06- TENTANG LUKA DAN RASA SAKITNYA

1K 203 13
                                    

"Kadang aku ingin memejamkan mata sejenak, bukan aku bosan hidup di dunia. Karena kita perlu menutup mata untuk hal-hal yang membuat kita sakit hati"

-Revanza Arfandy Bratadikara

06- Tentang luka dan rasa sakitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06- Tentang luka dan rasa sakitnya

Revan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Saat ini dia sedang diperjalanan pulang menuju rumahnya. Tadi dia terpaksa keluar karena mau membeli makanan untuk makan malam, pasalnya di kulkas rumahnya sama sekali tak ada bahan makanan yang bisa dimasak.

Revan membuka pintu rumahnya dan tiba-tiba dia melihat pria paruh baya menyambutnya dengan tangan bersedikap dada.

"BAGUS!! UDAH MULAI PULANG MALEM KAMU HAH!!!" Sentak Fero.

"P-papah udah p-pulang??" Tanyanya dengan terbata bata.

"Menurut kamu?! Jadi ini kerjaan kamu pas saya lagi ada kerjaan di luar, iya?! Keluar malem terus?" Fero menatapnya penuh amarah.

"N-nggak pahh aku tadi cuma-" Belum sempat melanjutkan perkataannya Fero terlebih dahulu memotongnya.

"Berani ngeles kamu?!" Fero kembali membentaknya.

"OHH JANGAN JANGAN KAMU HABIS MABOK?? ATAU KE TEMPAT HIBURAN MALAM, BERMAIN DENGAN WANITA WANITA MURAHAN DISANA???" Revan terdiam setelah mendapat tuduhan dari papahnya.

"JAWAB KAMU!!!" Bentaknya.

"Nggak pah, Revan habis beli makanan di luar. Soalnya bahan makanan dirumah habis" jawabnya dengan menunduk

"HALAH ALASAN!" Bantah Fero begitu saja.

"T-tapi beneran pa! Aku nggak bohong" Revan mencona membela dirinya.

"SINI KAMU!!!" Fero mengambil tongkat baseball yang ada di kamarnya dan menarik revan ke gudang.

"INI BALASAN BUAT KAMU!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Fero memukul Revan menggunakan tongkat baseball nya dengan keras.

"ARGHH SAKIT PAH!!" Revan menjerit kesakitan. Sungguh, tubuhnya seakan remuk saat ini.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Fero melayangkan Bogeman beberapa kali ke wajah Revan.

"S-sakitt pahh berhenti!!!" Sentak revan

"Tolong pah berhenti! Revan nggak pergi ke tempat tempat itu!!!"

"Lagian kenapa Revan. Kenapa cuma Revan?? Kenapa papah nggak siksa Bara juga?! kenapa nggak papah pukuli juga?? Padahal dia nggak pernah pulang ke rumah selama papah pergi!!!" Revan menatap sendu ke arah papahnya

REVANZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang