Learn To Love

1.1K 81 19
                                    


     Hati ibarat langit yang tak menentu keadaanya. Terkadang, hujan tiba-tiba turun saat panas terik menyelimuti hati. Kadang pula, awan-awan gelap yang berarak dan menyapa hati yang sebelumnya cerah-cerah saja. Begitulah hati, terkadang sulit dimengerti, seperti cuaca yang terkadang sulit diprediksi. Itulah mengapa urusan hati seringkali terasa pelik untuk sekadar diungkapkan.

     @AuthorWattpad_NoviSoldier02

***

Di balik senja yamg melukis indahnya jingga. Di tengah tenggelamnya mentari menuju gulita. Menikmati suasana senja meski di tempat berbeda. Namun semua gulita itu sudah sirna. Seiring berjalannya waktu ia dapat sudah menatap kan hati dan melepaskan rindu, harapan dan hayalannya pada sosok cahaya. Tak ada jarak yg pisahkan cintanya.

Meski kenyataan berbanding terbalik dengan apa yg di mau. Cahaya belum memberikannya balasan. Namun, tak mempupuskan keinginan untuk menambatkan hati. Sampai dimana senja dan cahaya akan bersama. Bergandengan tangan, berjalan di antara remang cahaya, tertawa bahagia seakan dunia adalah panggung hiburan sebenarnya.

    
Cahaya adalah suami dan diri adalah senja. Senja yang menghiasi selang sore. Menjadi senja bukanlah perkara mudah. Senja datang dilangit namun dalam waktu yang singkat namun memberikan kesan keindahan.

Setelah semua cobaan dalam rumah tangganya sudah dilewati, Zahvi merasa tenang dan damai. Terlebih lagi sudah menerima kecil perhatian dan curahan kasih sayang dari suaminya walaupun Zahvi merasa semua itu karena anak yang ia kandung. Memang kenyataannya sang cahaya belum mencintai senja, namun hal itu tidak akan membuat Zahvi mundur ia akan terus maju untuk mendapatkan cinta Mirza.
    
Hamil masa dimana ada segumpal daging kehidupan kecil yang nantinya akan mengisi hari-harinya. Zahvi sangat bahagia keinginan untuk menjadi seorang ibu akan terwujud meskipun sekarang tubuhnya tidak baik-baik saja.

Walaupun begitu dapat ia bayangkan bagaimana bahagia dan indahnya saat-saat buah cintanya lahir. Usapan lembut pada perutnya yang sedikit buncit, itu adalah pertanda si janin berkembang dengan baik. "Sehat-sehat, Nak. Bunda gak sabar nungguin kamu lahir."
    
Zahvi duduk berselonjoran di sofa, ia mengambil bantal sofa dan meletakkan di belakang pinggang sebagai sandaran.
    
Pintu rumah terbuka tampaklah suami tampan yang hanya menggunakan baju kaos oblong dan celana pendek. Lelaki itu mendekat dan Zahvi segera menyambut tangannya. "Udah persiapannya, Mas?"
    
"Hmm ...." Mirza mengusap wajah Zahvi, merasa kasihan pada wanita ini. Wajahnya tampak pucat dan sayu, cekungan hitam dibawah mata terlihat jelas. Mirza mengusap bekas luka jahitan di pelipis, luka ini adalah kesalahannya, tangan Mirza turun di pipi, bekas luka ini juga kesalahannya, jempol Mirza mengusap lembut bibir Zahvi, luka disudut bibir ini juga kesalahannya, semua luka fisik maupun batin yang dialami Zahvi adalah kesalahan Mirza dan ia coba untuk memahami semua itu.
    
Mirza diam, ia sedang bergelut dengan pikirannya. Selama ini Mirza tak pernah merasa bersalah seperti ini, bahkan ketika ia menjadi orang berdarah dingin dan memberi hukuman berat pada anggota yang melanggar aturan, sedikitpun tak ada rasa kasihan dan bersalah, tapi kali ini rasa bersalah selalu menghantui Mirza setelah insiden penculikan.
    
Zahvi, wanita ini sedikitpun tak membalas sakit yang ia dapat. Siapa yang bodoh disini? Mirza yang terlalu egois atau Zahvi yang terlalu mencintai Mirza dan sampai melupakan semua kesalahannya begitu saja? Dari sudut pandang dan keinginan hati. Mirza menikah karena perjodohan, jika tidak dijodohkan mungkin ia tidak akan menikah. Selama hidupnya memang tidak tertarik pada wanita, baginya wanita hanya melemahkan diri dan semua hal itu sudah terbukti saat wanita disampingnya diculik.
    
Selama pernikahan ia sama sekali tidak ingin menyentuh istrinya. Namun disini lain, wanita yang di jodohkan dengan dirinya memang wanita yang baik dan memiliki paras cantik, sebagai laki-laki normal sosok ideal Zahvi membuatnya tertarik, terlebih lagi kewajiban memberi nafkah, sebuah kewajiban yang terlupakan, sebuah kewajiban yang seharusnya sejak awal di tunaikan. "Kamu sudah solat?"
    
"Udah, Mas."
    
Mirza melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam. "Mereka datang pukul sembilan, kamu tidur dulu nanti saya bangunkan."
    
Zahvi mengangguk, ia memang mengantuk. Mirza menuntun sang istri ke ranjang, tubuh yang gontai bisa terjatuh jika tidak ditahan. "Tidurlah." ucapnya setelah menutupi tubuh Zahvi dengan selimut.
    
Zahvi memejamkan mata. Kecupan lembut diberikan. Setelah sang suami keluar kamar Zahvi membuka mata, senyumnya merekah, semakin hari suaminya itu semakin perhatian, ntah karena hanya karena anak atau karena cinta.
    
Secepatnya Mirza bersiap menggunakan seragam marinir dan seperangkat alat perang individu, memakai kopelrim, meletakkan senjata api, belati disana dan seperangkat alat lainnya, memakai rompi hitam dengan beberapa amunisi. Tangannya mengambil baret ungu di dalam lemari, baret ini adalah hasil perjuangannya, baret yang begitu berharga dan hanya orang terpilih yang bisa memilikinya.

𝐑𝐀𝐘𝐍𝐎𝐑 [𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐌𝐈𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍] 𝐄𝐍𝐃Where stories live. Discover now