2. TALKING

28.9K 3K 98
                                    

Dukung author dengan vote 🥺

Arion Point of view

Setelah adegan opera sabun tadi, maaf maksudnya mating. Aku hanya linglung saat dibawanya keluar minimarket. Alwin dan temannya yang mendengar keributan juga tidak bisa berbuat apapun. Aku juga bisa merasakan feromon lelaki ini alpha yang mana dominan dan tidak suka dibantah.

Tangannya menekan punggungku lalu melingkari bahuku. Memberikan tanda bahwa dia disampingku. Sentuhan pertama kami.

Aku baru tersentak sadar saat digiring menuju mobil. Aku menggeleng mundur dan menunjuk kursi minimarket. Dia setuju duduk disana. Samar aku mendengar perintah pria ini kepada asistennya untuk membatalkan jadwalnya selama 3 hari. Entah, mungkin jadwal kerja. Pertama kali aku mendengar suaranya, suara dalam khas laki-laki dewasa. Aku meremang.

Di sinilah kami sekarang.

Aku gelisah menggigiti kuku, kebiasaan burukku. Aku masih gemetar, berdegup kencang, dan tidak bisa berfikir. Jariku mengetuk ngetuk meja di sebelahku sedangkan kakiku sesekali bergerak. Intinya aku shock. Bertemu dengan mate di hari ulangtahunku yang ke-17.

Cepat sekali.

Setelah mating tadi, aku dan siapalah pria ini yang ternyata mateku duduk di kursi depan minimarket. Aku menolak untuk langsung diajak masuk mobil. Dia bilang ingin mengajakku ke rumah.

Pria ini, terhitung setengah jam tadi tidak pernah berpaling dariku. Catat, tidak pernah berpaling. Entah dia berkedip atau tidak. Dia terus memperhatikan aku. Aku? Aku mematung tegang duduk di sebelahnya. Bernafaspun perlu berhitung. Lebih menarik memperhatikan lalu lalang kendaraan di depan jalan sana.

Aku sama sekali tidak memprediksi akan bertemu mate hari ini. Tapi kenyataannya memang hari ini, setengah jam yang lalu. Kami mating. Tengkuk yang tadi terasa panas mulai normal.

Pria ini datang memakai setelan kantor. Terlihat dewasa dan dominan itu penilaianku yang pertama. Dilihat dari manapun dia lebih cocok menjadi ayahku. Bahkan dia lebih tua dari ayahku!

Di sebelahnya berdiri laki laki entah asisten atau wakilnya yang selalu menunduk dan sigap dengan gerakan pria di sebelahku. Mereka memakai mobil yang terparkir tidak jauh. Aku tidak tau jenis apa tapi mobil itu terlihat classy.

"Aku David, kamu bisa memanggilku Dave,"

Aku tersentak karena diajak bicara. Tadi lamunanku sudah jauh memikirkan teori bumi datar.

"Ee.. Uhm. Aku Arion.. Rion," entah mengapa aku menunduk hormat padanya mungkin spontan karena dia tua dan berwibawa. Tidak, tidak mungkin aku mengatai mateku sendiri tua, maksudku dia terlihat dewasa.

"Senang bertemu denganmu Arion," aku tidak menatapnya tapi aku bisa merasakan dia tersenyum mengatakannya.

Grep

Aku menengok ke arah tanganku di meja yang sedari tadi sibuk bersuara- mengetuk ngetuk. Berhenti bergerak. Tangan pria bernama David itu disana. Menggenggam tanganku. Sentuhan kulit kami yang pertama. Tiba tiba tenggorokanku kering.

Dia kemudian beranjak berdiri. Aku yang kaget mengikuti gerakannya. Mata kami bertemu. Lensa biru yang teduh, David menatapku tersenyum lembut. Aku memalingkan wajah ke samping.

Sebentar.. kenapa aku harus menghindari tatapannya?

Aku baru sadar kembali saat disodorkan kotak susu besar 1 liter dengan sedotan. Ada juga plastik belanja yang aku lihat isinya belanjaanku tadi yang belum sempat dibayar juga beberapa makanan ringan tambahan. Plastik ini besar dan penuh.

Aku sudah tersenyum lebar, terkekeh kekeh. Akhirnya aku bisa makan snack dan susu. Ini buatku semua kan? Lalu susunya! Jujur saja ini susu kesukaanku ya ampun. Biasanya, karena hemat aku hanya membeli yang kecil itupun seminggu sekali. Sekarang aku punya dua kotak susu besar.

Aku langsung membuka susu kotak, menaruh sedotan disana, lalu memasukkannya ke mulutku. Aliran cairan susu masuk ke tenggorokan.

Aku tidak bisa menahan senang. Aku sangat suka susu. Ya ampun. Terimakasih Tuhan.

Tanpa rencana pandanganku bertemu dengan David. Dia tersenyum geli melihatku. Masa bodo, aku suka susu. Aku juga tidak menepis tangannya yang mengusak rambutku.

🦴

Dukung author dengan vote 🥺

Aku dengan menyedot susu dan plastik belanjaan di tangan mengajak David ke rumahku yang berada di belakang minimarket-terletak di pemukiman padat penduduk. Dia menyuruh asisten yang kuketahui bernama Hiro merangkap sekretaris pribadi David untuk langsung ke kantor. Sekretarisnya pergi menggunakan taksi meninggalkan mobil di pelataran minimarket.

Karena padat penduduk walaupun di jam kerja tapi pemukiman kami tidak pernah sepi. Selalu saja ada aktivitas. Bergosip, mencari kutu, bermain kartu. Namun keramaian itu lengang ketika aku dan David melintas.

Sepanjang berjalan di gang setiap tetanggaku tidak berkedip melihat kami. Tubuh tinggi tegap dan setelan jas mahal David tampak mencolok di lingkungan kami. Satu dua ibu-ibu tersenyum berbisik-bisik geli. Aku mendengar mereka menyebut mate samar.

"Cieee rion udah ketemu mate. Mau diajak ke rumah yah? Mau (づ ̄ ³ ̄)づ yah? " aku mengusap wajah kasar geli sekaligus malu punya tetangga seperti Mba Mila. Dia membuat gestur ciuman dengan tangannya.

"Rion selamat ya udah mating. Tiga bulan lagi bisa nih (づ ̄ ³ ̄)づ. Wah enak iki jodoh ne wong gedhe yo," aku tersenyum kikuk membalasnya. Pura pura iya sajalah.

Aku melirik David dia juga menanggapi dengan kikuk tapi aku yakin dia tidak mengerti apa yang tetanggaku bicarakan. Dasar bule.

"Aku tinggal sendirian disini,"

Kami tiba di rumahku yang mungkin disebut David gubuk reyot. Aku melihat dari pantulan kaca rumahku, dia kasihan dan miris. Yah mau bagaimana lagi, aku kan miskin.

Rumah ini hanya punya 2 ruangan. Satu ruangan berisi tempat tidur dan tv kecil, aku juga biasa makan disini. Satu lagi kamar mandi yang airnya saja coklat. Aku saja jarang mandi di rumahku. Aku biasanya menumpang mandi di sekolah, minimarket (jika tidak ada bosnya), atau pembilasan umum.

David melihat semua itu. Aku menunjukkan kehidupanku padanya. Omega miskin, tinggal sendirian, dan tidak terurus. Aku menunduk, malu dengan apapun ekspetasinya.

Tapi kurasakan genggaman lembut di di jariku, David menggoyangkannya. Satu tangannya mengelus rambut kepalaku, mengusaknya.

"Aku akan membahagiakanmu mate," David menghadiahi aku kecupan di pucuk kepala. Ciumanku yang pertama. Mempersempit jarak kami dan menariku ke dalam pelukannya. Merengkuhku sepenuh hati. Bisa ku dengar detak jantungnya di balik jas tersambung ke telingaku.

🦴

Sabtu, 4 Desember 2021

Dukung author dengan vote 🥺

Mate: David and Arion (END)Where stories live. Discover now