Part 02

575 63 1
                                    

Part 02

Rina menghembuskan nafasnya saking gugupnya ia saat ini, sedangkan posisinya sekarang sudah berada di kursi klinik setelah sempat turun dari ranjang milik dokter kehamilan. Rina sendiri baru saja diperiksa perutnya, untuk mengetahui apa ia benar-benar sedang hamil sekarang.

"Bagaimana, Dok? Apa saya benar-benar sedang hamil sekarang?" tanya Rina setelah dokter yang memeriksanya duduk di kursinya.

"Iya, Bu. Anda memang sedang hamil sekarang, selamat ya," jawab dokter perempuan tersebut, yang seketika disenyumi oleh Rina dengan perasaan bahagia.

"Iya, Dok. Terima kasih."

"Ini saya kasih obat untuk satu bulan ke depan dan sebaiknya Anda minum secara rutin ya? Jangan terlalu setres, kelelahan, dan juga jangan lupa setiap bulannya Anda harus periksa kandungan, supaya kita tahu perkembangannya."

"Iya, Dok. Sekali lagi terima kasih. Kalau begitu saya permisi dulu." Rina menyunggingkan senyumnya sembari mendirikan tubuhnya, yang diangguki mengerti oleh sang dokter.

"Iya."

Rina keluar dari klinik tersebut lalu menghampiri putranya yang tengah duduk di kursi luar. Rina yang melihat putranya begitu anteng dan dengan sabar mau menunggunya, seketika kembali tersenyum lalu duduk di sampingnya sembari memeluknya dengan hangat.

"Sudah ya, Ma?"

"Iya, sayang."

"Kata dokter apa, Ma? Mama enggak sakit parah kan?"

"Enggak kok, Mama kan juga sudah bilang kalau Mama enggak sakit."

"Kalau enggak sakit kenapa harus ke dokter?" tanyanya polos yang lagi-lagi disenyumi oleh Rina.

"Mama ke dokter, karena Mama sedang hamil sekarang."

"Hamil? Penyakit apa itu, Ma? Bahaya enggak?" tanya Rian khawatir yang kali ini ditertawai oleh Rina, yang merasa tak menyangka dengan pertanyaan putranya.

"Enggak bahaya kok. Hamil itu Mama akan punya anak lagi, jadi di sini, di perut Mama akan ada bayi." Rina mengarahkan tangan putranya ke arah perutnya, ia berusaha menjelaskan dengan caranya.

"Bayi di dalam perut?"

"Iya, jadi nanti perut Mama akan membesar terus Mama melahirkan bayi, dan bayi itu akan menjadi adik kamu."

"Apa? Jadi Rian akan punya adik, Ma?" tanya bocah itu yang mulai mengerti meskipun sebenarnya ia tak terlalu paham dengan maksud dari bayi yang bisa berada di dalam perut, namun satu hal yang pasti, ia akan memiliki seorang adik.

"Iya. Kamu senang enggak kalau punya adik?"

"Senang dong, Ma. Kan itu keinginan aku dari dulu. Dedek bayi baik-baik ya di sana, nanti kita ketemu kalau kamu sudah keluar." Rian mengelus purut rata Rina, yang saat ini tengah tersenyum melihat tingkah laku putranya.

"Mama harap, saat Mama memberitahu Papa tentang kabar baik ini, Papa juga merasa bahagia seperti kamu, Sayang." Rina bergumam dalam hati, dengan harapan yang begitu besar di sana. Walau sebenarnya ada saja ketakutan yang terselip, mengingat sikap dan watak suaminya yang kasar.

***

Malam harinya, Rina menunggu kedatangan suaminya di ruang keluarga, sedangkan putranya baru saja ia tidurkan di kamar. Saat ini Rina ingin memberitahukan kabar kehamilannya pada Ali, itu lah kenapa ia berada di tempatnya saat ini.

Biasanya, suaminya akan datang pukul jam sembilan malam, itu artinya sebentar lagi laki-laki itu akan sampai. Dan itu benar, karena tak lama Rina menunggu, suara mobil terparkir terdengar di depan halaman rumah.

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Where stories live. Discover now