BAB 42 - Kegundahan Maya

4.2K 42 0
                                    

Mobil taksi online yang ditumpangi Maya berhenti di lobbi apartemen, Maya merapihkan sejenak penampilannya melalui kotak bedak yang biasa dia bawa, Maya kemudian memberikan sejumlah tips pada pengemudi.

"Kan sudah dibayar melalui Aplikasi kak." Ujar sang pengemudi yang mengira Maya membayar ongkos.

"Itu buat bapak kok, terima kasih ya.." Ujar Maya.

Pengemudi taksi online, dengan wajah riang menerima tips yang besarnya lebih dari ongkos yang tertera di aplikasi.

Maya memasuki Lobbi Apartemen, hatinya sebenarnya ragu karena dia tak terbiasa masuk melalui pintu ini, biasanya Anto membawanya ke apartemen melalui basement parkir, Maya berjalan tergesa-gesa sambil menundukkan wajah, dia merasa tak nyaman memasuki apartemen ini, walau sebenarnya orang-orang yang lalu lalang disana tak ada yang peduli urusan masing-masing.

Maya segera masuk ke Lift, dan menekan angka lantai tempat unit apartemen Anto berada, selama di Lift maya terlihat gelisah, dia terus menggigit ujung kukunya sambil terus menatap angka yang tertera di atas, Maya merasa lift ini sungguh lamban bergerak.

Akhirnya lantai yang ditujunya tiba, Maya langsung bergerak ke luar dengan cepat, jalannya begitu cepat menyusuri koridor apartemen, tiba di pintu unit apartenen Anto, Maya segera memencet bel, berkali-kali bel itu dipencet, namun penghuni di dalam tak kunjung keluar, Maya mengulangi terus bahkan hingga mengetuk pintu, hingga tangannya sakit namun Anto tak kunjung keluar, Maya mulai putus asa.

Seorang Satpam tiba-tiba telah ada di belakangnya, Satpam itu menyapa Maya, "Selamat malam bu.."

Maya yang tak mengetahui kedatangan satpam tersebut menjadi terkejut, ternyata Satpam yang biasa dia jumpai di basement, "Maaf pak, penghuni apartemen ini kemana ya, saya dari tadi ngebel tapi gak ada sahutan."

"Ohh pak Anto maksudnya, beliau gak ada bu, sejak semalam beliau pergi terburu-buru." Jawab Satpam tersebut.

"Sejak semalam? Berarti pak Anto belum pulang sejak semalam." Tanya Maya lagi.

"Sepertinya begitu bu, kayaknya pak Anto juga gak bawa mobil, saya sih semalam lihat beliau naik taksi." Jawab Satpam tadi.

"Maaf, apa dia kasih tau pergi kemana pak?" Maya terus bertanya dengan nada semakin gusar.

Satpam itu seolah mencoba mengingat-ingat akan sesuatu. "Tadi malam sih saya sempat tanya, soalnya saya lihat dia terburu-buru kayak orang panik. Dia Cuma bilang mau pulang kampung, dan dia bilang nitip mobil." Jawab Satpam tersebut.

"Kaya orang panik? Panik kenapa..." Maya menunduk dan mengulang-ulang perkataan satpam tadi, Maya teringat kata-kata terakhir Anto, dia bilang mantan istrinya menelpon, "Apa...jangan-jangan.." ujar Maya dalam hati.

"Bu..maaf saya tinggal dulu ya." Ucapan Satpam tersebut mengejutkan lamunan Maya, segera Maya mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Maya menyenderkan punggungnya ke dinding apartemen, tubuhnya terasa lemas, hatinya berdegup kencang, pertanyaan demi pertanyaan berseleweran di benaknya, namun tak ada satupun pertanyaan itu yang bisa dijawabnya, hanya anggapan dan kemungkinan yang muncul dan membuat Maya semakin resah.

Maya mencoba menelpon kembali nomor Anto baik melalui whatsaap, atau telepon biasa, namun sepertinya hp Anto tidak aktif, Maya menghela napas, "Kamu kenapa mas, ada apa? Apa yang terjadi, pliss telepon aku mas..." Maya mengenggam hpnya, tiba-tiba hpnya bergetar, dengan sumringah Maya mengangkat kembali hpnya, namun seketika raut wajahnya menunjukkan kekecewaan, ternyata suaminya Adam yang chat.

"Yank kayaknya meetingnya gak bakalan lama, nanti aku jemput aja ya, pasti kamu bawa banyak belanjaan kan."

Maya teringat kalau sebelumnya dia beralasan ingin belanja bulanan pada suaminya, dengan gontai Maya melangkah meninggalkan apartemen Anto, Maya juga mengirimkan chat pada Anto.

Diary Seorang IstriOù les histoires vivent. Découvrez maintenant