23- SALSA MEMPUNYAI MUSUH?

554 50 4
                                    

Kehilangan, satu kata beribu makna dan rasa. Mungkin hanya terlihat satu kata singkat akan tetapi sangat menyakitkan jika dirasa. Kehilangan, aku sangat membenci hal itu!

_Revanza Arfandy Bratadikara

23- Salsa mempunyai musuh?

Suara decitan brankar di sepanjang koridor rumah sakit menggema. Revan, Arbi, Gilang, dan Saga ikut berlari disampingnya. Raut wajah mereka sangat terlihat khawatir apalagi Revan, laki-laki itu dari tadi hanya fokus melihat wajah pucat pasi gadis yang sedang terbaring di atas brankar nya.

"Bertahan sa gue nggak mau ngerasain kehilangan lagi. Gue mohon bertahan sa..." Batin Revan dengan terus menggenggam tangan Salsa.

Hati Revan sakit saat melihat perempuan yang selalu ada disampingnya, selalu menasehati dirinya dan selalu menghibur nya kini terbaring lemah dengan goresan luka di pipi serta bagian tubuh lainnya. Bibir Salsa yang biasanya berwarna merah muda kini berubah menjadi pucat. Manik hazel indahnya ia sembunyikan dibalik kelopak mata yang terus tertutup. Kini gadis itu terbaring lemah dengan bantuan oksigen yang terpasang di hidungnya.

"Bertahan sa" racau Revan saat para suster mulai memasukkan brankar Salsa ke dalam UGD.

"Mohon maaf mas tunggu diluar dulu karena dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pasien" salah satu suster memperingatkan Revan saat pemuda itu akan memasuki ruang UGD bersama Salsa. Raut kekecewaan muncul begitu saja pada wajah Revan. Dia hanya bisa pasrah mau tidak mau Revan harus menunggu di depan ruang UGD dengan perasaan cemas dan khawatir bercampur menjadi satu.

Mereka semua duduk di kursi panjang yang berada didepan ruangan UGD. Sesekali Gilang mengelus punggung Revan agar pemuda itu bisa sedikit tenang. Memang biasanya Gilang adalah seseorang yang bisa dikatakan tak bisa serius dan konyol. Akan tetapi di situasi seperti sekarang, Gilang berubah menjadi orang yang lebih dewasa dan mengesampingkan sikap recehannya yang biasa ia perlihatkan.

"Sabar bro dia di dalem pasti baik-baik aja secara kan dia cewek kuat" ucap Gilang dengan tak hentinya mengelus punggung Revan.

"Tapi kalau nggak baik-baik aja gimana Lang? Gue liat banyak banget goresan di pipinya" Revan menatap nya frustasi.

"Percaya sama gue Salsa baik-baik aja dia bukan gadis yang lemah asal Lo tau" Saga yang sedari tadi diam saja kini membuka suaranya.

Revan menatapnya tajam "Ya Lo mikir dong anjing!! Dia hilang, di temuin dalam keadaan berantakan, banyak luka goresan ditubuhnya, basah kuyup, apa masih bisa gue tenang aja kayak Lo? Nggak! Pikiran gue kacau men!!!" Sentaknya. Ia sangat tak habis pikir dengan Saga bisa-bisanya dia mengatakan hal itu.

"Tenang Van, semua yang ada disini juga khawatir sama dia. Jangan terlalu dipikirin nggak baik ntar malahan Lo stres sendiri" Arbi menepuk pundak Revan berkali-kali.

"Menurut kalian siapa ya yang bikin Salsa begitu? Apa dia punya musuh?" Gilang menatap mereka bergiliran. Tiba-tiba saja pikiran itu terlintas di otaknya, karena tidak mungkin jika Salsa melakukan itu semua sendiri.

Revan menoleh menatap wajah Gilang dengan intens "Musuh?" Tanya Revan yang langsung mendapat anggukan dari Gilang.

Belum sempat berbicara lebih lanjut mengenai siapa pelakunya dokter yang menangani Salsa lebih dulu keluar dari ruang UGD itu.

"Dengan keluarga pasien?" Sang dokter menatap mereka bergiliran.

Saga bangkit dari duduknya ia berjalan menghampiri dokter di ambang pintu "Saya Dok, saya sepupunya."

REVANZA (END)Where stories live. Discover now