Part 11

379 51 2
                                    

Part 11

Di malam hari, Ali yang masih berada di rumah Sinta kini mengambil jasnya dan juga tas kerjanya. Lelaki itu berniat pulang ke rumahnya, namun Sinta yang melihatnya tentu saja merasa heran dan langsung menghampirinya untuk menanyakan niatnya.

"Kok kamu bawa barang-barang kamu sih, Mas? Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Sinta keheranan, namun Ali justru tampak lebih heran.

"Kenapa kamu masih bertanya? Tentu saja aku mau pulang." Ali menjawab tak habis pikir sembari berjalan ke arah pintu keluar.

"Kok pulang? Kan biasanya kamu menginap di sini kalau malam Minggu." Sinta memanyunkan bibirnya, ia tampak kecewa dengan keinginan Ali.

"Kamu lupa ya kita sudah sepakat untuk menyembunyikan hubungan kita dari Rina kan? Jadi sekarang ya aku harus pulang."

"Ya sih tapi kan sebelum dia tahu kita berselingkuh juga kamu sudah sering menginap di sini kan? Lalu apa bedanya dulu sama sekarang?"

"Bedanya sekarang aku harus lebih berhati-hati, kalau sampai Rina curiga dan mencari tahu kebenarannya, dia bisa aja beri tahu Papaku semuanya. Tolong sekali ini saja kamu mengerti posisi aku!" Ali menjawab tegas, ia benar-benar tidak bisa menuruti permintaan Sinta kali ini.

"Iya-iya, aku mengerti kok. Aku minta maaf, tapi kita masih bisa sering keluar bersama kan?" Sinta menatap memohon ke arah Ali yang tampak enggan menganggukinya.

"Iya, tapi seperti tadi siang, jangan terlalu lama dan kita juga harus memakai kacamata dan topi, aku juga enggak mau Rina kebetulan tahu kita seperti di mall dulu."

"Aku mengerti, ya sudah kalau begitu kamu boleh pulang, hati-hati ya?"

"Iya, aku pergi dulu." Ali mengangguk lalu berpamitan ke arah Sinta yang tampak enggan melepasnya.

"Iya." Sinta menjawab terpaksa sembari melambaikan tangannya saat menunggu Ali memasuki mobilnya.

***

Keesokan paginya, Rina menyiapkan sarapan untuk Ali yang saat ini sudah di kursi makannya. Ekspresi wajah Rina tampak muram tidak seperti biasanya dan tentu saja hal itu disadari oleh Ali, begitupun dengan tadi malam saat ia baru pulang. Istrinya itu membukakan pintu dengan ekspresi datar terkesan muak, namun saat itu Ali tidak terlalu memedulikannya, ia bahkan langsung masuk ke kamarnya.

Sekarang ekspresi Rina hampir sama seperti tadi malam, tidak ada senyuman tipis ataupun ucapan hangat dari bibirnya, membuat Ali bertanya-tanya ada apa dengan istrinya. Sebenarnya di hari-hari biasanya Ali tidak pernah memedulikannya, tak jarang juga ia sering membentaknya saking kesalnya, namun istrinya masih bersikap sama, hangat dan ramah. Namun pagi ini wanita itu tampak berbeda, seolah ada yang sudah terjadi sesuatu dengannya.

"Kamu kenapa?" tanya Ali penasaran ke arah Rina yang tengah mengambilkan nasi di piringnya.

"Enggak apa-apa."

"Enggak apa-apa, tapi wajah kamu cemberut, ada apa? Bilang sama aku kalau ada masalah!" sungut Ali ketus yang tentu saja tak membuat Rina mau mengatakan yang sebenarnya.

"Aku cuma merasa mual," jawab Rina acuh tak acuh lalu pergi lagi ke dapur, meninggalkan Ali begitu saja di tempatnya.

"Wanita aneh," gerutu Ali tak habis pikir, namun di otaknya ia masih bertanya-tanya kenapa Rina tampak berbeda, membuat hatinya diam-diam merasa takut sekarang.

Tak ingin terlalu memikirkan istrinya itu, Ali lebih memilih untuk memakan sarapannya, namun tak lama Rina kembali lalu duduk di tempat makannya. Sedangkan ekspresi wajahnya masih tetap sama, bahkan saat ia menyantap makanannya.

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Where stories live. Discover now