BAB 19 : Lamaran

5.6K 304 20
                                    

••• Happy Reading •••

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

••• Happy Reading •••

“Will you marry me?”

Gia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Selain Gibran dan Gabby ternyata sudah ada Giovanni, Vanilla dan juga Sean tengah memperhatikannya.

Pandangan mata Gia kembali tertuju pada Gabriel yang tersenyum dan menunggu jawaban darinya.

Gia bimbang? Tentu.

Di satu sisi Gia bahagia Gabriel melamarnya tapi di sisi lain Gia teringat akan ucapan Sean yang mengatakan Sean belum siap melepasnya. Ya, diantara keluarganya yang menyaksikan lamaran Gabriel padanya, hanya Sean lah yang terlihat sedih dan tidak siap dengan ini.

Gia tak menyangka Gabriel akan melamarnya malam ini.

Vanilla menggenggam erat jemari Sean. "Sayang, kamu masih belum siap melepas Gia?"

Sean tak mengatakan apa pun. Siap tidak siap Gia sudah di lamar oleh seorang yang dicintainya. Ia tidak boleh egois dengan menuruti kata hatinya. Sudah saatnya Gia bahagia dengan seseorang yang dicintainya dan mencintainya.

"Sayang." Saat Vanilla kembali menatapnya, Sean tersenyum. Baiklah... ia siap melepas Gia untuk Gabriel.

"Yes, i will," jawab Gia membuat Gabriel tersenyum lebar dan yang lainnya bersorak gembira.

Gabriel menyematkan cincin berlian itu di jari manis Gia kemudian mendaratkan kecupan di sana kemudian bangkit berdiri kemudian memeluk Gia.

Sean dan Vanilla tersenyum hangat melihat betapa bahagianya raut wajah Gia di lamar oleh pujaan hatinya. Begitu juga dengan Giovanni yang tak menyangka, perjalanan cinta adik bungsunya akan semulus ini. Beruntungnya, Gia dipertemukan dengan orang yang tepat yang benar-benar tulus mencintainya.

***

"Jadi, kamu ngilang tadi karena untuk ini? Untuk bunga, cincin dan juga kembang api?"

Gabriel menganggukkan kepalanya. "Aku ingin memastikan yang terbaik untuk lamaran malam ini."

Gia tersenyum bahagia. "Aku semakin mencintai mu, Gabriel Xander."

Gia memeluk erat Gabriel dan Gabriel membalas pelukannya.

Gia mengurai pelukannya. Ia mencurigai seseorang terlibat dengan kejutan ini.

"Kak Gio tahu hal ini kan? Maksud aku, dia bantuin kamu untuk..."

Gabriel menganggukkan kepalanya. Giovanni mendukung penuh keputusannya kala Gabriel mengutarakan keinginannya melamar Gia di malam tahun baru.

"Kak Gio," gerutu Gia. "Pantesan aja sikap dia malam ini tuh aneh banget, ternyata dia—"

"Aku yang minta dia supaya merahasiakan ini dari kamu," sela Gabriel seraya merapikan rambut Gia.

"Udah malam, cepetan masuk kamar gih sebelum aku..."

Behind Your Smile [COMPLETED]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz