40. Seseorang

3K 382 8
                                    

Karena memang stok bahan makanan dan yang lainnya telah habis, Bunda memutuskan untuk berbelanja di supermarket dengan ditemani oleh Kanara.

"Enaknya saus tomat merk ini atau ini ya?" tanya Bunda bingung memutuskan untuk memilih saus tomat merk apa, Kanara yang berada disampingnya tersebut tampak berfikir sejenak.

"Ini aja Bun," tunjuk Kana kepada saus tomat yang berada ditangan kiri Bunda Kinar.

Bunda menggeleng kecil tidak setuju. "Nggak, enak yang ini. Bunda udah sering beli yang ini soalnya," putusnya final dan meletakkan saus tomat yang berada ditangan kanannya kedalam troli.

Kanara menghela nafas panjang, jadi untuk apa Bunda repot-repot bertanya kepada dirinya jika seperti itu?

"Kana, Bunda tinggal liat-liat sayur dulu disana. Nih, kamu keliling cari semua yang udah Bunda tulis." ucap Bunda seraya menyerahkan daftar belanjaan kepada Kanara.

"Banyak banget Bun, ini serius?" tanya Kana kaget saat melihat daftar belanjaan yang diberikan oleh Bunda kepadanya.

"Serius, jangan sampai ketinggalan satu barang pun lho! Bunda tinggal dulu," melihat Bunda yang sudah pergi menjauh, Kanara memutuskan untuk segera mencari barang-barang yang tertulis didaftar belanjaan tersebut.

Karena terlalu asyik mengecek barang-barang yang ada didalam troli, membuat ia tidak sengaja menabrak bahu seseorang.

"A-aduh Maaf ya..." Saat mengalihkan atensinya kepada seseorang tersebut seketika Kanara terdiam kaku ditempat, sama halnya dengan orang tersebut yang terdiam sebentar, tapi tidak berselang orang itu tersenyum miring.

"Lama nggak ketemu, Ara..."

Kanara bergerak gelisah, ia ingin segera pergi dari sana, meninggalkan orang yang sangat-sangat ia benci tersebut. "Ma-maaf aku harus pergi."

Orang itu menaikkan satu alisnya dan mencegah Kanara untuk pergi. "Buru-buru banget, nggak kangen sama gue?"

Kanara menyentak kasar tangan orang tersebut, saat dengan berani-beraninya membelai lembut wajahnya. "Lepas! Apa-apaan sih kamu!"

"Bukannya lo suka gue sentuh?" ujarnya tersenyum miring.

"Ngomong-ngomong... lo makin cantik,"

Kanara memejamkan matanya mencoba meredam emosi dan perasaan sakit hati yang sudah lama ia pendam. Apakah orang tersebut tidak merasa bersalah sekalipun kepada dirinya? Mati-matian Kanara melupakan kejadian kelam itu, tapi kehadiran orang tersebut membuat luka lamanya yang belum kering terbuka lagi.

"Pergi aku bilang!" tekan Kana tajam.

Bukannya segera pergi, seseorang tersebut mendekat kearah Kanara dan membisikkan sesuatu yang membuat Kanara tercekat. "Gue pastiin, semua orang bakal tau."

"GAK! SEMUA GAK BOLEH TAUUU!" teriak Kanara emosi, membuat orang tersebut tersenyum puas dan segera pergi dari sana meninggalkan Kanara yang mengamuk tidak terkendali, membuat para pengunjung disana menatapnya aneh.

Bunda yang memang tengah mencari Kanara, seketika beranjak cepat menghampiri perempuan itu. "Hei sayang? Ada apa?" ucapnya lembut.

"Gak! Gak! Semua nggak boleh tau! Gak! Gak! Aku bilang nggak!" racau Kana, sembari mengacak rambutnya frustasi.

"Ssttt! Kenapa sayang? Ini Bunda..." masih dengan ucapan lembut, Bunda terlihat membelai rambut Kanara supaya lebih tenang.

"Bu-bunda, Kana mau pulang..." Bunda yang mendengar itu mengangguk paham, segera ia mendekap erat tubuh Kana dan membawanya pergi, urusan belanjaan tersebut ia biarkan supir keluarganya atau Ayah Abbas yang mengurus.

***

Saat ini Lila tengah sibuk memandikan Stepen supaya tampak bersih merona setiap saat.

Dan tidak lengkap rasanya saat memandikan Stepen ia tidak berceloteh menceritakan hal-hal yang tidak penting. "Gue heran banget Step sama manusia jaman sekarang."

"Kemarin 'kan gue bawa penumpang tuh ya, udah gue anterin dengan selamat tanpa ada lecet sedikitpun! Kurang baek apa gue coba? Lo liat sendiri 'kan Step? Orang nganternya juga pakek lo!" ucapnya sembari memukul pelan stang motornya.

"Yang menjadi permasalahannya, kenapa itu orang nggak mau bayar?"

"Dengan tega itu orang jawab 'YA AMPUN MBAK! CUMA NGANTERIN SAYA DARI SANA KESINI AJA, PAKEK BAYAR!' what? Maksudnya apa ya? Kenapa dia nggak ngesot aja Step? Kenapa?! Kalau nggak mau bayar jangan pesen ojol! Pak! Buk! Adek! Mas! Kakak! Tante!"

"Dikira kita nggak butuh sesuap nasi apa? Lo juga butuh makan 'kan Step?" 

"Udah sekarang apa-apa mahal, cuma bayar ongkos nggak sampai seratus ribu aja susahnya minta ampun! Padahal gue liat-liat ditangannya tuh sana-sini emas semua yang dipakek!" Masih dengan menggerutu kesal Lila memandikan Stepen motor kesayangannya itu, membuat Bayu yang kebetulan lewat tampak menggelengkan kepalanya.

"Stres lo?" Lila mengalihkan atensinya, dan memandang Bayu sinis.

"Bukan stres, lebih ke gila aja si."

"Mau kemana lo? Rapi amat?" lanjutnya memandang Bayu dari atas sampai bawah, pria tersebut menggenakan baju polos berwarna putih dan juga celana hitam, Lila akui Bayu sedikit tampan.

"Cari partner buat sehidup semati," jawabnya sembari menyugar rambutnya kebelakang.

Lila berlagak ingin muntah mendengar penuturan Bayu. "Udah paling cocok lo sama si Ajeng."

Senyum manis, semanis racun tikus tersebut seketika luntur dibibir Bayu. "Jangan gitu dong Lil, ogah banget gue sama tu perempuan!"

"Istighfar Bay! Gitu-gitu Ajeng juga pasti sakit hati denger kata-kata lo,"

"Ya-iya sih, tapi 'kan gue nggak mau sama dia."

"Ya banyak-banyak dzikir aja deh, biar si Ajeng bukan jodoh lo."

Dengan penuh semangat Bayu mengangguk. "Itu udah pasti!"

Hening, Lila yang masih sibuk memandikan Stepen dan Bayu yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Bayu menepuk jidatnya, saat mengingat sesuatu. "Ck, gue harus pergi sekarang."

"Sinting," gumam Lila saat melihat Bayu berjalan dengan tergesa-gesa.

***

Gais, saya mau bilang. Gatau sih ini cerita mau tamat kapan, tapi kayaknya bentar lagi. INSYAALLAH.

Soalnya udah dalam fase konflik tipis-tipis.

Nah, maka dari itu. Saya udah nyiapin sequel hehehe dan udah jadi beberapa part juga, wajib baca si!!!!!

Tapi kalo g mau yauda, gpp. TAPI SAYA MAKSA!

Nah di sequel nya tuchhhh, ceritanya tentang.......(゚ο゚人)) INTINYA SERU DECHHHH!

Oke gitu aja inponya, babayyyyy

Kepincut Ojol CantikOnde histórias criam vida. Descubra agora