Part 18

383 49 0
                                    

Part 18

Rina pulang ke kontrakannya dengan rasa bahagia tentunya, karena ia berhasil mendapatkan pekerjaan dari temannya. Rina langsung masuk ke dalam rumah berniat mencari bundanya, yang sepertinya tengah memasak di dapur belakang.

"Bunda," panggil Rina bersemangat.

"Iya, Rin. Ada apa?" Wanita itu menjawab lembut sembari menoleh ke arah putrinya yang tampak sumringah.

"Aku sudah dapat pekerjaan, Bunda."

"Oh ya? Kerja apa?"

"Cuma jadi cleaning servis sih, Bunda. Tapi enggak apa-apa lah untuk sementara waktu, nanti kalau ada pekerjaan yang lebih baik, aku bisa pindah." Rina menyunggingkan senyumnya yang diangguki oleh bundanya.

"Kerja apa aja enggak apa-apa, yang penting kan halal, jadi kamu harus tetap bersyukur." Bundanya menyunggingkan senyumnya yang diangguki mengerti oleh Rina.

"Iya, Bunda."

"Kamu sudah makan belum?"

"Belum, Bunda."

"Ya sudah kalau begitu sekarang kamu mandi, shalat, terus makan ya?"

"Oke, Bunda. Oh ya, besok kan hari Sabtu, biasanya Rian ada les di sekolahnya, rencananya aku mau lihat dia, Bunda mau ikut enggak?" tawar Rina.

"Iya, Bunda mau ikut. Sudah lama Bunda enggak pernah lihat Rian, Bunda kangen sama dia."

"Tapi kita enggak bisa menemui Rian, Bunda. Dia pasti akan dijaga mertuaku, dan enggak akan membiarkan kita bertemu." Rina berujar bersalah membuat bundanya merasa kecewa.

"Jadi Bunda enggak bisa peluk Rian?"

"Kalau Rian dijemputnya telat sih enggak apa-apa, kita bisa menemui dia sebentar. Tapi aku takutnya Rian dijemput tepat waktu, jadi mau enggak mau kita harus bersembunyi kalau mau lihat Rian." Rina menundukkan wajahnya dengan rasa tak karuan membayangkan dirinya hanya bisa bersembunyi untuk melihat putranya sendiri.

"Kamu yakin enggak mau bertemu dengan Rian? Atau sekedar memeluknya sebentar? Bunda yakin Rian pasti sangat merindukan kamu, Rin."

"Aku enggak tahu, Bunda. Aku juga sangat merindukan Rian, tapi posisiku terlalu sulit bila harus berhadapan dengan keluarga Mas Ali, apalagi Mama mertuaku."

"Tapi kamu harus menemui Rian, setidaknya dicoba dulu, supaya Rian juga enggak terlalu sedih karena jauh dari kamu." Mendengar ucapan bundanya, Rina seketika mengangguk menyetujuinya, ucapan bundanya itu memang ada benarnya.

"Iya, Bunda. Aku akan mencobanya besok, semoga aku punya kesempatan untuk memeluk Rian meskipun cuma sebentar. Karena aku sendiri juga enggak bisa setiap hari ke sekolahnya Rian, hari Senin sampai Jum'at aku harus bekerja."

"Iya, aamiin," jawab bundanya lembut.

***

Keesokannya, Rina dan bundanya menunggu di warung dekat sekolah Rian, mereka berniat menunggu bocah itu keluar dari gedung sekolah. Keduanya bahkan tak berhenti memerhatikan gerbang, berharap Rian datang dari sana yang memang sudah jamnya pulang.

"Sebentar lagi seharusnya Rian sudah pulang, Bun. Tapi kok belum ada yang jemput dia ya?" ujar Rina merasa ada yang aneh, karena tak mendapati mobil milik mertuanya atau mantan suaminya.

"Bukannya bagus ya? Jadi kita bisa menemui Rian kan?" jawab bundanya yang disenyumi oleh Rina.

"Iya, Bunda. Aku harap Rian segera keluar, aku enggak sabar mau peluk dia." Rina terus memerhatikan sekolah putranya itu, sampai pada akhirnya suara bel terdengar, menandakan para murid akan pulang.

Rindu Arti Bahagia (TAMAT)Where stories live. Discover now