Saling Curhat

8K 90 1
                                    

"Mil, gue kayaknya gak enak badan mil, tolongin gantiin gue ya, kayaknya gue mo pulang duluan." Ku lesu-lesukan wajahku.

"Kenapa say, lo sakit?" Mila meraba keningku, "anget sih, apa jangan-jangan lu.." Ujar Milla memperhatikan paras wajahku.

"paan sih lo, ya mil, tolongin sekali ini aja, pusing banget kepala gue." Ucapku.

"Ya say, ya udah lo pulang aja, perlu gue anterin?" tanya Milla

"Gak usah, gue bawa mobil, mas Adam kan ke Surabaya, jadi gue yang bawa mobil." Jawabku.

"Hmm gue tau, pasti sakit kangen nih cieee baru di tinggal beberapa jam aja udah kangen." Milla menggodaku.

"Andai semua itu bener Mil... gue gak kaya lo..beruntung lo Mil, suami lo sayang dan perhatian banget" aku hanya tersenyum menanggapi celoteh sahabatku itu. Untung saja Mila bisa menghandel.pekerjaanku, hingga pak Budi tidak keberatan saat aku minta izin padanya.

****

Di Toilet lobby aku memperbaiki riasan wajahku, ku perbaiki penampilanku hijabku dan juga pakaianku, duh rasanya aku seperti anak sma yang akan berkencan dengan pujaan hatinya.

Aku memberitahu mas Anto lewat chat, kalau aku sedang otewe, tak lama mas anto mengirimkan sebuah lokasi, kalau aku cek di peta jaraknya sekitar 9 km dari kantorku.

Mas Anto juga mengirimkan chat susulan, kalau dia menunggu di Alfa mart, aku kemudian menyimpan hpku di tas, tak lama kudengar lagi suara pangilan whatsapp.

Kulihat nama suamiku yang memanggil panggilan video, aku cukup gugup, aku tak pernah berbohong pada suamiku, aku takut kalau dia bertanya kenapa aku tidak di kantor.

Posisiku masih di toilet saat itu, aku lalu menjawab panggilannya, kulihat suamiku telah berada di kamar hotel, "Yank aku udah sampai nih baru cek in, kamu lagi apa?" tanya suamiku.

"Aku lagi di kantor yank, ini mau ke Bank, urusan kerjaan." Jawabku berbohong, duh ini pertama kali aku berbohong pada suamiku.

"Oh ya udah, yank kata orang kantor gajiku udah masuk, nanti kamu cek ya, kalau kamu mau beli apa pakai aja, aku mo tidur dulu yank, ngantuk banget tadi aku bangun pagi." Ujar mas Adam lagi.

Sedikit berdesir hatiku karena merasa bersalah membohongi Mas Adam, memang gajinya semua diserahkan padaku, sedangkan tunjangan dan fee yang dia dapat semua buat dia, itu sudah kesepakatan kami di awal pernikahan.

Gaji mas Adam lebih dari cukup untuk kebutuhan kami berdua, kartu kredit kantor dipegang oleh mas Adam, sedangkan kartu kredit pribadi semua kupegang.

Sebelum keluar aku menyempatkan diri ke ATM yang ada di samping kantor, aku cek memang benar gaji mas Adam telah masuk ke rekening, aku mengambil 10 lembar uang ratusan ribu sebagai pegangan.

Duh hatiku semakin berdesir, di satu sisi aku gugup akan bertemu dengan mas Anto, disisi lain aku merasa bersalah pada suamiku mas Adam, aku ada janji dengan pria lain, duh! Gimana ya.

"Sudahlah maya, pergi saja, bersenang senang lah, jangan hiraukan perasaan bersalahmu, liat saja suami kamu udah membuat kamu sakit kan.." suara hatiku mencoba menyemangatiku.

Kuhela napasku dan aku melangkah keluar dari Atm, di mobil kembali aku menguatkan niatku untuk pergi bersama pria yang membuatku berdebar beberapa hari ini.

***

Dibelakang kemudi, aku terdiam beberapa saat, sekilas keraguan menyelimuti hati kecilku, kutundukkan wajahku di atas kemudi, tiba-tiba suara ketukan kaca mobil membuatku menoleh, wajah petugas parkir kulihat disana, kuturunkan jendela mobil.

Diary Seorang IstriWhere stories live. Discover now