39. Calon agen rahasia

Start from the beginning
                                    

Tapi soal kejadian kentut barusan dia sangat yakin kalau dia tidak cepirit. Mana mungkin dia eek di celana.

"Apa gue cek ke toilet dulu ya." Tiba-tiba pendirian Chiko goyah.

Akhirnya cowok itu memutuskan pergi ke toilet. Membayangkan akan adanya hal menjijikkan nempel di tubuhnya membuatnya merinding sendiri. Saat dia melewati taman sekolah matanya secara refleks menoleh ke samping, tampak iri dengan anak-anak yang jam pelajarannya sedang kosong dan memilih bersantai di sana.

Kakinya berhenti saat manik matanya menemukan sosok familier yang sudah lama memenuhi relung hatinya. Itu Sesil. Gadis itu tengah duduk di gazebo sekolah bersama empat orang lainnya. Membaca sebuah buku lalu berbicara pada temannya. Sepertinya mereka sedang mengerjakan tugas kelompok.

"Calon makmum!" Chiko berteriak sambil melambaikan tangan.

"Woi! Cantiknya Chiko!" Gadis itu tak kunjung merespon.

Chiko memilih menelepon Sesil saja. Dia cuman ingin Sesil tahu keberadaannya, diberikan seulas senyum sudah cukup sepertinya.

"Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi."

Chiko mengerutkan kening menatap ponselnya. Kenapa Sesil tidak bisa di hubungi? Padahal Chiko melihat gadis itu tengah memegang ponsel.

Chiko menepuk jidat, "Chiko goblok! Ponsel Sesil kan ada di elo."

*****

Lemari es dibuka. Sebuah tangan mengambil sekotak susu rasa strawberry dari dalam sana. Chiko menggigit bungkus snack, sedangkan kedua tangannya sudah penuh dengan makanan.

"Rujak!" kata Chiko baru ingat kalau Bundanya tadi membuat rujak.

Dengan susah payah cowok itu mengambil kotak makan berisi buah dan sambal rujak. Entah mendapat hidayah dari mana sampai sang Bunda punya inisiatif membuat rujak, yang pasti Chiko berharap Bundanya tidak sedang hamil sekarang.

Dia tidak mau predikatnya sebagai anak bungsu harus tergeser.

Chiko melepas semua makanannya di atas karpet kamar. Dia duduk, menggeser meja kecil di mana sudah ada laptop dan ponsel di sana.

Mengambil susu strawberry Chiko langsung saja meminumnya, sebelum akhirnya terfokus ke dua alat elektronik di depannya.

Kini ponsel Sesil sudah terhubung di laptop miliknya. Rasa penasaran Chiko memuncak pasal seorang cowok yang menelepon Sesil beberapa minggu yang lalu, dan juga puluhan nomor misterius yang mampir di ponsel Sesil.

"Coba yang ini." Chiko mengeklik salah satu nomor yang terpampang di laptopnya.

Beruntung sang Ayah adalah seorang agen rahasia, jadi dia sedikit tahu pasal ilmu tersebut. Sepertinya dia mulai tertarik mengikuti jejak beliau.

"Hallo?" Suara Sesil muncul dalam rekaman suara.

"............"

"Maaf, ini siapa?"

"............ "

"Hallo?"

Panggilan berakhir. Chiko mengacak rambutnya. Kenapa yang bersuara cuman Sesil saja? Di mana suara sang penelepon.

Tak menyerah Chiko kembali mengeklik satu nomor lainnya. Dia mendengarkan dengan seksama.

"Hallo?" Suara Sesil kembali terdengar.

"..............."

"Ini siapa?"

"..............."

"Maaf, saya tidak punya banyak waktu." Sesil mematikan sambungan telepon.

Chiko berdecak, ternyata sama saja. Dia kembali mengeklik nomor lainnya. Entah bisa sabar atau tidak, dia mulai muak melihat banyak nomor telepon asing yang mampir di ponsel Sesil. Apakah dia harus membuka semuanya?

"Hallo?"

"................."

"................." Sesil ikut diam tak bersuara lagi.

Chiko kembali meminum susunya.

"Yah... Di cuekin. Abang Chiko jadi galau."

Byur!

Chiko menyembur laptopnya hingga membuat benda itu penuh dengan cairan warna pink. Buru-buru Chiko membersihkannya dengan tisu, beruntung laptopnya tidak mati.

Setelahnya sambungan terputus.

"Itu tadi suara gue kan?" tanya Chiko pada diri sendiri, "Sial! Kenapa Sesil gak minta bantuan sama gue padahal gue tepat ada di depannya?"

Chiko memakan snacknya rakus lalu kembali mengeklik nomor berikutnya.

"Hallo?"

"................"

"Siapa pun anda, ini gak lucu!"

".............."

"Tolong katakan sesuatu!"

"..............."

"Ish... Nyebelin!" Sambungan telepon kembali terputus.

Chiko mulai muak. Dia beralih ke riwayat video call. Di sana ada banyak nama yang pernah melakukan panggilan video dengan Sesil. Dari puluhan nama Chiko memilih satu dari mereka yang tak bernama, dan itu adalah satu-satu nomor tak di kenal yang pernah melakukan panggilan video dengan Sesil.

"Hallo?" Terlihat muka Sesil yang kentara bingung di sana.

Seperti biasa orang di seberang tak menjawab. Chiko mengamati dengan seksama kamera itu sambil memakan snacknya.

Kamera menunjukkan satu ruangan yang temaram, nyaris gelap. Dia berjalan perlahan menuju gorden besar, lalu sebuah tangan dengan postur laki-laki menyibak sedikit gorden tersebut. Memperlihatkan kondisi di luar rumah.

"Kayak kenal sama lingkungannya." Chiko menyipitkan mata.

Dia mengulangi lagi video tersebut di detik ketika orang misterius itu memperlihatkan kondisi luar rumah. Dia mem pause video lalu mengamati lamat-lamat.

Mata Chiko melotot saat lampu di dalam kepalanya mulai menyala, "Anjir! Itu kan depan rumah gue!"

Chiko baru sadar kalau kamera itu memperlihatkan sebagian besar dari rumahnya. Cowok itu beranjak berdiri dan lari menuju balkon kamarnya. Menatap rumah kosong yang selalu membuat buku kuduknya meremang.

"Orang itu ada di dalam sana."



__________________

Bersambung.....

My ChikoWhere stories live. Discover now