22

1.6K 288 55
                                    

Cindy tengah duduk selonjoran di ranjang kamarnya sendirian. Setelah melihat keharmonisan antara Jinan, Chika dan Eve di depan villa tadi, Cindy memilih mengunci diri di kamar.

Dia tidak menangis, tidak juga tengah meratapi nasibnya yang malang. Dia hanya tengah merasa tidak percaya diri. Cindy bertanya dalam hati kenapa tuhan hanya berpihak kepada Chika saja, tidak pernah padanya. Itu saja.

Mama dan papanya tengah istirahat siang saat dia pulang dari berbelanja. Sehingga tidak melihat wajah murung Cindy. Jika mereka melihatnya, pasti hati mereka akan hancur kembali. Hati orang tua mana yang tidak akan ikut sedih bila melihat anaknya yang tengah bersedih ? Pasti tidak ada di dunia ini. Mereka pasti akan ikut merasakan kesedihan itu.

Yang membuat Cindy merasa sedih adalah dia yang dengan jelas melihat wajah bahagia Eve saat duduk bersama kedua orang tua bocah itu. Cindy sebenarnya senang, tetapi hatinya berkata dia iri.

Seandainya dulu dialah yang berhasil mendapatkan hati Jinan, pasti saat ini yang duduk di bangku itu adalah dirinya, Bukan Chika.

Tapi takdir memang sekejam itu. Bersahabat lama tidak bisa menjadi tolak ukur bisa mendapatkan hatinya. Hanya nasib yang bisa menjawabnya. Dan jawaban yang Cindy terima adalah tidak bisa.

"Kaka seneng kalau kamu juga seneng."
Gumam Cindy. Sangking lamanya melamun, tak sadar Cindy akhirnya tertidur.

..

Setelah makan, Eve bermain bersama Gracia di belakang rumah. Keduanya tengah asik memberi makan ikan di kolam.

"Oma!! Warna ikannya cantik ya ?."
Ujar Eve.

"Iya. Tapi masih cantikan cucu oma yang satu ini."
Kata Gracia disusul mencolek pipi Eve.

"Oma bisa aja. Oma!!."

"Apa ? Mau bilang kalau oma juga cantik ya ?. Emang kok. Oma memang awet muda."
Gracia berpose layaknya anak muda jaman sekarang.

"Ihh!! Oma kepedean!!. Padahal kan bukan itu yang mau ip bilang."

"Yah. Terus apa dong ?."

"Semalam aku mimpiin ka Cindy lewat depan villa."

"Oh ya ?."

"Iya. Tapi pas ip panggil ka Cindy nya ngak nengok sama sekali. Ngak berhenti jalan pas aku panggil juga. Eh, tiba tiba hilang gitu."

"Namanya juga mimpi. Pasti begitu."

"Oma, kapan ka Cindy ketemu ?. Ini mau lima hari kita disini. Tapi ka Cindy belum juga ketemu. Kalau ngak ketemu juga, besok ip mau pulang aja."

"Pasti nanti ketemu. Papa kamu kan udah minta orang buat cari ka Cindy. Jadi pasti nanti ketemu, ya ?."

"Mungkin ka Cindy udah ngak mau ketemu ipi lagi, jadi ka Cindy ngumpet. Udah oma, ngak usah cari lagi. Ip udah ngak apa apa kok."
Ucap Eve ikhlat. Dia sudah lelah menunggu. Memang bukan takdir dia bertemu Cindy lagi.

"Eve ?."
Chika muncul. Dia sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari pintu.

"Chika, udah makannya ?."
Tanya Gracia.

"Udah. Mama kalau mau makan sekarang ngak apa apa, biar Eve Chika yang jagain."

"Oke. Eve, oma tinggal makan dulu ya ? Kamu sama mama Chika disini ya ?."

"Yah."

"Eh, ngak boleh gitu. Mama Chika besok udah mulai kerja, jadi ngak bisa ketemu kamu beberapa hari, jadi sekarang puasin main sama mama Chika ya ?."

"Iya."

"Pinter. Chika, Mama tinggal ya ?."

"Iya ma."

BabySitter kesayangan kuजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें