46. THE PAST

7.5K 804 58
                                    

Dukung author dengan vote 🥺 terimakasih

Author Point of view

Arion 5th y.o

Seorang pria dewasa dengan wajah kusut dan penampilan berantakan terisak menangis di bangku taman. Hatinya masih pilu menyadari matenya meninggal tertabrak mobil di depan mata kepalanya sendiri. Dia hampir gila semingguan ini. Tidak, dia memang gila.

Separuh jiwanya sudah pergi, hidup bersama siapa dia di dunia ini? Pria itu kembali menjambaki rambut frustasi. Kenangan singkat mereka saat bersama membayang di pelupuk mata seolah kaset rusak.

Matenya seorang omega laki-laki muda berusia 17 tahun bernama Keenan, begitu cantik dan manis. Dia menemukannya di kota ini satu bulan lalu. Pria itu kembali mengerang terisak memukuli dada dialah yang menyebabkan matenya meninggal.

"Keenan.."pria itu mengelus selembar kertas foto dimana mereka sempat berfoto bersama. Dia sungguh amat menyesal kenapa ini satu satunya foto yang dia punya. Dari sekian banyak kenangan kenapa hanya satu lembar saja yang mereka dapatkan.

"Keenan.."pria itu terisak memeluk foto di dada.

"Maw es klim?"

Sebuah lengan kecil yang menyodorkan sebungkus es krim cokelat membuat pria itu terdiam. Dia melirik ke sampingnya menemukan bocah laki-laki kecil dengan wajah imut sedang menjilat-jikat batang es krimnya sendiri.

"Maw es klim?" tanya bocah itu sekali lagi.

Tidak mendapati jawaban pria itu, bocah ini malah duduk di sebelahnya dan menaruh es krim yang dia sodorkan tadi di tengah-tengah mereka. Pria alpha dengan ras kaukasia itu masih menatapnya tidak mengerti.

Arion kecil berjalan membawa dua buah es krim cokelat menuju bangku taman. Wajah gembulnya yang ceria disukai semua orang. Pria dewasa yang menangis itu sudah menjadi tontonan orang-orang di taman ini.
Arion pikir Paman itu sedang bersedih jadi dia akan memberinya es krim. Semua orang suka es krim, Paman itu akan merasa senang.

Arion tersenyum manis mendapati pria itu masih menatapnya. Tidak kuat dijejali gula, pria itu mengalihkan wajah dan menyusut ingus. Dia gengsi sekali menangis di depan anak kecil.

"Paman, kenapa menangis?" Arion kecil menusuk-nusuk telunjuknya ke lengan pria itu.

Pria itu terdiam lama berkali-kali menghembuskan nafas menguatkan diri sebelum menjawab,"Istriku meninggal,"

Arion yang sedang menjilati es krim berhenti sejenak. Mengerutkan kening tidak mengerti, "Meninggal? Apa itu meninggal?"

"Dia pergi selama-lamanya,"

Suara pria itu bergetar dan air mata meluncur dia kembali menyembunyikan wajah dengan tangan posisi menunduk terus menangis tergugu.

Arion masih tidak mengerti, pergi selama-lamanya kemana? Kenapa tidak dikejar saja, menyusul? Paman ini punya ongkos kan? Namun anak itu memilih diam dan mengelusi punggung Paman itu. Berharap tangan kecilnya membuat pria ini lebih baik.

Mendapati elusan di punggungnya pria itu malah menangis semakin deras. Apalagi yang menenangkannya adalah seorang bocah kecil lucu. Pria itu hanya merasa terus-menerus sedih dan terasa kosong.

Sebuah tangan kecil menyentuh jemarinya yang menutupi wajah. Dari sela jari, pria itu melihat bocah tadi berdiri di hadapannya berusaha mencukil jari-jari. Pria itu semakin menutupi wajah karena malu.

"Buka, aku mau lihat,"kukuh Arion.

"Tidak," kata pria itu menjauhkan wajah.

"Buka!"

"Tidak akan,"

"Buka, buka, aku mau lihat!" Arion kecil menyerang pria itu dengan naik ke pangkuannya. Tujuan utamanya adalah melepas tangan pria itu dari wajah.

Akhirnya karena malas berkelahi dengan anak kecil, pria itu mengalah dan membuka wajahnya. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah orang-orang yang antusias menonton mereka.

Pria itu lalu menatap bocah laki-laki kecil di pangkuannya yang tersenyum puas. Tiba-tiba dia ingin sekali menarik melar pipi gembulnya. Apalagi mulutnya yang belepotan es krim cokelat meluber sampai ke pipi.

"Kalau begitu aku saja yang menjadi istri Paman,"

Wow.

Pria itu langsung terpukau dengan mata cantik Arion. Menghipnotisnya seolah pusat dunia di sana. Bocah kecil yang cantik, manis, dan begitu gemas. Pria itu merasakan jantungnya seolah hidup kembali.

Benar-benar hidup kembali.

Pria itu memeluk si bocah dan harum feromon menyeruak langsung ke dalam hidung. Wangi sekali dan rasanya dia hampir mabuk. Dia hampir mabuk karena feromon bocah ini mirip dengan milik istrinya. Feromon yang membuatnya jatuh cinta. Feromon yang sudah tiada, namun kembali hadir bisa dia hirup sepuasnya.

Bisakah dia memiliki bocah ini?

"Mau ikut bersama Paman, adik kecil?" pria itu langsung bertanya tepat di mata. Mata bocah ini cantik sekali.

Anak lelaki dengan mata polos itu menggeleng,"Gak maw. Aiyon hawus sekolah di sini,"

''Siapa? Aiyon?''

''Aiyon!''bocah itu melonjak dalam pangkuan.

''Arion maksudnya?''pria dewasa tadi mengusap ek krim yang belepotan dengan telaten.

''Nah iya Aiyon,''

Yang dewasa ngalah sajalah.

Pria itu tersenyum teduh dia lalu mengelus pipi gembul itu rasanya begitu kenyal dan seperti squishy. Selanjutnya seolah melupakan masalah pria itu bermain-main dengan pipi Arion sementara bocah itu cemberut.

"Jangan tarik pipi Iyon, nanti sakit gigii," ucap bibir kecil lucu itu.

"Mau jadi istriku?" tanya pria itu mengelus kepala Arion sayang dan bocah di pangkuannya.. mengangguk. Satu kesalahan fatal yang akan mengubah masa depannya. Jika dengan menjadi istrinya Paman ini dia tidak menangis lagi maka Arion mau.

"Kalau begitu kamu akan menjadi istriku," dia mengecup dahi Arion sayang. Arion tersenyum lebar karena senang.

Memang, jadi istri itu apa?

🦴

Dukung author dengan vote terimakasih

Mate: David and Arion (END)Where stories live. Discover now