38. TWO FACED

10.1K 1K 29
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

Arion merasakan jantungnya berdebar-debar. Matanya menajam dengan pikiran mulai terbuka. Antara David dan Aro tidak ada yang lebih berbahaya. Mereka.. mereka sama mengerikan. Dia terjebak dalam lingkar kehidupan dua alpha utama.

Anak itu semakin merasakan sepi ditinggal sendirian di tepi sungai. Dia kembali berjongkok kali menatapi stik es krim pemberian Aro dengan curiga. Matanya bergerak awas menghitung-hitung rencana selanjutnya. Tidak boleh gegabah.

🦴

"Kamu seperti remaja," cibir Santua sambil menebas semak hutan membuat jalan.

David di sebelahnya hanya melengos tidak peduli. Sudah dua jam mereka memasuki hutan mengikuti jejak feromon Arion. Feromon Arion yang sedang heat amat mudah menjadi petunjuk jalan sekaligus membuat David resah. Bagaimana jika ada orang lain yang tertarik dengan feromon matenya.

"Kekanakan, cemburu saja sampai sebegitunya," tambah Santua lagi.

David sadar dipenuhi penyesalan. Di kantong nya ada sebuah kertas lecek bertuliskan Arion мой. Dia tentu tidak bermaksud menyerang Arion dan menandai anak itu paksa. Tidak. Namun rasa posesif itu terbangun ketika Arion juga diinginkan alpha lain.

Dia.. hanya ketakutan. David hanya tidak tahu harus apa dengan ketakutan itu sementara Arion tidak bisa dia klaim secepatnya.

"Coba dong, cemburu itu ditahan. Jadi orang tuh rasional, berfikir positif. Lagipula Arion mau selingkuh sama siapa coba? Paling Vinnales doang," lagi-lagi Santua mencibir.

James melirik memperingatkan.

''KENAPA MATAMU MAU AKU COLOK BEGITU HAH?!! Memang benar Vinnales itu gatal. Kamu harus mengikatnya, bila perlu dirantai saja sekalian. Kemarin saja masih mencoba menemui David di kantor, dasar gatal. Untung bukan omegaku, huh!'' jika saja Santua bukan sahabatnya, James bersumpah akan merobek-robek mulut maha jujur itu.

Tapi tenang saja Santua. Vinnales sudah terkapar seminggu di tengah ranjang dengan lelehan sperma setiap hari. Itu hukuman yang cukup berat. Tubuh omeganya yang mulus penuh mark telanjang di dalam kamar. Dia tidak bisa berjalan bahkan hanya untuk merangkak.

''Aah~ aku jadi merindukan Olliva, sedang apa ya dia? Pasti dia juga sedang merindukanku,''keluh Santua sambil menebas ranting sebesar lengan di sampingnya.

''Jika tidak mengikuti si bodoh David aku pasti sudah memeluknya sambil tidur,''Santua melirik sinis kepada orang yang dimaksud.

"Kamu bisa diam tidak?" balas David akhirnya. Dalam hati, dia juga menyumpahi mulut sahabatnya yang seperti nenek-nenek.

''Kamu sudah mencari tahu siapa orang yang mendekati Arion?''kali ini James mengambil topik.

David menghela nafas dan kali ini menyadari beberapa tanda-tanda di hutan ini.''Ya..''

''Dan dia amat dekat rupanya,''bisik kecil hati David semakin membuat tidak nyaman.

Mereka terus berjalan sambil membabat semak pakis dibawahnya. Karena ladang pakis setinggi lutut yang cukup menyulitkan. Sebagai perlengkapan mereka membawa satu ransel besar berisi makanan, minuman, pakaian, jaket tebal, sepatu, dua senter, air mineral, bahkan big size tent camp. Semua itu David ambil untuk Arion. Dia khawatir anak itu kedinginan di dalam hutan karena baju dan celananya yang tipis tadi. Selain itu mereka terburu-buru agar jejak Arion tidak semakin jauh.

Butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk David sadar dan itu memakan waktu. Sekarang matahari sudah tenggelam di barat. Suara binatang hutan riuh rendah dan jangkrik bernyanyi menjadi musik malam.

Mate: David and Arion (END)Where stories live. Discover now