15

2K 282 57
                                    

Jinan sudah dua hari berada di bandung untuk urusan pekerjaannya. Dia meninggalkan Eve bersama dengan Cindy dan para pekerja di rumahnya yang juga ikut menjaga Eve selama di rumah. Baru kemarin juga Shami dan Gracia berkunjung. Mereka mempercayakan Eve kepada Cindy bahwa dia bisa menjaga Eve dengan baik sehingga keduanya tidak pernah menginap selama dua hari di tinggal Jinan ke luar kota.

Eve juga baru akan masuk sekolah setelah kemarin dia membolos kembali. Anak itu masih sedikit takut melihat area sekolahnya paska insiden penculikannya beberapa hari lalu. Makanya dia memilih membolos beberapa hari. Alasannya dia masih takut di culik.

Berbicara penculikan, kasus itu sudah di tangani oleh pihak berwajib. Kemarin juga Cindy sudah di mintai keterangan sebagai korban mewakili Eve juga. Dan proses sudah di limpahkan ke kejaksaan lalu tinggal menunggu hukuman bagi penjahatnya. Singkatnya, urusan penculikan itu sudah beres.

Kini Jinan menambah pengawasan di rumah dan khusus untuk Eve dia menyewa dua bodyguard yang akan selalu menemani Eve kemanapun dia pergi. Eve tadinya menolak itu, tapi setelah di pikir pikir mungkin ada baiknya dia memakai bodyguard. Biar aman kan.

Pagi ini juga Eve sudah siap berangkat ke sekolah. Ia tengah serius memasang tali sepatunya sembari duduk di sofa kamar. Cindy masih sibuk merapikan tempat tidur sehingga tidak sadar bahwa Eve sejak tadi kebingungan menyipul tali sepatunya.

Cindy menatap Eve gemas saat melihat sendiri anak itu belajar menyimpulkan tali sepatu. Diikat, di tarik, diikat lagi, di tarik lagi, dan karena kesal dia memasukan tali yang panjang itu ke dalam sepatunya. Trik terakhir yang Eve bisa.

"Belum selesai juga ?."
Tanya Cindy berkaca pinggang. Lama lama kasihan juga melihat Eve tampak kesulitan.

"Inih!! Susah!!."
Ujar Eve kesal. Dia melempar sepatu nya asal. Karena tali belum terikat, maka sepatu itu melayang ke arah Cindy. Anak Jinan ini bener bener ya!.

"Bilang dong."
Cindy segera berjongkok mengambil sepatu yang jatuh di bawah kakinya. Untung tadi ngak kena jidadnya. Dia lekas berjalan ke arah Eve, lalu memakaikan sepatu serta menyimpulkan tali sepatu Eve.

Eve tambah kagum kepada Cindy. Apa aja bisa. Heran Eve tuh. Karena menurutnya menyimpulkan tali sepatu itu susah! Susah banget kayak rumus matematika.

"Kaka apa aja jago. Urusan ginian bisa. Apa yang kaka ngak bisa ?."
Tanya Eve sedikit kagum.

"Miliki hati papa kamu."
Jawab Cindy dalam hati. Ya kali jujur bahwa dia menyukai Jinan di depan anaknya. Malu lah.

"Kaka ngak bisa bikin kamu nangis tuh. Orang rumah selalu bisa, kenapa kaka ngak ?."

Ya, Cindy heran. Eve mudah sekali marah atau menangis jika di ledek orang rumah. Tapi tidak dengan Cindy. Anak itu pasti cuma senyum atau ngak tertawa. Emang lucu ?. Ngak!.

Lebih lagi, Eve yang sekarang tuh sedikit tidak jahil lagi. Makanya sering di ledek. Abis gitu anaknya nanges. Drama. Drama biar dapat perhatian Cindy.

Eve memang mulai nyaman dan terbiasa dengan kehadiran Cindy di hidupnya. Awalnya nolak, tapi lama lama nyaman dan kini sudah dalam mode sayang. Cindy mungkin punya jiwa keibuan yang membuat Eve jadi nyaman. Eve juga sering caper kepada Cindy agar mendapat sebuah pelukan hangatnya. Iri kalian ? Jadi ipi dulu. Hehehe.

Eve yang pada dasarnya ingin memiliki seorang mama menjadi terhibur dengan kehadiran Cindy. Baginya, Cindy cukup untuk menggantikan sosok mama nya yang sampai saat ini masih menjadi rahasia.

"Udah tuh. Yuk turun."

Cindy mengandeng tangan Eve dan membawanya turun ke lantai satu.

Di lantai satu ada seorang perempuan yang tengah menyapu lantai.

BabySitter kesayangan kuWhere stories live. Discover now