Part 03

441 48 1
                                    

Part 03

Keesokannya, Rina masuk ke dalam rumah setelah selesai mengantarkan Rian ke sekolahnya. Sesampainya di dalam, Rina mendudukkan tubuhnya di sofa sembari menyenderkan punggungnya. Di sana ia menghela nafas panjang beberapa kali, sedangkan tubuhnya yang lelah berusaha ia buat nyaman dengan bantal di sampingnya.

Tadi pagi Rina menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk suaminya, termasuk juga cemilan untuk Rian agar tidak jajan di sekolah. Setelah semua selesai, seperti biasa Rina mengantarkan putranya itu lalu pulang dengan tubuh yang tak karuan.

Rina sendiri sadar, kenapa tubuhnya begitu lemah sekarang, karena ada janin di dalam perutnya. Hal itu juga lah yang membuat Rina kepikiran tentang kedepannya, tentang bagaimana ia bisa menjalani kehidupannya yang cukup sulit ini dengan perut yang kian membesar setiap bulannya.

Apa ia sanggup dan mampu melewatinya? Setidaknya hal itu lah yang membuat Rina merasa tak percaya diri dengan dirinya sendiri. Sampai saat ia mengingat bundanya, di saat itu lah ia menggeleng pelan, karena tidak seharusnya ia pesimis sebelum menjalaninya nanti.

"Oh ya, aku belum memberitahu Bunda tentang kehamilanku." Rina baru mengingat sesuatu hal lalu mencari ponselnya yang berada di dalam tasnya.

"Sebaiknya aku menghubungi Bunda, aku juga mau tahu bagaimana keadaannya," gumam Rina sembari mencari kontak bundanya lalu meneleponnya setelah menemukannya.

"Assalamualaikum. Halo, Rina." Suara seorang wanita terdengar antusias dari seberang sana, membuat Rina tersenyum mendengarnya.

"Wa'alaikum salam, Bunda. Bagaimana kabar Bunda sekarang?"

"Bunda baik-baik saja, Rin. Kamu sendiri bagaimana?"

"Aku juga baik kok, Bun."

"Kamu kapan pulang? Bunda kangen sama kamu. Pulang sebentar aja juga enggak apa-apa, asalkan Bunda bisa lihat kamu." Bundanya bertanya dengan nada yang cukup menyayat hati Rina.

"Tunggu Mas Ali libur ya, Bunda? Kan Bunda tahu sendiri, Mas Ali itu jarang ada di rumah, dia sibuk terus."

"Memangnya kamu enggak bisa ke sini sendirian sama Rian?"

"Bukannya aku enggak mau, Bunda. Tapi Mas Ali yang melarang aku bepergian sendirian apalagi sampai bawa Rian, dia itu selalu khawatir dan takut aku kenapa-kenapa di jalan." Rina menjawab bohong, karena faktanya Ali yang melarangnya pergi ke rumah bundanya tanpa memberinya alasan, dan keinginannya itu harus dipenuhi tanpa bantahan.

Tentang Ali yang melarangnya bepergian karena takut terjadi sesuatu dengannya di jalan, tentu saja semua itu hanya karangan Rina, karena kenyataannya suaminya itu tidak pernah peduli dengannya. Bahkan lelaki itu yang menyuruhnya untuk mandiri dan melakukan semuanya sendiri, hal itu sudah berlangsung lama tepatnya sejak awal pernikahan mereka.

"Dari dulu alasan kamu selalu saja sama, padahal kamu sudah menceritakan semuanya dan Bunda juga yakin kalau kamu lagi berbohong sekarang," jawab sang bunda terdengar kecewa, yang tentu saja membuat Rina merasa bersalah.

"Bukan begitu, Bunda. Mas Ali cuma mau yang terbaik buat aku, dia enggak mau aku kenapa-kenapa, apalagi sekarang aku lagi hamil." Rina berusaha terdengar baik-baik saja saat mengatakan kehamilannya, ia tidak mau bundanya merasa bila dirinya sedih sekarang, meskipun sebenarnya itu lah yang terjadi.

"Apa? Kamu lagi hamil, Rin?" tanya bundanya terdengar terkejut yang diangguki oleh Rina.

"Iya, Bunda. Aku baru mengetahuinya kemarin, jadi aku menelepon untuk memberitahu Bunda sekarang." Rina ingin menangis namun ia tahan, ia tidak bisa memperlihatkan perasaannya terlebih setelah pertengkarannya dengan Ali semalam.

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Where stories live. Discover now