27- SENGAJA MENGHINDAR?

517 49 6
                                    

Mungkin menjauhi mu adalah jalan terbaik saat ini. Mengalahkan rasa yang telah tercipta, mengalahkan ego yang ingin terus bersama karena tidak selamanya yang kita inginkan bisa kita dapatkan”

_Sagara Leano Arrega

27- Sengaja Menghindar?

Hujan turun dengan derasnya membuat Salsa hanya bisa diam di halte bus dekat sekolahnya. Tepat dua hari yang lalu dirinya telah diperbolehkan untuk pulang ke rumah karena kondisinya sudah membaik dan luka jahitannya pun telah kering jadi dia sudah bisa berjalan dengan baik.

Tadi pagi dia berangkat dengan diantar oleh Tama menggunakan mobil Ferrari hitam yang terlihat sangat mengkilat. Namun sialnya Tama tiba-tiba mendapat telfon yang mengatakan bahwa dirinya harus berangkat ke Denpasar karena suatu hal. Karena itu dia tidak bisa menjemput anak gadisnya dan membuatnya menunggu selama lebih dari 15 menit di halte.

Salsa berdecak, sedari tadi tak ada satupun taksi yang melintas didepannya, sebenarnya dia sangat malas menunggu apalagi dia cepat merasa bosan. Tadi dia sempat meminta Saga untuk pulang bersama akan tetapi Saga terus beralasan tidak bisa memberikannya tumpangan. Entah mungkin hanya perasaannya saja tapi akhir-akhir ini Saga menjadi berubah bahkan kerap menghindarinya semenjak kejadian dirinya diculik dan disiksa di toilet.

"waiting is so boring...." Gumamnya lirih.

Salsa menatap derasnya hujan sesekali dia menengadahkan tangannya menampung setiap air yang jatuh ke Bumi. Dia selalu merasa tenang saat hujan datang. Aroma air yang jatuh ke tanah sangat candu baginya, apalagi banyak orang mengatakan bahwa hujan identik dengan kenangan. Sekelebat bayangan wajah seseorang yang selalu ia rindukan kembali muncul. Senyuman manisnya selalu terbayang dipikiran Salsa.

"where are you now? I really miss you, my little friend..." Ucapnya parau. Dia kembali teringat dengan sahabat kecilnya.

Tiba-tiba Sebuah mobil BMW m8 berwarna silver metalik berhenti didepannya. Salsa hanya terdiam menatap pemilik mobil yang mulai membuka pintu dengan membawa payung ditangannya.

"Revan?" Gumamnya lirih.

"Kenapa belum pulang?!" Tanyanya sedikit berteriak agar Salsa bisa mendengar ucapannya dengan jelas.

"Nggak ada taksi lewat!" Sahutnya dengan nada lumayan tinggi.

"Harusnya Lo telpon gue tadi jadi nggak usah nunggu lama disini!!" Revan menatapnya tajam.

"Dih! Mana kepikiran bego!!" Sentaknya dengan ketus. Revan melangkah mendekatkan dirinya dengan Salsa. Dengan segera ia memberikan Hoodie hitam yang semula bertengger di pundak nya kepada gadis yang ada didepannya itu.

"Buat apa?" Tanya Salsa setelah menerima Hoodie yang Revan berikan.

"Pake biar Lo nggak kedinginan!" Ucap Revan dengan wajah datarnya.

"Nggak usah gue juga nggak ngerasa kedinginan kok" Salsa menyerahkan kembali Hoodie itu ke tangan Revan. Laki-laki berwajah dingin itu menerima Hoodie nya kemudian meletakan payungnya di tanah, sesaat kemudian ia memakaikan Hoodie tebal miliknya secara perlahan ke tubuh mungil Salsa.

Salsa mematung ditempat mendapat perlakuan seperti ini. Dia menatap pakaian hitam tebal yang kini menutupi tubuhnya. Aroma wangi musk menyeruak di hidung Salsa, dia menghirupnya dalam-dalam sungguh ini sangatlah menenangkannya.

REVANZA (END)Where stories live. Discover now