Part 04

358 46 1
                                    

Part 04

Seperti hari-hari biasa, Rina menunggu putranya di depan gerbang sekolah untuk menjemputnya. Karena waktu pulang les putranya kurang lima menit lagi, Rina berniat membeli es untuk mengurangi rasa hausnya. Rina memarkirkan motornya lalu berjalan ke arah warung terdekat, sesampainya di sana, Rina memesan es kesukaannya yang memang sudah menjadi langganannya.

"Es yang biasanya ya, Bu."

"Iya, tunggu sebentar," jawab penjual tersebut sembari menyunggingkan senyuman. Sedangkan Rina hanya mengangguk lalu duduk di bangku sembari memerhatikan jalanan, di mana banyak kendaraan yang berlalu lalang. Sampai saat Rina menyadari salah satu kendaraan yang tengah berjalan lirih itu adalah mobil suaminya, di saat itu lah ia merasa heran.

Sebenarnya tidak ada yang akan Rina lakukan, meskipun ia tahu suaminya berada tidak jauh dari tempatnya. Ia juga tak berniat memanggilnya apalagi sampai menghampirinya, karena ia tahu suaminya itu tidak akan menyukainya. Namun ada hal yang membuatnya merasa heran kenapa suaminya masih berada di jalan, sedangkan seharusnya dia berada di kantor sekarang.

Walaupun hari ini adalah hari sabtu, yang seharusnya adalah hari libur, namun tidak dengan perusahaan tempat di mana Ali bekerja sebagai direktur tersebut. Di hari seperti sekarang ini, lelaki itu justru semakin sibuk dan bahkan sampai tidak pulang. Namun yang membuat Rina heran kali ini, kenapa suaminya itu justru berada di luar kantor sekarang.

"Apa Mas Ali sedang ada meeting di luar kantor ya?" gumam Rina terdengar tak yakin, karena setahunya perusaahan tempat suaminya bekerja itu adalah perusahaan besar, di mana banyak fasilitas yang bisa digunakan apalagi cuma untuk acara pertemuan.

"Apa mungkin di mobil itu cuma Pak Sopir ya? Dan Mas Ali enggak ikut? Kayanya sih iya." Rina berusaha berpikir masuk akal, karena ia sendiri bukan tipe wanita yang mudah curiga, selain itu juga ia merasa tak memiliki hak untuk mengurusi urusan suaminya.

"Bu, ini esnya ya?" Mendengar suara penjual es, Rina tersadar dari lamunan dan langsung mendirikan tubuhnya untuk menerima pesanannya.

"Iya, Bu. Ini uangnya ya? Terima kasih." Rina menyunggingkan senyum dengan sopan lalu menerima esnya setelah memberikan selembaran uang berwarna ungu.

Tak ingin terus-terusan berada di sana dan memikirkan suaminya, Rina memutuskan kembali ke motornya untuk menunggu putranya. Di dalam hati ia selalu menegaskan pada dirinya sendiri untuk tidak terlalu kepo dengan urusan Ali, meskipun sebenarnya sebagai seorang istri ia juga ingin menanyakan banyak hal dan berbagi kisah atau masalah yang dihadapi keduanya. Namun sekali lagi Rina juga harus ingat, bila suaminya itu mau menikahinya karena terpaksa dan cukup mustahil bila mereka bisa menjalani rumah tangga selayaknya orang-orang pada umumnya.

"Mama," panggil seorang bocah setelah beberapa menit Rina duduk di kursi motornya sembari menikmati es miliknya.

"Sayang, kamu sudah pulang. Mau es enggak? Tapi jangan banyak-banyak ya, nanti kamu sakit." Rina menyodorkan es miliknya, karena ia tahu putranya itu tengah merasa kehausan.

"Enggak usah, Ma. Aku tadi sudah minum air dari tas bekal kok."

"Oh gitu? Ya sudah kalau begitu kita pulang sekarang ya?"

"Iya, Ma. Tapi tadi kata guru, aku harus beli barang-barang ini." Rian memberikan kertas catatan ke arah Rina yang langsung menerimanya dan membacanya.

"Mau buat keterampilan lagi ya?" tebak Rina yang langsung diangguki oleh putranya.

"Iya, Ma. Buat besok Senin."

"Kalau ini sih barang-barangnya cuma ada di mall, Sayang. Bagaimana kalau besok kita ke mall? Kan besok kamu libur hari Minggu."

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα