Bab 45 - Rindu Yang Terlarang

7.1K 65 2
                                    

"Duh Maya, tenang aja, jangan grasa grusu gini, untung gak kena." Maya menarik napas lega, wajahnya terlihat pucat karena hampir saja mobilnya menabrak mobil yang melintas didepannya tadi.

Maya mengangkat tangannya meminta maaf, dia tak berani turun, dilihatnya pengemudi mobil yang hampir ditabraknya menurunkan kaca mobilnya, sekilas pengemudi itu terlihat seperti orang sangat, apalagi mobil SUV dibelakang mobil tersebut juga ikut berhenti, namun Maya menarik napas lega saat kedua mobil tersebut kembali berjalan.

Maya menenangkan dadanya yang bergemuruh hebat, bukan hanya faktor insiden tadi yang membuatnya terkejut, chat dari pria yang dirindukannya juga membuat hatinya bergemuruh tak karuan.

Maya mengambil hpnya, dibalesnya chat dari Anto, namun segera dihapusnya chat itu, Maya memutuskan untuk menelpon pria tersebut, sungguh tak sabar rasanya Maya mengetik pertanyaan apalagi kemudian menunggu jawabannya, Maya memencet nama Anto segera hpnya dalam mode panggilan, terlihat tulisan berdering pertanda kalau Anto sedang online.

" Ya dek, kamu dimana?" tanya Anto.

"aku segera menuju ke tempat kamu mas, kamu dimana mas." Jawab Maya.

"Aku di sini (Anto menyebutkan nama suatu tempat) nanti aku sharelok dek," ujar Anto.

"kamu kok tiba-tiba menghilang mas, kamu kemana mas, aku....aku khawatir banget." Suara Maya terdengar parau menyiratkan kegalauan dan kegundahan hatinya yang dipenuhi banyak pertanyaan.

"Panjang ceritanya dek, nanti mas cerita semua, dek Maya konsentrasi aja nyetir dulu ya, mas akan tunggu di sini." Ujar Anto dengan suara lembut seolah khawatir dengan Maya.

Maya menutup hpnya dan menyambungkan kabel charger, Maya mengambil tissue dari dashboard, perlahan diusapnya matanya yang berair, Begitu berat sepertinya beban kerinduannya terhadap pria yang tak seharusnya dia rindukan.

***

"Rasanya aku kok kenal dengan perempuan pengemudi mobil itu, kayak sosok Maya, eh ya juga, bukankah Adam memang terbang ke Surabaya hari ini, mungkin aja itu memang Maya, pasti dia antar Adam kan," Santoso menoleh kebelakang, namun yang dilihatnya hanyalah mobil SUV yang di tumpangi anak buahnya, mobil yang tadi hampir terlibat insiden tak terlihat di belakangnya.

"Pak ada telpon, dari pak Adam." Suara Dona sekretarisnya mengejutkannya.

Santoso mengambil hp dari tangan Dona, dan menjawab panggilan dari Adam.

"Udah sampe Surabaya Dam?" tanya Santoso

"baru mau naik pesawat, lu dimana bro udah sampe hotel." Jawab Adam.

"Lagi otw ke resort bro, eh ya istri kamu tadi antar ke bandara kan?" tanya Santoso lagi.

"Ya, emang kenapa bro?" Adam balas bertanya.

"pajero putih bukan? Tadi kayaknya aku lihat istri kamu saat mau keluar parkiran, papasan Ama aku." Jawab Santoso

"Ya bener Pajero putih, parkiran? Perasaan tadi di drop off point, eh bro, ini gue udah mau take off, nanti gue telpon lagi.." ujar Adam.

"Ok bro, semoga selamat sampai di tujuan, nati kita sambung lagi." Ucap Santoso mengakhiri pembicaraannya.

Diatas pesawat Adam menyimpan hpnya ke dalam saku jaketnya, keningnya sedikit berkerut, "Mengapa Maya malah masuk lagi ke parkiran? Pasti Santo salah orang kayaknya, Pajero putih kan banyak, lagian dia kan udah lama gak pernah ketemu Maya, pasti salah orang.." benak Adam.

Nissa yang duduk di samping Adam hanya diam memperhatikan bosnya yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu, Nissa tak berani bertanya karena khawatir dianggap kurang ajar dan sok ikut campur, Nissa pura-pura memejamkan matanya, namun telinganya masih awas mendengar setiap percakapan bosnya melalui telpon, dan dari pembicaraan barusan Nissa tahu kalau bosnya ini sedang berbincang dengan temannya, bukan denga istrinya.

Diary Seorang IstriNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ