42. SECARIK KERTAS

4K 203 34
                                    

Ada yang otw jadi sad boy nih, kasian banget...

Tebak siapa?

Jawabannya ada diakhir parttt!

Happy reading

Setelah dua harian Athala di rumah sakit, akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Tentunya ia sangat bosan jika berlama-lama berada di rumah sakit ini. Apalagi sekarang ujian penaikan kelas tinggal berapa bulan lagi. Athala murid yang keluar-masuk kelas, dirinya harus belajar lebih giat untuk mengikuti jejak kedua orangtuanya.

Anak semata wayang yang hidup di keluarga konglomerat. Menjadi satu-satunya harapan bagi keluarga Abraham. Meskipun itu semua terjadi, Athala tidak pernah kekurangan apapun. Keluarga, temane, sahabat, dan pacar, laki-laki itu memilikinya semua.

Athala turun dari mobil dengan dibantu Bunda. Wanita itu sama sekali tidak ingin membiarkan anaknya lecet sedikitpun.

"Kamu kalau dibilangin itu jangan ngeyel makanya," ujar Bunda pada Athala saat turun.

"Kita semua repot kan, Nak."

Athala tidak membantah ataupun mengelak. Justru laki-laki itu tersenyum. "Tapi Bunda bakalan bantuin aku juga, kan?" tanya Athala membuat Bunda mengangguk.

"Setelah kamu ditembak, mau apalagi kamu?" tanya Rivano. "Papa udah tidak bisa hitung berapa kali kamu bolak-balik rumah sakit karena perkelahian terus."

"Kamu tau kan Athala-"

"Iya sayang, anak kita pasti paham kok." Bunda ikut memegang lengan Rivano agar tidak lebih jauh memarahi Athala.

"Bunda emang the best," bisik Athala.

Bibi Yuni membuka pintu ruang tamu saat mendengar suara mobil datang. "Nak Athala! Alhamdulillah, akhirnya pulang juga. Bibi tungguin loh! Maaf ya, Bibi gak bisa jengukin..."

Athala berjalan menghampiri Bibi Yuni. "Gak papa kali Bi. Akunya juga baik-baik aja," kata Athala.

"Astaga! Bagaimana aden bisa baik-baik aja kalau abis ditembak," ujar Bibi Yuni kemudian tangannya memegang bagian perut Athala.

Athala meringis pelan kala Bibi Yuni telah mencapai tepat pada tempat jahitan itu. "Awh-"

"Tuhkan, aden masih sakit,"

"Yuk, masuk. Nanti Bibi buatin bubur yang paling enak!" Bibi Yuni bersemangat seraya membantu merangkul Athala. Selanjutnya mereka berempat masuk bersama-sama ke dalam rumah megah itu.

"Kangen aku gak Bi?" tanya Athala disela-sela perjalanan.

"Kangen dong!"

"Kangen banget atau sedikit aja?"

"Kangen banget, banget, banget den." Bibi Yuni menekankan di setiap kata-katanya.

Di lain sisi, Bunda yang memegang satu tangan Athala itu menjadi cemberut. "Waktu sama Bunda kamu gak pernah ngomong terus nadanya manja-manja gitu," ucap Bunda sedikit lirih.

"Bunda kan punya Papa," jawab Athala kemudian ia menatap Bibi Yuni. "Kalau Bibi, dia kan belum punya Suami. Gak papalah Athala jadi Suami simpanannya," lanjut Athala membuat mereka tertawa.

"Aden jangan gitu ah. Nyonya nanti bisa-bisa cemburu sama saya," ucap Bibi Yuni.

"Bukan nanti Bi. Tapi udah daritadi," balas Bunda ketus.

Waktu terus berjalan dengan ditemani mereka yang terus berbincang-bincang. Bunda datang dari dapur dengan membawakan bubur bikinan Bibi Yuni yang tadi ia janjikan.

ATHALA [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant