"Thanks Pak ketos kapan-kapan gue traktir lo," ucap Lino mengakhiri panggilan telepon.

Lino menggoyangkan tangannya dengan menyeringai kecil. "Gue nggak nyangka, loh. Bu ketos lo jahat juga, ya?"

Tia menatap tajam. "Kalau marah sama Ray jangan bawa nama gue."

"Kak Tia kok lo ngomong gitu?!" protes Ray yang terlihat tidak terima.

Lino tertawa terbahak-bahak dengan bertepuk tangan. Ia menatap rekaman layar di dalam ponselnya dengan tersenyum puas.

"Kak Arsen tersayang ... aku nunggu di luar, ya? Nanti kamu bilang ke Mama karna ada sesuatu yang aku bilang," ucap Lino dengan mengedipkan matanya.

"Kebiasaan," ucap Arsen dengan tersenyum tipis.

***

Lino melambaikan tangannya dengan tersenyum manis. Ia melihat wajah Arsen yang terlihat capek padahal seharusnya lelaki itu sudah santai di umur yang sekarang.

Arsen memeluk tubuh Lino. Para murid seketika tercengang. Mereka masih sadar diri untuk tidak iri dengan ke dua pasangan sempurna itu kecuali Ray.

"Capek," lirih Arsen dengan menutup matanya.

Lino melepaskan pelukan Arsen. "Kamu mau langsung pulang atau ke tempat yang aku tuju."

"Ikut kamu," jawab Arsen seadanya.

"Ayo!" seru Lino dengan menggenggam tangan Arsen.

Ke duanya sama-sama mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Sesekali mereka balapan motor untuk menghilangkan rasa bosan.

Mereka sudah sampai di salah satu bangunan yang di datangi cukup banyak orang. Arsen menatap Lino dengan ragu.

"Ayo masuk dan aku mau ngomong di dalam," ucap Lino dengan cengengesan. Arsen seketika merasa gemas hingga mencubit pipi sang kekasih.

Saat di dalam bangunan beberapa orang mulai menyapa Lino. Arsen semakin tidak yakin dengan hal ini.

"Hai, Lino. Bagaimana sudah siap untuk minggu depan?"

"Iya, Sabeum. Lino akan terus latihan dan membanggakan negara kita," ucap Lino dengan tersenyum lebar.

Arsen menatap ke arah Lino dengan tatapan tidak suka. Lino meringis kecil lalu mengenalkan Arsen kepada pria di depannya.

"Jadi ini tunangan kamu yang sering di ceritakan?"

"Iya, Sabeum. Ganteng bukan? Oh, jelas dong!" seru Lino dengan tersenyum manis.

"Haha, iya. Sekarang cepat latihan sebelum malam."

Lino hanya mengangguk pelan. Ia hanya mengiyakan saat di perintahkan untuk latihan.

Arsen hanya diam menatap Lino yang latihan. Ia sesekali bertepuk tangan tidak semangat untuk bereaksi karena keadaannya agak capek dan bingung dengan keadaan.

"Tunangan kamu itu sangat hebat. Dia sudah latihan dari umur 4 tahun."

Arsen hanya tersenyum tipis. Ia kembali menatap Lino dengan senyuman manisnya.

"Sabeum nggak cerita macam-macam kan?" tanya Lino dengan memicingkan matanya.

"Haha, tidak. Sabeum hanya cerita kamu latihan dari kecil hingga sekarang."

Lino hanya tertawa kecil. Kemudian memeluk tubuh sang kekasih, tetapi justru mendapatkan penolakan.

"Kamu sembunyikan sesuatu," celetuk Arsen dengan memicingkan matanya.

"Kalian selesai masalah saya pergi dulu."

Lino menatap Arsen dengan cengengesan membuat lelaki itu tambah kesal. Ia berdehem kecil tidak tahu menceritakan dari mana.

"Kamu tau bukan aku ini atlet taekwondo jadi sering latihan. Lalu sebulan yang lalu aku di tawari untuk ikut lomba di Korea Selatan. Jadi ... aku terima dan ... lomba itu satu minggu lagi," ucap Lino dengan menggaruk tengkuknya.

Arsen menghela napas panjang. Kenapa Lino tidak menceritakan hal ini lebih awal hampir saja ia mengetahui dari orang lain.

"Siapa aja yang tau?" tanya Arsen dengan mengerutkan keningnya.

"Cuman Mika soalnya aku tuh sering lupa kasih tau yang lain. Itu pun Mika tau karna latihan di sini juga," ucap Lino dengan tersenyum canggung.

"Kebiasaan kamu," ucap Arsen dengan mengacak rambut Lino.

"Hehe, sorry namanya juga manusia!" seru Lino dengan tersenyum manis.

"Jangan di ulang," ucap Arsen dengan mengecup kening Lino.

"Iya sayang ..."

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Mau lomba ternyata 😃
Double up😍
Lanjut!

Ardian S2 (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ