Ekstra capt 1

5K 301 15
                                    

  ~🍁Biarlah
Waktu yang menjawab kapan aku mampu melupakanmu, karna tentang ku dan tentang mu kini hanya sebatas tentang masalalu🍁~

_________________________________________



🍂🍂🍂

Senja baru saja singgah, memberi tanda bahwa hari kini sudah menginjak waktu sore. Seorang laki-laki dengan guratan lelah yang menghiasi wajahnya, kini tengah menaiki tangga rumah tiga lantai. Dari pertama masuk,selalu saja siluet pergerakan lincah perempuan berparas teduh dan lembut yang menyambut bayang-bayang alam bawah sadarnya.

Laki-laki itu tersenyum, menyapa rumah sepinya tapi kemudian seseorang mengulurkan tangan menatap dirinya penuh cinta. Satu detik hingga satu menit tangan nya masih terulur dengan senyum yang tidak pudar barang sedetik pun,laki-laki itu terkekeh kemudian maju mendekat untuk memeluk bayangan yang tiba-tiba menghilang.

Saat itu juga rasa sesak kembali menariknya sadar, laki-laki itu menunduk , menghembuskan nafas dengan balutan istigfar.

Setelah lebih baik, Laki-laki itu kembali menaiki tangga, didinding tangga itulah terpajang berbagai bentuk pigura yang didalamnya tersimpan poto dua manusia saling mencinta tapi tak bisa bersama.itu semua karna kebodohan nya yang soksoan mencoba mengorbankan rasa cinta hanya karna rasa kasihan.

Ternyata tidak peduli ia anak seorang kiyai terpandang, menyandang gelar S2 lulusan kuliah Turki dan Jerman saat dihantui rasa penyesalan ia akan tetap terpuruk dan kalut. Itu semua juga karna nafsu hingga tanpa berpikir panjang ia menikahi perempuan yang bahkan tidak ia cintai hanya karna sebuah penyelamatan, berharap ia bisa jatuh cinta tapi ternyata tidak, dari situlah munculnya keberanian untuk memupuk kebohongan.

Lalu kemudian datang padanya celah untuk kembali memperjuangkan cintanya yang berujung menyakiti semua orang. Sekarang ia benar-benar kehilangan apa yang sedari dulu ia cita-cita kan, membangun rumah tangga atas dasar rasa cinta dibawah payung perjuangan agama.

Tapi bodoh, jangankan untuk memperjuangkan agama memperjuangkan cinta nya saja ia gagal. Jangan kan membangun islam, membangun rumah tangga saja ia masih dikategorikan tidak becus.

Saat sampai dilantai tiga laki-laki itu membuka pintu sebuah kamar, seperti biasa wangi farfum khas perempuan itu selalu menyambut indra penciuman nya. Ia melangkah masuk, duduk di tepi ranjang, hingga bola mata nya bergeriliya mencari sesuatu yang bahkan ia tidak tau apa.

Hampa, dirinya benar-benar merasakan kekosongan sekarang.

"Permisi pak Fahri, ada yang bisa ibu bantu?" Tanya perempuan paruh baya diujung pintu, dia ibu Asiah.

Ya laki-laki yang tengah menatap boneka-boneka panda itu adalah Fahri, muhamad Fahri Fatahillah. Inilah rutinitas nya sejak ia berpisah dengan Farah. Fahri masih belum bisa menerima kepergian Farah, meski sebenarnya itu karna kesalahan nya sendiri. Ini sudah menginjak waktu satu bulan, dan Fahri sadar ia tak mungkin terus terpuruk di tempat yang bahkan tak lagi bisa ia tempati, ia tak ingin bodoh untuk kehilangan yang kedua kalinya, Fitria.

Fahri mengangguk dengan senyum yang dipaksakan"Bu tolong kemasi boneka-boneka panda ini kedalam dus besar karna nanti akan ada santri umi yang menjemput,  lalu tolong kumpulkan semua poto yang ada dirumah ini dan bawa ke belakang,mulai besok ibu tidak perlu datang lagi untuk mengurus rumah ini, karna Fahri akan menjualnya."tutur Fahri panjang lebar, saat berada di jarak beberapa meter dengan pembantunya itu.

Ibu Asiah hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian berlalu segera untuk menyelsaikan apa yang baru saja dipintai majikan nya.

🍂🍂🍂

Sekarang kisah dengan Farah akan benar-benar Fahri tutup. Mulai saat ini rasa cinta yang begitu besar pada Farah akan Fahri curahkan hanya sebatas kepada adik perempuan nya. Fahri sudah ikhlas dan semoga saja dibelahan dunia sana Farah juga melakukan hal yang sama.

Mata Fahri memanas seiring dengan terbakarnya lembaran poto di sebuah pembakaran dibelakang rumah. Kisah yang terpotret itu kini harus lenyap dengan kobaran api, Fahri terus melempar poto-poto dirinya dan Farah satu persatu hingga kini kenangannya benar-benar terkikis menjadi sebatas abu.

Setelah selsai Fahri melangkah masuk kembali kedalam rumah, bersamaan dengan senja yang benar-benar menghilang, hingga azan bersahutan dari mesjid satu kemesjid yang lain. Sekilas Fahri menatap pembantu dan santrinya yang tengah sibuk mengikat tali pada dus besar yang Fahri yakini di dalam nya itu boneka-boneka panda Farah.

Fahri menghampiri keduanya, menuntaskan urusan nya atas pemberhentian pembantunya. Terakhir Fahri menempelkan papan dengan tulisan RUMAH INI DIJUAL didepan gerbang coklat yang menjulang tinggi.

Lagi-lagi Fahri terkekeh pelan kala sebelumnya sempat terlintas di pikiran nya, bahwa rumah ini adalah saksi ia akan bahagia bersama Farah, meski pada kenyataan nya rumah ini hanya berbalut luka yang ia ciptakan terpaksa pada Farah. Saat bermimpi hidup bahagia bersama Farah,Fahri benar-benar melupakan pakta lain, pakta bahwa ia suami Fitria dan ayah dari Fath dan Fifi.

Ternyata Fahri memang seberengsek itu, kali ini sepertinya Fahri harus benar-benar bertaubat.

Fahri keluar mengunci pintu, berpamitan dengan ibu Asiah, kemudian memasukan koper besar ke dalam bagasi, koper barang-barang nya, sebelum akhirnya ia masuk memacu mobilnya keluar gerbang beriringan dengan mobil santrinya.

Larat santri abahnya.

Sekali lagi setelah menggembok gerbang, Fahri menatap rumah tiga lantainya yang mungkin dalam waktu dekat akan dihuni oleh pemilik yang baru.

Ikhlas sekali lagi Fahri harus ikhlas.

Saat akan memasuki mobilnya, sekilas mata Fahri bertatapan dengan mata seorang pemuda yang kini berdiri didepan rumah nya.

Pemuda itu sepertinya akan pergi salat jamaah di mesjid.

Fahri memaksakan senyum, tapi pemuda itu menatap nya dengan sorot mata yang tidak terbaca. Sikap bercandanya seolah sirna, Fahri tidak tau apa salahnya, tapi ia bisa melihat sepercik rasa marah dari pemuda itu.

Pemuda itu mendekat ke arah Fahri, Fahri diam menunggunya. Berpamitan atau saling menyapa dulu itu akan lebih baik bukan, ketimbang langsung pergi begitu saja. Tapi ternyata salah, karna pemuda itu melewatinya begitu saja, tanpa mengucapkan apapun.

Fahri menarik nafas dalam, sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam mobil dan berlalu.

Tintin.

Fahri mengklakson pemuda itu. Pemuda itu terperanjat dan mengumpat.

"Ko gue pengen nyekik tu orang ya, ya ampun kenapa harus dia yang ketemu duluan sama bu Farah, kenapa gak gue aja. Anjai gue nyesel lahir terlambat kalo jadi sadboy ending nya," Ucap pemuda itu dengan wajah yang memelas.

Sambil berjalan pemuda itu menyalakan ponsel nya, mencari aplikasi asisten google.

"Tips biar gak jadi sadboy?"lirih nya.

🍂🍂🍂

Eis belum selsai cus langsung ke ekstra capt 2 , tapi jangan lupa vote sama komen dulu gengs><

Yo ah yo gasken👇

Takdir Cinta Farfallah( TERBIT ) Where stories live. Discover now