Locked Up

1.1K 107 13
                                    

"Aku akan meminta izin kepada, Ketua."

"Kemana?"

"Rambio."

Lawan bicaranya menatap sengit. "Kau tidak perlu lagi ke Rambio, orangtua mu adalah Ketua, dia sudah menganggapmu sebagai anak sendiri."

"Aku tidak menganggapnya orangtua, karena dia sendiri telah membunuh orangtuaku."

Lelaki itu memukul kepala si pemuda. "Berhenti mengatakan itu, Ketua begitu baik mengurus mu. Dia telah memberi kehidupan yang layak untuk kita. Jangan bersikap bodoh! Jangan pernah mengatakan ini itu lagi apa lagi sampai dihadapan Ketua."

"Kenapa? Paman bahagia hidup dalam kriminal ini?"

"Ini masa depan mu, Gean! Sadarlah! Lupakan orangtuamu yang tidak berguna! Anggap kematian mereka bukan bukanlah masalah! Dan kau bahagia dengan kehidupan mu yang sekarang. Satu lagi ...,"

Lelaki yang disebut 'paman' itu menunjuk-nunjuk dada si pemuda. "Jangan pernah bersikap baik dengan tawanan kita, hilangkan rasa kemanusiaan dalam jiwamu!" tekannya.

Lelaki pergi setelah memberi tatapan tajam kepada tawanan dan menatap sejenak wajah pemuda yang tak bergeming.

Pemuda itu duduk di tumpukan kayu, helaan napas sangat menunjukkan keputus asah. "Kau ingin balas dendam?" Pemuda menoleh pada sosok yang berada didalam penjara. "Dendam mu harus terbalas." ucapnya lagi.

"Kau hanya membuat kepalaku pusing."

"Orangtuamu meninggal dengan tragis, jika saya diposisi mu, saya tidak akan diam saja, saya akan membunuh mereka dengan cara apapun. Atas perbuatan mereka nyawa dibalas nyawa." Dirinya adalah seorang pendendam, kalimat itulah yang pernah ia tanamkan dalam dirinya.

"Aku tidak punya waktu mendengar celoteh mu."

"Kau memiliki dendam, kau harus membalaskan nya."

"Kau banyak bicara!!"

Kalimat monohok yang menunjukkan balas dendam telah membuat pemuda itu naik pitam. Kemarahan kepada sosok itu telah membuat pemuda yang memanggul senjata meluapkan kebenciannya. " ... Semua ini karena pemimpin negaramu! Saat aku meminta perlindungan untuk keluargaku! Malah menuduhku sebagai penghianat Lihatlah sekarang! Aku sudah menjadi apa yang dituduhkan!!" bentaknya meluapkan segala emosi. Pemuda mengacungkan senjata, siap meluncurkan peluru ke kepala lelaki didepannya.

Sang Letnan tidak gentar tetapi ia menjauhkan senjata itu dari hadapannya. Dirinya punya sedikit keahlian untuk memprovokasi dan mengubah jalan pikiran orang lain, tetapi keahlian itu sama sekali tidak berpengaruh pada dirinya. "Saya pernah merasakan apa yang kamu rasakan, saya juga kehilangan orangtua. Kau seorang anak, balaskan semua rasa sakit!!"

Kalimat itu seakan menggema ditelinga pemuda, tepukan kuat dari tangan Letnan dibahunya seperti ilmu sihir yang sangat mempengaruhi. Sang Letnan berusaha hadir dalam kesedihan, memanfaatkan emosi dan dendam pemuda ini.

"Kau ...."

"Hanya ini kesempatan, hanya saya yang bisa membantu kau membalas dendam."

Kalimat-kalimat provokasi dilontarkan Sang Letnan untuk mempengaruhi pemuda lebih dalam. Berbuat seperti setan yang mempengaruhi manusia. "Orangtuamu telah tiada ditangan mereka. Mereka tertawa setelah memisahkan mu dari orangtua, mereka bahagia diatasnya penderitaan mu. Mereka hanya pura-pura peduli, mereka hanya memanfaatkan mu untuk kepentingan ... sadar, kau bukan manusia yang bisa dibodohi. Balaskan dendam dengan cara yang begitu pedih."

Pemuda itu menggeram marah, otot-otot tubuhnya sangat luar biasa merespon, tangannya mengepal kuat menahan emosi yang sengaja diciptakan. Letnan Mirza seperti penipu ulung, begitu ahli merangkai kata demi kata menjadi kalimat yang begitu bersahaja. Letnan menepuk pundak pemuda itu. "Saya akan membantumu memberi dia rasa sakit, lebih dari apa yang kau rasakan, akan saya bantu menghancurkannya."

Rahang itu menggertak penuh emosi, ucapan sang tawanan sudah berhasil membangkitkan emosi si pemuda. Hentakkan kaki dan cengkraman tangan dilampiaskan pada bongkahan batu.

"Kau tidak perlu menyakiti diri mu sendiri tetapi membalas dendam!!"

"Sial! Kau penipu!" Tatapan tajam.

"Ikutlah dengan saya dan balaskan dendam mu."

Dalam keadaan amarah pemuda terlihat bimbang dalam kebimbangan, tatapannya melesat tajam kepada sosok laki-laki yang akan membantunya membalas dendam.

"Bagaimana?" tanya Letnan dengan bersedekap dada.

Pemuda itu tampak ragu, terlihat dari mimik wajah dan gerak tubuhnya. Namun setelah cukup lama terdiam akhirnya pemuda itu mengambil keputusan. "Aku akan membalas dendam!"

Letnan Mirza mengangguk. "Tapi ada satu syarat."

"Jangan banyak bicara!"

"Tugas mu mengumpulkan semua data dan informasi penting tentang kelompok ini dan apa rencana mereka selanjutnya. Kau siap?"

Pemuda terdiam, kemudian mengangguk setelah berpikir lama. "Baiklah."

"Kau pintar mengambil keputusan. Rencana akan kita mulai, bersikaplah seperti biasa dan satu lagi saya memerlukan alat komunikasi untuk menghubungi angkatan."

"Baik."

Nasib pemuda itu cukup malang, kehilangan orangtua dan menjadi kriminal. Letnan Mirza tidak membuatnya menjadi jahat dengan mengajaknya berkhianat untuk kedua kali, tetapi membawanya keluar dari dunia hitam. Sekarang telah mempunya kaki tangan di dalam kelompok ini, hanya tinggal mengatur rencana untuk menyelesaikan tugas ini. Namun tetap, ia harus waspada dan tidak mempercayai pemuda itu, karena kepihakkannya belun terbukti.

Letnan Mirza telah mengatur rencana ini setelah melihat potensi pemuda yang cukup peduli dan masih mempunyai rasa kemanusiaan. Memberi makan dan minum secara diam-diam dan tidak pernah memberinya penyiksaan.

Gean. Pemuda yang sangat dekat dengan Ketua kelompok teroris dan telah dianggap anak. Sudah diperhatikan Letnan sejak awal ditawan. Pemuda ini punya pengaruh besar didalam kelompok. Sarannya sebagai acuan dari si Ketua. Saat dirinya hendak dibunuh, pemuda itu menyelamatkan dengan cara ia sendiri yang menjadi penjaga penjara dan menghabisi tawanan dengan perlahan-lahan. Tetapi buktinya pemuda itu tidak melakukan apapun.

Terkadang memanfaatkan luka hati seseorang sangat menguntungkan, karena rasa sakit itu seperti api, dan jika disiram dengan bensin maka jangan harap dia akan mengecil. Dendam memang unik, sadis dan tanpa rasa ampun. Jika seseorang sudah tersulut api balas dendam, semua akan dilakukan demi terwujudnya ambisi. Dirinya ahli penyimpan dan merawat dendam, hanya saja sosok wanita yang membuat terpaksa melupakan dendam itu.





𝐑𝐀𝐘𝐍𝐎𝐑 [𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍] 𝐄𝐍𝐃Where stories live. Discover now