15

15.9K 1.2K 85
                                    

Warning
Typo bertebaran
.
.
.
.

Sekarang disinilah Azka yang lainnya berada, ya sekarang mereka semua semuanya sedang berdiri digundukan tanah yang masih merah dan basah, Azkapun mulai duduk dengan beralas rumput hijau tidak lupa dengan air mata yang masih keluar dengan derasnya

" maaf ". Kata tersebut otomatis keluar begitu saja dari mulut Azka

Perlahan satu persatu dari mereka meninggalkan gundukan itu, merisakan Azkara, Afkaza, kean dan Arga

" Ka masuk kedalam yuk bentar lagi malem ". Ajak Afkaza kepada Azka yang dari tadi terus menangisi gundukan itu

" abang aja dulu, Azka mau disini ". Ucap Azka

" kalian berdua masuk dan tunggu diruang kerja, Saya ingin waktu berdua dulu ". Perintah Afkaza, ya Afkaza tau kalau Kean dan Arga tidak mau pergi dari sini dilihat dari manapun yang ada didalam gundukan itu adalah anak mereka juga

" tapi boss...". Sebelum kean menyelesaikan ucapannya sudah terpotong oleh Arga

" kita kedalam aja, mungkin si boss perlu waktu berdua ". Ujar Arga dengan sedikit menarik tangan kean

Disini di depan gundukan yang masih basah dan merah tinggallah Azka dan Afkaza

" Bang siapa ibu dari si janin ini? ". Pertanyaan itu tiba tiba keluar begitu saja dari mulut Azka, ya sejak tadi diotaknya selalu ada pertanyaan siapa ibu dari si janin ini, apa hubungannya dengan ia, Azka merasakan ada ikatan batin yang begitu kuat antara dirinya dan janin ini seperti rasa tidak ikhlas kalau janin itu harus meninggal begitu saja

Afkaza yang mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Azka bingung harus menjawabnya apa. " kamu akan tau sendiri siapa ibunya Azka ".

" kenapa, kenapa gak abang kasih tau Azka siapa ibu dari janin ini, kenapa bang ".

" tau atau tidaknya kamu ibu dari si janin ini abang percaya ibunya pasti merasakan kehilangan begitu dalam tentang janin ini ". Ujar Afkaza dengan sedikit menitihkan air matanya dan cepat cepat menghapusnya kembali

" kenapa, kenapa Azka merasakan rasa kehilangan,keihklasan dan rasa merelakan janin itu untuk pergi selamanya, kenapa Azka merasakan itu, Azka bukan ibu dari janin itu kan bang ". Tanya Azka kenapa Afkaza, Afkaza bukan menjawab pertanyaan Azka melainkan langsung membawa tubuh Azka kedalam dekapannya

Afkaza rasa Azka sudah mulai tenang dan isakan yang tadi terdengar sudah tergantin dengan dengkuran halus. " maaf ". Kata itu keluar dari mulut Afkaza sebelum ngecup kening Azka

Afkazapun mengangkat tubuh Azka dengan digendong didepan dan mulai berjalan meninggalkan gundukan itu yang dimana gundukan itu berada di halaman belakang kediaman anverion, Afkaza membawa masuk Azka kedalam rumahnya, Afkaza berjalan kearah kamar Azka untuk menidurkan Azka terlebih dahulu sebelum menyusul Kean dan Arga di ruang kerjanya

Setelah menidurkan Azka dengan hati hati di ranjangnya, tapi sebelum Afkaza beranjak dari kamar Azka ia terlebih dahuku membisikan sesuatu. " apapun yang terjadi abang selalu ada di samping kamu ". Itulah kata kata yang dibisikan Afkaza sebelum meninggalkan Azka sendiri

🎗

Sekarang Afkaza berada di ruang kerjanya bersama Kean dan Arga

" bagaimana keadaan mereka ". Ucap Afkaza yang duduk dikursi kerjanya

" seperti yang bos katakan, kami sudah melalukannya ". Balas Kean

" Bagus, intinya Nyawa harus dibalas dengan nyawa ".

" untuk kalian kamu Kean saya akan pindahkan kesekolah yang sama dengan Arga, tugas kalian di sekolah adalah jaga Azka dengan baik, saya akan membagi Azka dengan kalian berdua kalau kalian tidak berkhianat". Jelas Afkaza

Azkara {Bl}Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz