Part 05

392 47 0
                                    

Part 05

Rina merapatkan bibirnya sembari menatap ke arah suaminya, ia ingin tahu jawaban dari laki-laki itu. Namun sorot matanya justru menyiratkan rasa tak bersalah, membuat Rina merasa bingung membaca ekspresinya.

"Di mana kamu melihatku?" Pertanyaan itu keluar dari bibir Ali, namun lagi-lagi Rina tak bisa menebak isi pikirannya.

"Di mall tadi siang. Aku melihat kamu bersama dengan seorang wanita, kalian juga terlihat mesra. Sebenarnya siapa dia, Mas?"

"Oh jadi kamu kebetulan tahu? Baguslah."

"Apanya yang bagus? Memangnya dia siapanya kamu?"

"Dia pacarku," jawab Ali tenang, yang tentu saja membuat Rina terkejut mendengarnya, terlebih lagi suaminya itu mengatakannya dengan lantang dan terang-terangan tanpa gelagapan.

"Pacar?" tanya Rina terdengar tak percaya.

"Iya, memangnya kenapa?" Ali menjawab dengan santainya dan bahkan terdengar angkuh nadanya.

"Bagaimana mungkin kamu punya pacar sedangkan kamu sudah punya istri, Mas?"

"Istri? Siapa yang kamu maksud?" Ali bertanya dengan nada meremehkan, senyum sinisnya bahkan terukir di bibirnya.

"Aku kan istri kamu, Mas."

"Kamu memang istriku di depan papaku, tapi bukan di hati aku. Karena bagiku, kamu cuma pembantu di rumahku." Ali menunjuk wajah Rina seolah ingin menekankan kalimatnya.

"Kamu menganggap aku pembantu setelah semua yang sudah aku lakukan selama ini?" Rina menitikkan air matanya, ia tampak begitu kecewa dengan ucapan suaminya saat ini.

"Memangnya apa yang sudah kamu lakukan selama ini? Kamu cuma menjadi istriku, kamu bisa tinggal di rumah mewah seperti ini, dan hidup enak dengan uang yang aku berikan. Apa semua itu membebanimu?" tanya Ali sembari menekan dagu Rina dan bahkan sampai meremasnya kuat-kuat.

"Aku sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk kamu dan juga ibu yang baik untuk anak kita, Mas. Aku enggak pernah peduli dengan semua sikap kasar kamu selama ini, tapi apa harus ada wanita lain di rumah tangga kita?" tanya Rina sembari menahan rasa sakitnya.

"Tentu saja, karena kamu enggak cukup baik untuk bisa bersamaku apalagi menjadi wanita yang aku cintai. Kamu itu cuma wanita kampung, yang kebetulan dibantu Papaku, kalau bukan karena Papa, mana mungkin aku menikahimu?" Ali melepas rengkuhan tangannya dengan keras, sedangkan Rina hanya bisa menangis kecewa.

"Aku juga seorang wanita, Mas. Aku bisa terima semua perlakuan buruk kamu, sikap enggak peduli kamu, dan bahkan amarah kamu yang tanpa alasan. Tapi aku enggak bisa terima kalau ada wanita lain di rumah tangga kita, meskipun aku sadar kalau kamu juga enggak mungkin mencintai aku. Jadi aku mohon sama kamu sekarang, tolong tinggalkan dia!"

"Tinggalkan dia kamu bilang?" tanya Ali sembari menarik hijab Rina, membuat wanita itu mendongak untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya.

"Dari pada aku meninggalkan dia, lebih baik aku yang menceraikan kamu." Ali melanjutkan ucapannya dengan nada geram, tanpa peduli bagaimana Rina merasa kesakitan.

"Kalau begitu kenapa kamu enggak menceraikan aku?" tantang Rina yang mulai lelah dengan perlakuan suaminya.

"Oh kamu mulai berani menantang aku sekarang? Oke. Aku pasti akan menceraikan kamu, setelah Papaku mengalihkan semua warisannya atas namaku."

"Jadi kamu bertahan bersamaku karena warisan?" tanya Rina tak percaya, ucapan suaminya begitu menyakitkan untuk ia yang selama ini berusaha bertahan.

"Tentu saja. Kamu pikir untuk apa lagi?" Mendengar ucapan Ali, yang Rina lakukan hanya menangis dan menangis tanpa bisa berbuat apa-apa kali ini.

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Where stories live. Discover now