20- SAMPAI KE PELAMINAN

561 71 6
                                    

Terluka itu hanya sebuah proses agar kau lebih kuat menghadapi rintangan sebagai manusia. Boleh lelah asalkan jangan menyerah karena itu hanyalah sebuah kata untuk seseorang yang lemah”

_Revanza Arfandy Bratadikara

20- Sampai ke pelaminan

Kegelapan malam kembali menyapa, sang bulan telah menampakkan sinarnya. Gugusan bintang telah mengisi langit malam saat ini dan mereka terlihat sangatlah indah.

Salsa berdiri di atas balkon kamarnya. Dia mendongak menatap bulan dan jajarannya. Senyuman terus menghiasi wajah cantik gadis itu. Saat ini rumahnya terasa begitu sepi dikarenakan papah dan mamah nya sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan.

Saat tengah mengamati langit Langit malam tiba-tiba saja perutnya terasa nyeri karena belum makan sejak tadi. Dengan cepat ia keluar kamarnya dan menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Ia melangkahkan kakinya menuju dapur kemudian membuka pintu kulkasnya. Salsa terdiam sejenak saat melihat kulkasnya hanya berisikan buah buahan saja tak ada bahan makanan sedikit pun yang bisa ia masak.

"Aduh laper banget lagi mana nggak ada bahan makanan yang bisa dimasak di kulkas" Gumamnya seraya memegangi perut yang semakin perih.

"Yaudah lah gue beli nasi goreng depan komplek aja" ucap salsa setelah menutup pintu kulkasnya.

Dia berjalan menuju kamarnya untuk bersiap-siap, ia membuka lemarinya kemudian memilah-milah baju yang akan ia pakai dan pilihannya jatuh kepada cardigan mocca favoritnya. Setelah 2 menit akhirnya salsa keluar dari kamarnya pakaian sederhana melekat di badannya itu. Meskipun demikian dirinya terlihat cantik dengan rambut hitam panjang yang dibiarkan terurai begitu saja.

Dia keluar dari rumahnya kemudian menutup pintu rapat-rapat. Setelah itu ia melenggang pergi menuju penjual nasi goreng depan komplek, salsa lebih memilih jalan kaki dibandingkan naik motor dikarenakan dia bisa berjalan santai seraya menikmati sejuknya udara malam.

Sepanjang perjalanan salsa selalu menyapa setiap tetangga yang ia kenal. Senyuman manis selalu ia tunjukkan ke semua orang itulah mengapa dirinya sangat dikenali orang-orang komplek walaupun dirinya terbilang baru disini.

Setelah beberapa menit akhirnya ia sampai di penjual nasi goreng depan kompleknya.

"Pak nasi goreng satu es teh nya satu ya.." Teriak salsa seraya mendudukkan bokongnya ke kursi plastik yang telah tersusun rapi disana.

"Oke mbak. Mau makan sini atau dibungkus aja?" Tanya pedagang nasi goreng dengan sangat ramah.

"Makan sini aja pak" salsa tersenyum diakhir kalimat.

"Oke mbak ditunggu ya" setelah mengatakan itu ia langsung mempersiapkan pesanan salsa.

Salsa memperhatikan wajah sang penjual nampak sekali ia sangat senang saat dirinya datang dan membeli dagangannya. Senyuman tipis terus menghiasi wajah cantiknya.

"Mbak ngapain toh ngeliatin saya begitu?" Lamunan salsa buyar saat mendengar pertanyaan dari sang penjual.

"Hehehe nggak ada kok pak" jawab salsa sembari tersenyum kikuk.

"Oh kirain ada apa hehe" sang penjual ikut terkekeh kecil.

"Laku banyak hari ini pak?" Tanya salsa dengan nada lembut.

REVANZA (END)Where stories live. Discover now