14. CONFESS

19.3K 1.9K 25
                                    

Dukung author dengan vote 🥺

Author Point of view

Arion menatap bingung pada supir yang memarkirkan mobil di gedung sekolahnya.

"Kenapa ke sekolah?" Tanya Arion sambil merunduk menyembunyikan diri. Dia kan sudah tidak masuk sekolah berhari-hari, apa kata teman-temannya nanti?

"Mr. Grant memperbolehkan anda untuk masuk sekolah hari ini sebagai salam perpisahan," Paul- supir pribadi David selama di sini berkata dari balik kemudi. Arion termenung karena ternyata David memikirkan ini.

"Dan anda tidak perlu menunduk seperti itu Mas Arion. Kacanya terlihat gelap dari luar." Tambah Paul yang membuat Arion salah tingkah lalu memperbaiki posisi duduk.

"Saya akan menjemput Mas Arion jam 4 saat pulang sekolah lalu langsung menuju bandara. Segala keperluan anda sudah disiapkan, di sana" bocah itu terpukau dengan aksen bahasa Paul yang lancar padahal dia orang asing.

Namun Arion memikirkan calon suaminya. "David gimana?" Arion menunduk

"Mr. Grant akan menyusul di bandara begitu sudah siap," jawab Paul.

Sekarang jam 10 pagi. Sejak David pergi meninggalkan Arion sendirian di kamar, Arion belum melihatnya lagi. Mungkin pria itu lebih dulu ke kantor untuk bekerja. Ya, lagipula hidupnya kan harus bekerja tidak mungkin mengurusi bayi Arion yang super nakal itu saja.

"Uhm Ok. Terima kasih kalau begitu," Arion keluar dari mobil dengan gugup. Dia menatap gapura sekolahnya yang megah. Tempat dimana dia makan, tidur, mencontek pr, dan sedikit belajar ini akan segera ia tinggalkan.

Arion yang biasanya memakai seragam putih abu sekarang berdiri mengenakan baju bebas tanpa tas. Dia merasa asing dan berbeda karena sudah bukan bagian dari sekolah ini lagi. Tanpa sadar Arion mengehela nafas.

"Mas Arion," Anak itu menengok ke Paul yang melongokkan kepala dari jendela mobil. Arion pikir mobil sudah pergi sejak tadi.

"Semangat!" ucap supir itu tersenyum.

🦴

Karena sekarang jam istirahat maka Arion menuju kantin. Selain mencari Mika, dia berencana melunasi hutangnya pada beberapa ibu kantin yang berbaik hati (walau dalam hati mengomel) membolehkan Arion mengambil lontong, menambah nasi, dan extra es selama dia sekolah. Jika tidak ada mereka Arion akan kelaparan sepanjang hari seperti mayat hidup di sekolah.

"Makasih ya Bu, ini saya bayar hutangnya. Kalo lebih, buat Ibu aja gak pa-pa" kata Arion sopan

"Wah kamu punya uang ya Rion? Masih licin nih, wangi lagi, ini bukan haram kan?" Wajar Bu, masih licin dan wangi kan baru dicairin langsung dari bank. Ingin sekali Arion mengapresiasi Ibu kantin dengan jepretan karet nasi di bibir misalnya.

"Hati-hati aja Bu itu uang ngepet soalnya, ya bukanlah dong," Arion tetap mempertahankan senyum kesopanan. Beberapa siswa terkikik geli.

"Yaudah deh saya percaya. Eh kamu seminggu ini kenapa gak masuk sekolah? Kemana?" Arion ini selain dikenal sebagai omega laki-laki yang istimewa juga dikenal suka menghutang, tidak menghutang sehari dia langsung dicari.

"Diculik alpha," tebak siswa perempuan di sebelah Arion, sepertinya dia beta.

"Ketemu mate dia Bu," seorang siswa laki laki mengikik geli diikuti tawa yang lain.

"Paling kamu lagi heat ya hahaha," goda Beta laki laki lain tertawa jahil.

"Sayang banget kalo kamu udah punya mate, primadona sekolah kita satu persatu taken," ucap pemuda berkacamata yang Arion pikir beta.

Mate: David and Arion (END)Where stories live. Discover now