Part 17

399 50 0
                                    

Part 17

Hari ini Rina dan bundanya sudah pindah ke kontrakan baru mereka, yang tempatnya cukup nyaman meskipun tidak bisa dikatakan luas. Keduanya memilih tempat itu karena lokasinya tak jauh dari perumahan, tempat tinggal mantan mertuanya. Di mana saat ini Rian tinggal di sana, itu artinya Rina dan bundanya bisa melihatnya kapan saja tanpa harus memakan waktu yang lama.

Meskipun sebenarnya Rina sendiri tak yakin bisa melihat Rian kecuali putranya itu tengah bermain di halaman rumah, Rina juga tidak mungkin datang ke rumah mantan mertuanya dan mengatakan bila ia ingin menemuinya, karena ia pasti akan diusir sebelum melihatnya.

Untuk sementara ini, Rina berencana mengintip putranya diam-diam, sampai saat ia memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya. Namun bila mengingat situasinya dan juga sikap mertuanya, Rina hampir putus asa. Untungnya bundanya selalu menyemangatinya dan mengatakan kalau ia harus berjuang demi impiannya tinggal bersama putranya.

"Bagaimana? Bunda suka?" tanya Rina memastikan, yang diangguki oleh wanita yang sudah melahirkannya tersebut.

"Suka kok. Kamu sendiri bagaimana? Suka?"

"Kalau aku sih di mana aja pasti suka, Bunda. Asalkan tempatnya enggak terlalu jauh dari Rian, aku ingin melihatnya kalau-kalau ada kesepakatan."

"Iya, kamu pasti bisa. Oh ya, bagaimana dengan pengacara yang ingin kamu sewa?"

"Aku akan mencarinya nanti, Bun. Aku kan juga harus cari pekerjaan dulu untuk makan kita sehari-hari, tapi apa Bunda yakin uang tabungan Bunda mau buat sewa pengacara?"

"Iya, kenapa?"

"Memangnya Bunda enggak sayang apa? Uang itu kan banyak."

"Bunda lebih sayang cucu Bunda," jawabnya sembari tersenyum tulus.

"Terima kasih, Bunda."

"Iya." Keduanya tersenyum semringah lalu memeluk satu sama lain dengan harapan yang sama.

***

Reihan mengunjungi perusahaannya untuk memeriksa keadaan di sana, sedangkan ia baru saja pulang dari acara amal di sebuah panti asuhan. Reihan sendiri memang sering ikut di acara-acara seperti itu, terutama di tempat ia sebagai donatur tetap di sana.

Kehidupan seperti itu lah yang Reihan jalani beberapa tahun terakhir, tepatnya di enam tahun belakangan. Dirinya yang seorang mualaf berhasil menemukan kedamaian yang ia cari selama ini, namun kedamaian itu juga datang bersamaan dengan kabar yang menyakiti hatinya. Meskipun begitu, Reihan tidak oleng oleh rasa itu, ia tetap dengan pendiriannya untuk bersama Islam.

Dulu, Reihan seorang laki-laki dengan beragama Nasrani, ia tak pernah berpikir untuk pindah agama. Namun karena seseorang ia merasa penasaran dengan Islam, saat pertama kali ia ingin mempelajarinya, ia sempat berpikir akan menyerah andai ia tidak menemukan jawaban yang dicarinya.

Sebuah jawaban yang mampu menggerakkan hatinya untuk mengakui kebenarannya, namun yang terjadi justru jauh dari ekspetasinya. Reihan dibuat jatuh cinta dan percaya akan Tuhan yang sebenarnya, itu lah kenapa ia memilih untuk bersyahadat setelah cukup lama belajar Islam.

Itu lah sepenggal kisah dari Reihan, cerita yang akan selalu lelaki itu kenang sepanjang hidupnya. Dan sekarang ia berada di tempat perusahaannya, dengan tenang ia turun dari mobil, lalu berjalan ke arah satpam yang bekerja menjaga kantornya. Di sana ia berniat bertanya pada sang satpam, tentang hal yang ia pikirkan beberapa hari belakangan.

"Selamat pagi, Pak Reihan." Satpam tersebut langsung menyapa Reihan dengan sopan.

"Pagi, Pak."

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora