" seru Lino dengan menarik tubuh sang adik.

Setidaknya ia mempunyai adik yang satu frekuensi dengannya. Mereka berdua segera pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Mereka sampai sebelum 5 menit upacara di mulai. Namun, mereka sudah berkumpul di lapangan.

"Sial! Udah baris!" geram Lino dengan muka masam.

"Mika lo tahan kalau nggak makan? Kalau nggak lo bolos aja sana," lanjut Lino dengan menatap wajah sang adik. Memang kakak yang sangat sesat dan itu membuat sang adik menyukainya.

"Kak tadi gue bawa roti. Ini lo sambil makan aja," ucap Mika dengan menyodorkan roti.

"Thanks gue pergi ke barisan dulu," ucap Lino dengan berjalan pergi.

Lino berjalan dengan santai bahkan mengucapkan kata-kata yang membuat para murid heboh. Saat sambil makan ia juga mengancing bajunya.

"Yang di sana cepat masuk barisan!"

Lino hanya mengangkat tangannya dengan memberikan jari jempol. Namun, sebelum itu ia minum dengan air yang dulu belum di buka sama sekali.

"Loh, tumben lo mau upacara?" tanya Lino dengan mengerutkan keningnya. "Pegang makanan gue, dong."

"Seharusnya gue yang tanya lo gitu bambang!" seru Adya dengan memutar matanya.

"Yang di sana kenapa panggil bapak?!"

"Nggak, Pak! Bapak salah denger kali!" dalih Adya dengan cengengesan.

Lino hanya bisa menahan tawanya dengan membenarkan seragamnya. Akhirnya upacara segera di mulai.

Namun, tidak dengan Lino yang masih asyik makan roti miliknya. Ia melakukannya dengan berhati-hati agar tidak ketahuan para guru maupun anggota OSIS.

"Lama banget, njing!" gumam Lino dengan memutar matanya.

"Baru mulai astaga. Lo banyak bacot, ih. Diam aja dulu nanti lo ketauan guru kalau ngomong," bisik Adya dengan memutar matanya.

"Lo juga ngomong babi! Emang minta di gorok, nih!" gerutu Lino dengan suara pelan.

Lino hanya menggerutu sedari tadi. Salah satu penyebabnya karena lelaki itu jarang ikut upacara dan sering masuk uks.

Lino berdiri di sini hanya satu tujuan. Kemudian hingga tiba waktunya pengumuman.

Ia mulai merapikan pakaiannya dengan tersenyum lebar. Namun, harapannya hilang saat namanya tidak di sebut.

"Tia dari kelas XI IPA 1 mendapatkan juara 1 pidato bahasa inggris. Selamat dan di harapkan maju!"

Lino yang geram pun mulai mengangkat tangannya. "Pak segitu, doang? Nggak ada yang lain gitu?"

"Iya, memangnya ada apa lagi?"

"Bapak nggak nonton berita?" tanya Lino dengan muka cemberut.

"Tidak, sudah diam!"

"Kecewa saya, Pak! Pilih kasih banget mentang-mentang saya anak nakal!" seru Lino dengan menggembungkan pipinya.

Tiba-tiba ada salah satu guru yang menunjukkan ponsel. Kepala sekolah mulai menatap Lino dengan tersenyum lebar.

"Farellino Bramasta maju!"

"Dari tadi seharusnya, Pak!" seru Lino dengan maju ke depan.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Beh, Lino hampir aja di lupain 🤧
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now