Part 21

424 44 0
                                    

Part 21

Reihan yang masih SMA saat itu, berniat menghampiri Rina bersama dengan kedua temannya yaitu Adi dan Hendra. Kedua teman Reihan sendiri tidak tahu dengan rencana apa yang akan lelaki itu lakukan, mereka hanya mengikutinya di belakang.

"Gue tadi lihat cewek itu ada di kamar mandi ini, jadi kita tunggu aja dia di sini." Reihan berujar ke arah kedua temannya, yang tampak bingung setelah mendengar ucapannya.

"Maksud lo siapa?" tanya Hendra keheranan, karena ia hanya ikut Reihan tanpa tahu apa yang akan lelaki itu lakukan.

"Cewek yang berhijab itu."

"Jadi lo ajak kita ke sini untuk menemui cewek itu?" tanya Hendra lagi yang diangguki oleh Reihan.

"Buat apa kita menemui dia?"

"Iya, Rei. Buat apa?" Kini Adi yang bertanya, ia tampak tak mengerti dengan jalan pikiran teman barunya itu.

"Ya buat membuktikan ucapan gue lah."

"Ucapan yang mana?"

"Dia sudah datang, husht." Reihan menempelkan jarinya ke bibirnya, mengisyaratkan temannya itu untuk diam dan mereka langsung mengikutinya, bisa dilihat dari cara keduanya tak berbicara dan hanya memerhatikan yang Reihan lakukan sekarang.

"He, kamu." Panggilan Reihan terdengar angkuh ke arah Rina yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Iya, Kak. Ada apa ya?" tanya Rina kebingungan setelah menghentikan langkah kakinya.

"Nama lo siapa?"

"Rina, Kak."

"Rina? Nama lo kampungan." Reihan menyilangkan kedua lengannya, sedangkan Adi dan Hendra tampak mulai waspada di belakangnya.

"Lo mau ganggu dia? Dia perempuan loh, Rei." Hendra menarik pundak Reihan untuk bertanya, namun temannya itu menggeleng pelan.

"Enggak lah. Gue cuma mau nyuruh dia melakukan sesuatu kok dan gue akan bayar untuk itu." Reihan menjawab penuh percaya diri, yang tentu saja membuat Rina takut.

"Maaf, Kak. Kalau enggak ada yang penting, aku pergi dulu." Rina sudah melangkahkan kakinya, namun Reihan seketika menarik seragam di bagian lengannya.

"Mau ke mana lo? Gue belum selesai ngomong sama lo." Menyadari tangan Reihan berada di seragamnya, Rina seketika menjauh dengan rasa takut tampak di wajahnya.

"Kenapa lagi, Kak?" Rina sudah sangat tak nyaman berada di sana, terlebih lagi tidak ada murid lain kecuali mereka, membuatnya semakin takut kalau-kalau mereka berbuat jahat, terlebih lagi saat mengingat ia juga sering di-bully di sana.

"Gue punya uang satu juta, chas." Reihan menunjukkan uang yang sempat berada di sakunya.

"Dan ini akan menjadi milik lo, asalkan lo mau buka hijab lo itu di depan kita." Reihan menunjuk ke arah kerudung Rina, membuat kedua temannya terkejut mendengar ucapannya.

"Lo sudah gila ya? Untuk apa lo melakukan itu?" Hendra bertanya dengan nada tak habis pikir, namun Reihan tampak tak berpengaruh dengan pertanyaannya.

"Ya untuk membuktikan ucapan gue lah." Reihan menjawab dengan santai, yang tentu saja tak membuat Hendra terima, namun sebelum ia ingin menjawab ucapan temannya itu, Adi menahannya dan menyuruhnya untuk diam.

"Kita lihat aja dulu," ujar Adi seolah paham dengan tatapan Hendra.

"Jadi bagaimana? Lo mau enggak buka hijab lo? Kalau iya, uang satu juta ini buat lo." Reihan mengibaskan uang itu ke arahnya seolah kipas, sedangkan Rina tampak jengah dengan sikap lelaki yang tidak dikenalnya itu.

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Where stories live. Discover now