BAB 29 : Kamu merasa bersalah?

13K 432 20
                                    

••• Happy Reading •••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••• Happy Reading •••

Gia memasukkan satu suapan demi suapan makanan ke dalam mulutnya. Sejak di rumah orang tuanya ini lah nafsu makannya kembali.

Giovanni mengamati gerak-gerik Gia. Ia yakin ada yang tidak beres dengan adik bungsunya. Saat ditanya, Gia selalu tersenyum dan mengatakan ia baik-baik saja. Giovanni yakin di balik senyuman itu menyimpan sesuatu yang tak biasa. Tapi apa?

Gia menoleh ke arah Giovanni. Malam ini mereka memang hanya makan berdua saja. Gibran makan malam di kediaman Gabby, sementara Vanilla masih ada urusan di rumah sakit.

"Kak Gio kenapa lihatinnya kayak gitu sih?" protes Gia merasa tidak enak diperhatikan dengan begitu intens oleh Kakaknya.

"Bilang sama Kakak kamu lagi berantem sama El? Masalahnya apa? Cerita dong, siapa tahu Kakak bisa bantu."

"Udah aku bilang aku nggak apa-apa. Aku cuma pengen tinggal di sini dulu baru abis itu balik ke sana."

"Kenapa El nggak di ajak?" tanya Giovanni penuh selidik.

"Ya karena..." Gia memutar otak mencari jawaban yang logis.

Giovanni menunggu.

"Karena... karena kantor El kan lebih dekat dari sana daripada dari sini." Gia tersenyum lebar saat mendapatkan jawaban yang cukup masuk akal kemudian Gia melanjutkan santap malamnya. Sudah seminggu lebih ia menginap di rumah orang tuanya dan Gabriel seolah acuh tak pernah sekali pun mencarinya kecuali siang kemarin. Entah dimana Gabriel saat ini dan entah apa yang malam ini Gabriel dan wanita itu lakukan, Gia tak peduli dan tak ingin peduli.

Gia lebih memilih menenangkan hati dan juga pikirannya di rumah orang tuanya.

"Panjang umur," ucap Giovanni membuat Gia mengernyitkan dahi bingung.

Giovanni menunjuk Gabriel dengan dagunya yang berdiri tepat di belakang Gia.

Gia mengikuti arah pandangan Giovanni.

Gia menghela napas dalam-dalam saat melihat Gabriel berdiri dibelakangnya. Untuk apa pria munafik itu menyusulnya? Apa untuk menyakitinya lagi? Jika benar demikian, bisakah pria itu berhenti karena Gia benar-benar terluka dengan apa yang sudah dilakukannya.

Gabriel mendudukkan dirinya di kursi sebelah Gia setelah Giovanni mengajaknya untuk makan malam bersama.

Dengan sangat terpaksa agar supaya Giovanni tidak menaruh curiga, Gia bangkit dari duduknya kemudian menjamu Gabriel dengan mengambilkan minuman untuk Gabriel kemudian menyendokkan nasi beserta lauk pauknya untuk Gabriel. Hal yang tidak pernah ia lakukan setelah ia resmi menjadi istrinya. Jelas saja karena perannya sebagai seorang istri telah diambil alih oleh Yasmin.

"Kamu nggak nanya aku udah makan apa belum?" tanya Gabriel basa-basi pada Gia.

"Kamu duduk dan bergabung di sini pasti untuk makan kan," bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

Behind Your Smile [COMPLETED]Where stories live. Discover now