Serempak kericuhan santri berhenti, mereka kini menunduk dalam dengan mulut terkunci rapat. Sebelum kemudian menatap takjub penuh cinta pada pimpinan mereka. Orang tua kedua mereka.

Abah duduk di bangku kebesaran nya, matanya bergeliriya menatap ratusan santrinya. Begitupun dengan ummi, Fahri dan Fitria.

🍂🍂🍂

Pukul sebelas malam acara pengajian selsai, sengguk tangis bahagia masih saja terdengar, itulah abah ia mampu menyentuh hati setiap insan, patuahnya benar-benar merasuki kalbu, sehingga air mata santri turut menjadi saksi dalam perjuangan nya menegakan agama Islam.

Kesedihan barusan sekejap terlupakan dengan hiruk pikuk santri yang berebut makanan, mereka membentuk group untuk menyantap nasi tumpeng yang disediakan, berebutan tempat dan makanan adalah hal lumrah bagi para santri. Makanan selalu menjadi prioritas utama mereka dalam segala kondisi.

Sambil memperhatikan santri nya makan, ummi nampak mengusap lengan abah pelan. Ummi tau apa yang suaminya pikirkan dan rasakan saat menatap para santrinya.

Dimata abah dan ummi tersimpan rindu yang mendalam pada sosok yang sudah mereka anggap anak. Ini sudah tahun kedua dimana anak perempuan mereka pergi ke belahan dunia sana, tanpa kabar dan tanpa memberitahu keberadaan nya.

Hidup atau mati, sehat atau sakit, bahagia atau menderita abah dan ummi tidak tau pasti. Karna selain sulit dihubungi, anak perempuan mereka juga tidak bisa dicari,bukan tidak mau tapi itulah yang diinginkan kan nya.

Abah dan ummi mengerti, meski rasa kwatir terus menggerogoti tapi mereka hanya bisa memanjatkan doa, rasa sakit yang ditorehkan putra pertama nya mungkin cukup membekas dihati putri bungsunya sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengobatinya.

Tintin,

Suara klakson sebuah mobil yang berhenti didepan aula sedikit mencuri perhatian para santri, begitu juga dengan ummi, abah, Fahri dan Fitria serta ustad dan ustazah lain.

"Siapa? " Tanya abah pada salah satu ajudan nya.

"Boleh ana liat dulu abah?" Izin ajudan itu, abah mengangguk mengiyakan.

Sedetik kemudian ajudan itu kembali dengan wajah bahagia"Ustazah Farah pulang abah beliau sedang jalan kemari."

Seketika abah dan ummi berdiri, diikuti Fahri dan juga Fitria. Mereka serempak maju melihat seorang perempuan yang berbalut mantel abu hangat dengan gamis cadar dan kerudung berwana biru langit sedang melangkah memasuki aula. 

Perempuan itu membungkuk kala melewati para ustad dan ustazah serta santri yang tiba-tiba berhenti dari kegiatan makan mereka. Di jarak yang semakin dekat perempuan itu mengucap salam dengan senyum yang masih terpaut sama lembut dan tulus.

"Ummi? " Panggil nya setelah menyalami ummi Zulaikha. Ummi Zulaikha tak sanggup mengeluarkan kata,ia memeluk erat anak perempuan nya hingga tangis haru tak bisa lagi di sembunyikan.

Setelah puas, ummi melepas pelukan nya, memberikan kesempatan pada abah"apa Farah boleh memeluk abah?".

Abah mengangguk, kemudian merangkul anak perempuan nya sambil mengusap surai yang terbalut kain itu lembut.

"Farahdina Siti Zainab?" Panggil abah lirih, perempuan yang disebut namanya mengangguk samar.

Merasa jadi tontonan Farah menyelesaikan kegiatan menumpahkan rasa rindu pada orang tuanya. Kemudian melangkah mendekati sepasang suami-istri yang tengah saling merangkul itu.

"Bang Fahri? " Kekeh Farah seraya menyalami kaka laki-lakinya.

Kemudian Farah beralih pada sahabat sekaligus istri dari kaka laki-lakinya itu, "maaf."

Satu kata yang sukses membuat Fitria menubruk Farah dengan isak tangis yang hebat,Fitria mengangguk cepat seraya begunam diantara tangis dan rasa rindu nya.

"Makasih Far, kamu selalu menjadi alasan kenapa aku bisa sebahagia dan seberuntung hari ini." Ucap Fitria seraya menatap dalam manik sahabat nya yang bahkan masih setia membendung air dipelupuk mata.

Farah mengangguk, tidak ada lagi yang perlu dibahas tentang Dua tahun yang lalu. Sesuai janji nya dulu, saat Farah kembali bertemu dengan Fahri, Farah pastikan tidak ada lagi sepercik cinta selain hanya sebatas kepada saudara. Dan hari ini Farah benar-benar membuktikan nya.

Dan sepertinya Fahri pun begitu, terlihat dari sorot matanya yang tak lagi sama. Tatapan penuh cinta dulu pada Farah kini hanya tertuju pada Fitria.

Farah kemudian mendekat pada Faht dan Fifi, mereka begitu lucu sekarang, ah Farah rasanya sangat bersyukur karna tidak ada lagi yang bisa membuat ia teramat sangat bahagia selain melihat orang-orang disekitar nya bahagia.

Itu artinya apa yang Farah korban kan tidak sia-sia dan kisah sad ending hanya berlaku untuknya saja.

Terimakasih.

🍂🍂🍂

Hiks Alhamdulillah gaisss, akhirnya aku bisa up ekstra capt  cerita ini:)

Udah satu bulan loh kita tidak saling menyapa lewat kata yang biasanya dibaca ea, dan gak bisa dipungkiri juga ada setitik rasa rindu sama vote dan komen-komen kalian hihi.

Gimana-gimana puas gak nih aku up ekstra capt nya dua sekaligus? Kasih tanggapan dong plisss.

Satu kata aja gapapa, serius✌

Dah ah gitu aja, btw itu yang baca sama yang vote jauh ya angkanya wkwkw tapi gapapa, tetep makasih buat yang mau mampir apalagi yang nemenin sama vote dan komen makasih banyak pokonya.

Ti amo😘

Note :
Kabar baik nih gaisss kalo ekstra capt nya bener-bener rame sama vote dan komen, awal bulan April nanti aku akan up part pertama dari sequel cerita TAKDIR CINTA FARFALLAH ini:)

Ada yang penasaran sama judulnya end sinopsisnya gak?

100 spam komen disini aku kasih tau👉

Gracias❤

Takdir Cinta Farfallah( TERBIT ) Where stories live. Discover now