BAB 11 : Pembohong!

7.4K 392 15
                                    

••• Happy Reading •••

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

••• Happy Reading •••

Sambil fokus menyetir dalam perjalanan menuju kantor, berkali-kali Gabriel menggelengkan kepalanya dengan menggumamkan kata tidak. Ya, Gia tidak se-spesial itu dihatinya. Mereka hanya sebagai teman dan partner bisnis semata. Jika project yang tengah Gia kerjakan rampung, ia dan Gia mungkin tidak akan bertemu lagi. Itu yang semalam ia katakan pada Darren.

Gabriel menepikan mobilnya kala melihat Gia tengah bercengkrama dengan seorang pria di depan minimarket, tempat dimana para muda-mudi bersantai dan berbincang-bincang santai.

Gabriel memicingkan matanya. Gia dan pria itu terlihat dekat satu sama lain. Terlihat jelas keduanya saling melempar tawa.

"Dia, siapa?" Gabriel merogoh ponsel di saku celananya kemudian menghubungi Gia.

"Hai, kamu udah di kantor?" tanya Gabriel setelah Gia menerima panggilan telepon darinya.

"Aku lagi otw kantor nih. Nanti siang aku baru ke proyek. Kamu juga..."

Gabriel mengakhiri panggilan teleponnya begitu saja.

"Pembohong!" gumamnya kesal lalu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Gia mengernyitkan dahi bingung. Tidak pernah sebelumnya Gabriel mengakhiri panggilan teleponnya begitu saja tanpa mengucapkan ucapan manis dan konyol seperti biasanya.

"Gy, gue lanjut ke kantor ya," pamit Gia seraya bangkit dari duduknya. Sudah lumayan lama juga ia dan Egy mengobrol.

Setelah saling melambaikan tangan satu sama lain, Gia melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang terparkir. Ia memang tengah dalam perjalanan menuju kantor tapi ia mampir ke minimarket sebentar untuk membeli kopi instan. Dan tanpa di duga ia bertemu Egy, teman baiknya kemudian berbincang-bincang sebentar dengan Egy.

Gia pamit pergi ke kantor dan Egy juga pergi karena ada urusan lain.

***

Berkali-kali Gia mengecek ponselnya. Biasanya sebelum jam makan siang tiba, 15 menit atau 30 menit sebelum itu, Gabriel tak pernah absen mengirimkan chat mengingatkan agar supaya ia tidak telat makan siang. Dan terkadang Gabriel mengajaknya makan siang. Tapi ini? Tidak ada satu pun chat masuk sedari pagi setelah pagi tadi Gabriel meneleponnya.

"Apa dia sibuk banget ya sampai-sampai nggak balas chat aku?" tanya Gia pada dirinya sendiri. Dengan sikap Gabriel yang belakangan ini begitu hangat padanya membuat Gia terpaksa terbiasa dan Gia merasa kehilangan jika Gabriel tak menanyakan apa pun padanya.

Gia kembali meletakkan ponselnya di meja kemudian tatapan matanya kembali tertuju pada layar MacBook dihadapannya.

Drrtt!! Drrtt!! Drrtt!!

Mendengar ponselnya bergetar, dengan gerakan cepat Gia meraihnya di meja.

Gia menghela napas kecewa setelah melihat nama si penelepon. Ia pikir Gabriel yang meneleponnya tapi nyatanya bukan.

Behind Your Smile [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora