24. Saya Istrinya!

4.9K 470 6
                                    

Saya itu tidur, tapi kalau makan ya saya kuat. Tapi kadang-kadang aku tidak kalau gitu aja masa gak ngerti apa itu namanya.

Tapi, kalau aku mandi kadang makan juga perlu pakai sayur lho! Supaya kita bisa ikut ketrampilan yang diperlukan!

Yaudah kayaknya cukup basa-basi yang basi tadi.

HAPPY READING!😻
.
.
.
.

Berdiam diri di ruangan Anza tanpa melakukan apapun membuat Diva mengembuskan napasnya bosan. "Nge-Mall yuk?" ajak Diva yang kini duduk dengan posisi aneh.

"Mau ngapain?" tanya Lila yang kini masih sibuk memakan cemilan yang entah darimana ia mendapatkannya, bahkan di meja tersebut sudah terdapat banyak bungkus cemilan yang berserakan dimana-mana.

"Khusus lo ngemis," sahut Gori di balas dengkusan sinis oleh Lila.

"Shopping!" seru Diva antusias dan merubah duduknya sembari menatap Lila. "Nanti kita juga ke salon. Kamu mau, kan?" pandangan Diva berbinar cerah.

Mengekspresikan wajahnya sedikit kaku, Lila lantas mengangguk kecil. "Gue oke aja kalau gratis,"

"Gratis kok! Kan yang nanggung mereka berdua," dengan santainya Diva menunjuk Anza dan juga Gori bergantian. Tanpa pikir panjang Diva segera menarik kedua pria tersebut keluar, di susul Lila.

"Ck, apaan! Kenapa bawa-bawa gue, si?!" kesal Anza yang memberontak.

Menghentikan langkah, Diva melotot garang ke arah Anza. "Kamu tuh diem! Jangan bawel jadi jomblo! Dasar!" ucapan pedas Diva membuat Anza mendelikkan matanya, hendak melayangkan protes Lila langsung membungkam mulut pria itu dengan cemilan.

"Diem, sayang." ucap perempuan itu dan melanjutkan langkahnya mengekori Diva juga Gori yang sudah lebih dulu berjalan berlalu.

Terbengong dengan mulut yang terbuka dan penuh cemilan, Anza di buat salah tingkah dan hendak pingsan tapi saat menyadari dirinya di tinggal Anza segera berlari kecil. "TUNGGU, SAYANGGGG!"

Sesampainya di parkiran kantor, bukannya segera pergi. Kedua pria tersebut malah berdebat hal yang tidak penting.

"Pakek mobil gue aja!"

"Mobil gue aja, Za!"

"Udahlah Gor, mobil gue aja!"

"Mobil gue!"

"Mobil gue!"

"Gue!"

"Pakek mobil gue ya mobil gue!"

Lila dan juga Diva sedari menonton perdebatan antara keduanya hanya bisa diam, sungguh sangat malas jika harus melerai perdebatan antara kedua pria tersebut. Tapi mau tidak mau dan dengan terpaksa Lila melerai perdebatan tidak penting itu. "STOP!" Lila berdiri di tengah-tengah keduanya.

"Kalau ribut gini terus, kita nggak jadi-jadi pergi. Ke buru males gue!" lanjutnya ketus.

"Lagian ribet amat mau pakek mobil siapa, supaya adil kita berangkat naik angkot." putusnya final.

"A-angkot? Yang bener aja!" tolak Gori tidak terima.

"Terus mau naik apa? Kalau lo mau jalan kaki sih silahkan," balas Lila acuh. Toh, Gori tidak terlalu penting baginya. Bagi Lila, Anza yang paling penting dan yang terpenting. Eh?

"Ta-tapi kan, lo nggak lihat? Penampilan gue udah keren, tampang juga mendukung. Masa harus naik angkot sih? Udah pake AC alami, terus juga bau lagi!" imbuh Gori kesal. Dirinya terlalu malas jika harus berdesak-desakan apalagi banyak dari penumpang angkot yang ketiaknya sangat bau, bukan bermaksud ketiak shaming. Tapi itu benar adanya!

Kepincut Ojol CantikWhere stories live. Discover now