57. ENGAGEMENT (END)

1.3K 53 3
                                    

Salsa berdiri di atas balkon kamarnya dengan hati dan pikiran yang berantakan. Bagaimana tidak? Dua hari lagi adalah hari pertunangannya dengan Marven. Hal yang sama sekali tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dikelas 12 akhir, ia harus bertunangan dengan orang asing, yah orang asing.

Tiba-tiba saja ia terkejut dengan suara Tama yang begitu keras. Terdengar papahnya itu seperti sangat marah. Dengan terburu-buru, ia berlari menuju ke bawah. Ia takut ada hal buruk yang menimpa papahnya itu.

"Kenapa, pah? Kenapa papah keliatan marah banget?" Tanya Salsa dengan wajah khawatir. Ia mengalihkan pandangannya kepada satu orang laki-laki yang sedang duduk di sebelah Erin. "Arbi?" Beo Salsa.

"Sini duduk dulu sayang," Erin tersenyum ke arahnya. Dengan segera Salsa mendekat dan duduk di sebelah mamahnya.

"Seberapa brengsek dia, Arbi?" Tanya Tama dengan wajah memerah.

"Kelakuan dia bener-bener nggak bisa ditoleran, Om. Seperti yang saya katakan tadi. Mungkin didepan Om, Tante, sama Salsa, kelakuan dia baik, lembut, dan lain sebagainya. Tapi kelakuan dia yang asli bener-bener lebih bejat dari iblis," jelas Arbi.

Salsa hanya menatap mereka dengan raut wajah kebingungan. Jujur saja, dia tak tau apa yang tengah dibicarakan oleh dua orang laki-laki ini.

Tama menghembuskan nafas berat. Ia mengusap wajahnya frustasi. Sepertinya masalah kali ini benar-benar sangat besar. "Perjodohan kamu sama Marven papah batalkan, Sa. Oh iya, Papah dengar kamu dilamar sama Revan empat hari yang lalu, bener?"

"Bener, pah," jawab Salsa ragu.

"Nanti malam kamu undang Revan sama Marven kesini," titah Tama.

Salsa menautkan kedua alisnya. Ia benar-benar bingung apa yang sedang terjadi sekarang. "Buat apa, pah? Dan kenapa papah tiba-tiba batalin perjodohan ini?"

"Ada hal yang mau papah bicarakan ke mereka berdua. Perjodohan ini batal karena ada suatu hal yang Marven lakukan dan kali ini kesalahan Marven fatal banget. Papah nggak bisa lanjutin ini semua. Satu hal yang papah sesali, menjodohkan kamu sama dia." Setelah mengatakan itu Tama beranjak pergi meninggalkan mereka semua.

"Mah, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa papah marah banget?" Tanya Salsa kepada Erin.

"Nggak ada apa-apa kok sayang. Kamu disini dulu ya sama Arbi. Mamah mau tenangin papah dulu." Erin menepuk punggung tangan Salsa dengan lembut sebelum ia benar-benar pergi dari sana.

Salsa menoleh ke arah Arbi. Ia menatap Arbi penuh tanya. "Apa yang Lo bilang ke papah, Bi? Kenapa papah bisa segitu marahnya sama Marven?"

Arbi mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa Lo gitu? Udah mulai suka sama Marven?"

"Yakali gue suka sama Marven. Gue cuma mau tau kenapa papah bisa marah gitu. Padahal dia orang yang mendukung penuh tentang perjodohan ini."

Arbi terkekeh pelan mendengar perkataan Salsa. "Dia marah karena tau kalau Marven bukan orang yang baik-baik. Mungkin ekspetasi tinggi dia tentang Marven hancur gara-gara sikap brengsek dia," ucap Arbi menduga-duga.

"Brengsek?" Tanya Salsa kebingungan.

"Ada hal besar yang nggak Lo atau keluarga Lo tau tentang dia."

* * *

Saat ini Revan, Marven, Salsa dan keluarganya tengah berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan lebih lanjut tentang masalah ini. Tatapan mata Tama saat ini benar-benar memancarkan ketidaksukaan kepada Marven.

"Maksud dan tujuan saya mengundang kamu dan Marven disini adalah mau membicarakan lebih lanjut tentang masalah yang baru saya ketahui baru-baru ini," ucap Tama membuka percakapan.

REVANZA (END)Where stories live. Discover now