"Sudah?" tanya Arsen dengan menatap sekilas lalu memasang helm.

"Iya, ini orang kayaknya perlu di mutilasi," desis Ravy dengan menendang tubuh orang yang sudah pingsan itu.

Lino merangkul pundak Ravy dengan mencubit pipi lelaki itu. "Bener, tipe gue banget lo."

Ravy menepis tangan Lino dengan menatap tajam. Ia meninggalkan ke duanya dengan naik ke atas motor.

"Kaki kamu nggak sakit," ucap Arsen dengan muka datar.

"Eh, astaga jangan salah paham! Tipe aku cuman kamu tadi cuman partner bogem," ucap Lino dengan menggaruk tengkuknya.

"Kalau masalah kaki ... kamu juga tau lutut aku aja yang berdarah. Tapi kalau pergelangan kaki baik nggak ada yang keseleo," lanjut Lino dengan cengengesan. "Lagian kamu juga nggak tegas untuk nolak keberadaan Ray. Jadi aku harus bertindak lebih jauh plus menggoda. Kamu juga suka bukan sifat binal aku?"

Arsen mengalihkan pandangannya dengan berdehem kecil. Lino sontak tertawa kecil dengan mencolek dagu Arsen.

"Hey, ganteng. Jangan malu gitu, ah! Kamu kan udah sering liat tubuh menggoda aku. Memang sih pesona aku ini nggak bisa di tolak," seru Lino dengan mengangkat ke dua tangannya ke atas.

"Dasar kang ngelantur!" cibir Ravy dengan menancap gas.

Arsen juga mulai menancap gas. Lino yang melihat sontak melotot tajam.

"Heh, Arsen! Aku ketinggalan!" teriak Lino dengan histeris.

***

Lino hanya menggerutu dengan menatap layar ponselnya. Ia mulai melakukan panggilan telepon dengan muka masam.

"Ryan jemput gue di jalan raya 1."

"Nggak mau, ah! Gue lagi apel sama Yeri ini."

"Anjir, beneran ini gue minta di jemput! Mana jalanan lagi sepi!"

"Setahu gue bukannya lo pulang sama Arsen tadi? Doi lo ke mana?"

"Gue di tinggal sama Arsen bangsat! Kalau dia datang ke gue liat aja! Gue bakal cuekin dia, masa gue di tinggal sendiri sama penjahat!"

"Maksud lo apa? Penjahat?"

"Nanti gue ceritain yang penting jemput dulu! Ini jalanan sepi rawan penjahat. Dasar doi laknat gue di tinggal sendirian astaga hiks ..."

Tit!

Lino menatap layar ponsel dengan tatapan tidak percaya. Ia mencoba menyalakan ponselnya, tetapi hanya ada layar hitam.

"Anjir, ponsel nggak berguna! Sekarang aja baterai habis!" geram Lino yang ingin membanting ponselnya. Namun, tidak jadi karena masih sayang uang.

Lino berjongkok dengan menatap para penjahat yang masih tepar. Ia seketika tersenyum lebar dengan mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Yey, ketemu juga!" gumam Lino dengan menyeringai kecil.

Ia mulai mencoret wajah penjahat itu dengan tersenyum puas. Ia pastikan tulisan itu sangat susah untuk di hapus.

K&Q geng lo pengecut juga.

Preman jalanan juga lo ajak?

Ah, bosan kali ya kau?

Lino tersenyum puas dengan menatap karyanya. Ia terkejut melihat pergerakan pada penjahat itu.

Bugh!

Lino memukul leher penjahat itu sehingga kembali pingsan. Ia menatap jam tangannya dengan menghela napas gusar.

"Udah 10 menit," gumam Lino dengan menarik rambutnya.

Ia menatap langit sore dengan bernyanyi kecil. Ia meratapi nasibnya yang sungguh sial untuk hari ini.

"Anjir lo udah kayak anak pungut," ucap Ryan dengan tertawa terbahak-bahak.

Lino hanya memberikan jari tengah. Ia menatap sekeliling dengan mengerutkan keningnya.

"Pacar lo mana? Apa dia ngambek lagi karna lo pergi dari kencan?" cecar Lino dengan mengerutkan keningnya.

Ryan hanya mengangguk dengan tersenyum tipis. "Iya, Yeri marah karna kunjungan dia justru nggak di hargai. Gue pergi karna lo lebih perlu gue."

"Maaf gue nggak maksud tapi ini urgen. Kalau Dean dia mah nggak bisa di percaya," ungkap Lino dengan menghela napas.

"Pinjam ponsel lo bentar," lanjut Lino dengan menjulurkan tangannya. Ryan hanya mengiyakan saja.

Lino berfoto dengan tersenyum lebar. Ia juga memperlihatkan para penjahat itu dalam fotonya.

"Gyaru, jjang yeppeuda. Katchi nullae? Yeppun aega chua. Gyaru, jjan kesuk masyeo. Shake your booty. Oh yeah, buri buri," seru Lino dengan mengupload foto ke status instagram lelaki itu.

Ganteng gini di tinggal?

"Nanti ngambek aja sama Arsen. Gue juga kesel karna dia Yeri marah," saran Ryan dengan memutar matanya.

"Sesat ajaran lo," ucap Lino dengan tertawa terbahak-bahak.

"Tapi itu udah rencana gue," lanjut Lino dengan cengengesan.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Kasih deh Lino di tinggal Arsen🤣
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now