17

1.8K 311 46
                                    

Jinan tiba di Jakarta pada pukul 9 malam. Dia mempercepat pekerjaannya di bandung agar bisa secepatnya menemui Eve yang saat ini masih dalam perawatan di rumah sakit. Jinan sempat panik saat diberitahu Gracia bahwa Eve demam dan kini dalam perawatan di salah satu rumah sakit. Mengingat dia masih ada pertemuan, Jinan menyelesaikan nya secara cepat dan secepatnya juga dia pulang.

Beruntung jalan tol dari bandung menuju Jakarta tidak macet, sehingga waktu yang Jinan tempuh sedikit lebih cepat dari biasanya.

Sampai di unit rawat inap Eve, Jinan lekas masuk kedalam. Di dalam sana hanya ada Cindy karena kedua orang tua Jinan tengah pulang ke rumah setelah sempat memberitahu dimana unit kamar rawat Eve berada.

Keduanya berencana akan kembali esok hari bergantian dengan Cindy tentunya yang kekeh ingin menemani Eve malam ini.

Iya, Cindy memutuskan untuk kembali ke rumah sakit demi memastikan keadaan Eve dan juga ingin berpamitan kepada Jinan. Dia tidak peduli orang berkata apa tentang dirinya. Dia hanya peduli pada kesehatan Eve saja karena itu yang paling penting. Dan nanti ada saatnya dia keluar dari rumah Jinan setelah pamit kepada Jinan. Dengan begitu Cindy akan tenang saja meninggalkan Eve.

Saat Cindy selesai berkemas, ada telfon masuk ke dalam ponselnya. Ternyata Gracia memberitahu bahwa Eve sudah bangun dan menanyakan keberadaan nya. Segera saja Cindy mandi dan membawa beberapa keperluan untuk Eve yang sudah di list Gracia lewat pesan singkat kepada art di rumah sebelum Cindy sampai.

"Jinan."
Cindy membiarkan Jinan mendekati bangsal Eve. Dia mundur ke belakang agar Jinan bisa duduk di bangsal.

"Eve. Ini papa."
Ucap Jinan. Dia meraih tangan Eve yang tidak di infus. Mencium beberapa kali agar anaknya tahu bahwa dia sudah kembali.

Eve membuka kedua matanya. Dia telah siuman beberapa jam yang lalu. Dan selalu menanyakan keberadaan Jinan. Karena itulah Gracia menghubungi Jinan agar segera pulang.

"Papa."
Ucap Eve. Bibirnya kering, pucat. Jinan sedih melihatnya.

"Iya, ini papa. Mana yang sakit ?."
Tanya Jinan.

"Ngak ada. Udah ngak sakit. Ada papa soalnya."
Jawab Eve. Dia mengangkat kedua tangannya meminta agar Jinan mau menggendongnya.

"Gendong. Eve cape rebahan."
Ujar Eve.

Jinan menurutinya. Dia mengendong Eve di bantu Cindy karena selang infus yang melilit di tangan Eve menyusahkan Jinan saat akan mengendong Eve.

Setelah di gendong, Eve lekas memeluk erat Jinan. Dia sungguh merindukan papanya itu.

"Papa kenapa lama banget ? Janjinya tiga hari, tapi sampai malam ?. Kan sama aja empat hari, Pa."
Ungkap Eve. Diam diam anak itu merindukan papanya.

"Iya, papa minta maaf. Tadi banyak rekan bisnis papa yang dateng, jadi papa harus ketemu mereka."

"Papa pilih mereka atau aku sih ?."

"Ya, kamu lah. Kan kamu anaknya papa."

"Tapi tadi pas aku telfon, papa bilang nanti, nanti terus. Sibuk banget. Sampe ngak ada waktu buat aku."

"Iya. Maafin papa. Ya ?. Eve mau ngak maafin papa ?."

"Mau. Asal papa jangan kerja lagi."

"Kalau papa ngak kerja, Eve mau makan apa ? Sekolah Eve siapa yang bayar ? Terus kalau ipi mau baju baru, siapa yang beliin ? Bukannya harus papa ?."
Ujar Jinan.

"Opa kan kaya, papa. Kenapa susah susah kerja buat cari uang ? Kita minta uang opa aja."
Ucap Eve yang mendapat gelak tawa Cindy dan Jinan.

"Ya, ngak bisa gitu. Masa minta opa. Selama papa masih sehat, papa yang harus cari uang buat kamu, sayang. Bukan minta ke Opa."

BabySitter kesayangan kuWhere stories live. Discover now