Part 20

589 48 1
                                    

Part 20

Setelah dari ruang HRD, Rina langsung bekerja dan memulai pekerjaan barunya. Dengan semangat ia berganti pakaiannya lalu mengambil peralatan bersih-bersihnya. Saat Rina menyapu di tempat para karyawan, ia melihat Dini mendirikan tubuhnya dan tersenyum ke arahnya, kedua tangannya mengepal ke atas seolah ingin memberinya semangat.

Rina seketika menganggukinya sembari tersenyum, di dalam hati ia sangat berterima kasih dengan teman lamanya itu, kepribadian dan kebaikannya tidak pernah berubah sejak dulu. Setelah Rina mengangguk, Dini kembali duduk dan melakukan pekerjaannya, begitupun dengan Rina saat ini.

Sebelum ini Rina diberitahu tempat-tempat mana saja yang harus ia bersihkan, dan kapan ia harus melakukannya. Karena hari sudah siang, ia harus membersihkan ruangan para pemimpin di jam makan siang, yang seharusnya dibersihkan sebelum mereka datang. Namun ia diingatkan kembali bila tempat pertama kali yang harus ia bersihkan adalah ruangan mereka, dan hal itu dimulai dari besok.

"Kamu office girl yang baru ya?" tanya seseorang dari arah belakang Rina, sedangkan Rina yang mendengarnya seketika menoleh dengan tatapan bertanya.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Rina yang diangguki oleh wanita tersebut.

"Iya, setelah kamu membersihkan tempat ini, kamu ke pantry ya terus buatkan Pak Reihan teh, tapi jangan terlalu manis, dia enggak terlalu suka yang manis."

"Pak Reihan itu ruangannya yang mana ya, Bu?" tanya Rina kebingungan, karena memang ia belum memiliki waktu untuk mengenali ruangan satu persatu.

"Yang ada tulisannya direktur utama, ada di sebelah sana tempatnya." Wanita itu menunjuk ke arah ruangan yang ia maksud, yang langsung Rina angguki setelah melihatnya.

"Iya, saya mengerti. Tapi kenapa enggak sekarang saja saya buatnya? Mungkin Pak Reihan butuh teh sekarang?"

"Pak Reihan itu sama seperti papanya, tidak suka minum teh terlalu pagi atau terlalu siang. Jadi kalau sekarang ya terlalu pagi, lebih baik kamu bersihkan dulu ruangan ini baru kamu buatkan Pak Reihan teh."

"Oh begitu? Ya, saya mengerti."

"Ya sudah, selamat bekerja ya?"

"Iya, terima kasih." Rina mengangguk sopan, di dalam hati ia bersyukur semua orang bersikap baik dengannya, tidak ada yang galak seperti pada ketakutannya.

***

Di dalam ruangannya, Reihan duduk di sofa yang memang sudah tersedia di ruangan papanya. Di sana ia memerhatikan beberapa file sembari menyenderkan punggungnya, kakinya sesekali bergerak seolah menunggu kebosanan, diam-diam Reihan menunggu tehnya datang yang biasa disediakan di waktu seperti sekarang.

"Kenapa belum ada yang mengantarkan aku teh? Apa OB di sini enggak tahu kalau hari ini aku datang menggantikan Papa?" Reihan menegakkan punggungnya lalu menatap sekitarnya, di mana masih ada debu di meja dan di perabotan lainnya.

"Sepertinya ruangan ini juga belum dibersihkan," gumam Reihan lagi dengan menghembuskan nafas panjangnya tanda rasa lelahnya. Sampai pada akhirnya suara ketukan pintu terdengar, menandakan ada seseorang yang ingin masuk, dan di saat itu lah Reihan menghembuskan nafas leganya, ia sempat berpikir tidak ada yang tahu dengan kehadirannya.

"Masuk," jawabnya sembari kembali fokus dengan pekerjaannya, karena akhirnya tehnya akan datang.

"Permisi, Pak. Ini tehnya, saya letakkan di mana ya?" tanya seorang wanita tersebut, tanpa mengetahui bagaimana Reihan tengah berusaha untuk sabar saat ini.

"Kamu letakkan saja di meja," jawab Reihan tanpa menoleh, sedangkan wanita itu hanya mengangguk dan melakukan apa yang Reihan perintahkan.

"Silakan diminum, Pak."

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz