Part 13

407 51 2
                                    

Part 13

Rian yang berada di pangkuan Ali kini mulai merasa tenang, bocah itu sudah tidak menangis lagi meskipun ekspresi wajahnya masih tampak khawatir dengan kondisi mamanya. Sedangkan orang tua Ali juga masih berada di tempat yang sama, diam-diam mereka memerhatikan Ali yang tengah merengkuh putranya di gendongannya, sesuatu hal yang bahkan tidak pernah mereka lihat sebelumnya.

Sedangkan perasaan Ali mulai campur aduk saat ini, terutama saat putranya itu begitu tenang di dalam dekapannya. Bukannya Ali merasa tidak bahagia bisa sedekat itu dengan putranya, hanya saja ada rasa bersalah yang tiba-tiba hinggap di hatinya, rasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Di tengah lamunannya itu, Ali dibuat tersadar saat sebuah pintu dari ruangan UGD terbuka, memperlihatkan seorang dokter yang baru keluar dari sana. Melihat itu, orang tua Ali langsung mendirikan tubuhnya dan menghampiri dokternya sedangkan Ali sendiri justru masih duduk di tempatnya, ia berpikir untuk apa menanyakan keadaan istrinya karena ia juga yakin bila wanita itu pasti akan baik-baik saja.

"Bagaimana keadaan menantu saya, Dok?" Papa Ali bertanya khawatir, sedangkan mamanya Ali hanya diam di sampingnya sembari mendengar penjelasan dokternya.

"Untuk saat ini kondisi pasien mulai stabil, tapi sayangnya ada kabar buruk yang harus saya sampaikan." Dokter berujar menyesal.

"Kabar buruk apa, Dok?"

"Kehamilan pasien tidak bisa dipertahankan." Mendengar ucapan sang dokter, Ali dan kedua orang tuanya sama-sama terkejut, sedangkan Rian yang tidak tahu apa-apa hanya diam mendengarkan.

"Maksud dokter, menantu saya keguguran?"

"Iya, Pak. Saya minta maaf harus mengatakannya, tapi sepertinya perut pasien sempat mengalami benturan keras, mungkin itu yang menjadi alasan kenapa kehamilannya tidak bisa bertahan."

"Begitu ya, Dok? Tapi kondisi menantu saya baik-baik saja kan sekarang?"

"Alhamdulillah, kondisi pasien baik. Tapi akan lebih baik kalau pasien dirawat satu malam untuk pemulihan, setelah itu pasien bisa pulang besok."

"Lakukan apapun yang terbaik untuk menantu saya, Dok."

"Saya mengerti, setelah ini pasien akan dipindahkan ke ruang rawat. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter tersebut lalu kembali masuk ke dalam.

"Iya, Dok. Terima kasih." Papanya Ali menjawab sopan lalu menatap ke arah Ali dengan tatapan tajam, sedangkan istrinya hanya bisa menghela nafas panjang lalu duduk di kursinya, tentu saja wanita itu merasa sedih karena harus kehilangan calon cucu keduanya.

"Ini semua gara-gara kamu, Ali. Awas saja kalau sampai kamu enggak minta maaf ke Rina, Papa enggak akan mau menganggap kamu sebagai anak lagi." Mendengar ucapan papanya, Ali seketika menurunkan Rian dari pangkuannya lalu mendirikan tubuhnya.

"Papa ngomong apa sih? Cuma karena Rina keguguran, Papa sampai enggak mau menganggapku sebagai anak? Yang anak kandung di sini aku atau dia sih, Pa? Selalu saja Rina yang Papa bela." Ali berujar tak terima, ia benar-benar muak acap kali papanya membela Rina.

"Papa membela Rina karena memang kamu yang salah, kamu sudah mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan wanita lain, dan sekarang kamu juga yang membuat Rina harus kehilangan calon bayinya." Lelaki itu terdengar sangat marah saat menghadapi putranya yang memang keras kepala.

"Kamu pikir semua sikap kamu itu pantas Papa bela? Ha?" tanyanya dengan nada yang sama, membuat Ali terdiam tanpa bisa membela dirinya.

"Sudahlah, Pa. Ini rumah sakit, enggak pantas kalau kita bertengkar di sini." Kini mamanya Ali yang berusaha menengahi pertengkaran mereka, tentu saja karena ia malu ditatap banyak orang yang berlalu lalang melewatinya.

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz