"Ada ... kamu diam aja udah manis apalagi senyum. Jadi mertua kamu itu minta agar jaga mantunya," ucap Arsen dengan tersenyum manis

Lino sontak merasa malu sendiri atas pernyataan Arsen. Ia mulai kembali memeluk tubuh Arsen dengan menyembunyikan wajahnya.

"Dih, sok-sokan malu-malu biasanya juga suka bikin orang!" cibir Ravy dengan menatap sinis.

"Biasa ama ayang jadi malu," ledek Vano dengan tertawa terbahak-bahak.

"Loh, kalian jangan ngejek Lino!" seru Nicho dengan tertawa kecil.

Lino mulai menatap teman-temannya dengan memegang ujung seragam Arsen. "Sen ... gue malu, ish!"

"Nggak ada kata gue di antara kita," ucap Arsen dengan menjentik kening Lino.

"Ish ... jahat kamu, mah!" gerutu Lino dengan mengelus keningnya.

"Udah jangan jahil sama Lino," tegur Ziel dengan muka datar.

"Emang terbaik buat babang Ziel!" seru Lino dengan memberikan jari tengah.

Ziel yang melihat hanya bisa tersenyum masam. Ia harus punya banyak stok kesabaran menghadapi adik dan teman yang laknat kecuali Arsen.

"Masih sakit, hmm?" tanya Arsen dengan mengelus kening Lino.

"Hehe, enggak. Sayang Arsen," ucap Lino dengan memukul pundak Arsen.

Arsen hanya tersenyum tipis dengan mengelus pundaknya. Memang pada dasarnya orang bucin kalau sudah di sakiti masih saja cinta.

"Anjir, Arsen masokis!" seru Adya dengan menutup mulutnya. Kemudian di ikuti Lino dengan berpura-pura menatap Arsen tidak percaya.

"Omo!" pekik Lino dengan menutup mulutnya.

"Apa anjing?! Bikin kaget orang lain!" sembur Ravy dengan menggoyangkan tubuh Lino.

"Eh, sabar Vy! Woy, ini kayaknya Ravy perlu ruqyah!" pekik Vano dengan berkomat-kamit berlagak seorang dukun.

Adya dan Nicho sontak memegang ke dia tangan Ravy. Lalu Vano mulai membaca beberapa kalimat.

Byur!

"Aaaaah! Ziel tolong gue!" teriak Ravy dengan muka pasrah.

"Ayo teruskan saya suka pertengkaran!" seru Lino dengan bertepuk tangan.

Bruk!

"Lino lo jahat bener, njing!"

Semuanya seketika terkejut bahkan mulai memaki keras. Namun, berbeda dengan keadaan berbanding terbalik di Adya dan Ravy.

Adya menatap Ravy yang berada di bawahnya. Ravy menatap Adya tanpa mengedipkan matanya.

"Meski bibir ini tak berkata!" seru Lino dengan tertawa kecil.

"Bukan berarti ku tak merasa."

"Ada yang berbeda di antara kita."

"Siapkah kau 'tuk jatuh cinta lagi?" teriak Lino, Dean, Ryan, Nicho dan Vano. Setelah itu mereka tertawa dengan menatap ke duanya.

Adya berdehem dengan membenarkan seragamnya. Ia menyodorkan tangannya dengan menatap Ravy.

"Ayo bangun jangan manja kayak Lino!" seru Adya dengan mengalihkan pandangannya.

"Mana ada ogeb! Gue cuman manja sama Arsen, doang! Sisanya juga kegiatan pa..."

Arsen mulai membekap mulut Lino dengan membisikkan sesuatu. Namun, mereka semua sontak mengejek Lino karena wajah malu lelaki itu.

"Anjir, kok gue pula yang kena!" gerutu Lino dengan mengelus dadanya.

"Kenapa dada lo gatel? Mending minta garuk sama Arsen, gih!" seru Adya dengan tersenyum mengejek. Mungkin lelaki itu sedang memberikan pembalasan dendam kepada Lino.

Lino hanya cengengesan dengan kembali memeluk tubuh Arsen. Ia memang sangat merasa nyaman jika bersama tunangannya itu.

Jika selama ini ia harus tegar karena anak sulung. Maka sekarang dia tidak terlalu memperdulikan hal itu lagi.

"Kenapa kita jadi bolos semua? Terutama kalian anak IPA dan beasiswa nggak takut apa?" ucap Lino yang cukup heran dengan kejadian beberapa waktu ini. Namun, tidak lama ia tidak terlalu heran lagi.

Lino mengambil ponselnya yang bergetar dari tadi. Ia menatap ke arah layar ponsel dengan menyeringai kecil.

"Wah, Stela nelpon gue!" celetuk Lino yang membuat semuanya heran. Apa mereka sedang tidak salah dengar?

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Wah, No itu di samping masih ada Arsen loh🤭
Lanjut!

Ardian S2 (END)Where stories live. Discover now