50- BERDAMAI DENGAN SEMUANYA

433 28 0
                                    

"Berdamai dengan diri sendiri dan keadaan itu lebih baik daripada bergelut dengan ego, pikiran, dan perasaan yang justru membuat kita semakin sakit kedepannya"

-Revanza story

50- Berdamai dengan semuanya

Rindangnya pepohonan membuat Revan bisa mengistirahatkan pikirannya sejenak. Beberapa fakta yang telah terungkap membuatnya kembali merasa bersalah atas semua yang terjadi. Terlebih lagi jika dia harus bertemu Salsa. Rasanya ia sangat malu, malu atas apa yang dia lakukan kepadanya, malu atas apa yang papahnya lakukan kepadanya.

Suara gemericik air sedikit membuatnya tenang. Disinilah dia berada, di danau terpencil yang hanya diketahui oleh dirinya dan juga Salsa. Tempat yang sangat sesuai untuk menenangkan pikiran.

"Revan?"

Sang pemilik nama menoleh ke sumber suara. Terlihat gadis dengan memakai cardy sweater nila dengan dress selutut berwarna putih. Tak lupa tas kecil yang terselempang dengan indah ditubuhnya dan sepatu sneakers dengan warna yang seirama dengan pakaian dan tas yang ia pakai.

 Tak lupa tas kecil yang terselempang dengan indah ditubuhnya dan sepatu sneakers dengan warna yang seirama dengan pakaian dan tas yang ia pakai

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Gadis itu tersenyum hangat kepada Revan. Ia berjalan mendekati Revan dan duduk disebelahnya.

"Gue udah cari Lo kemana-mana tapi ternyata Lo disini, haha." terdengar kekehan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Salsa, kenapa Lo ada disini?" Tanya Revan dengan suara serak.

Gadis itu adalah Salsa. Ingatannya telah kembali setelah dia tersadar satu hari yang lalu saat dirumah sakit.

Ia memperhatikan wajah Salsa dari samping. Cantik, hanya itu yang bisa mendeskripsikan gadis yang ada disebelahnya.

Salsa menoleh ke arah Revan. Ia tersenyum simpul ke arahnya. "Firasat gue bilang kalau Lo ada di danau ini, yaudah gue kesini. Sebenernya gue nggak mau apa-apa sih, cuma pengen aja ketemu sama Lo" ucapnya.

"Lo udah nggak marah sama gue?" Hanya itu pertanyaan yang ada di otaknya sekarang.

"Arbi udah jelasin semuanya ke gue. Dan gue rasa itu semua cuma kesalahpahaman. Sejujurnya, dari dulu gue nggak marah sama Lo dan mungkin gue emang nggak bisa marah sama Lo, gue cuma kecewa" tuturnya.

Revan tersenyum mengetahui itu.

"Gue tebak Lo masih banyak pikiran ya? Lo ngerasa bersalah atas apa yang terjadi 'kan?" Salsa menaikkan sebelah alisnya.

"Seperti biasa, tebakan Lo nggak pernah salah."

"Lo itu orangnya nggak enakan, dan kadang ngerasa bersalah walaupun Lo nggak salah itu ciri khas Lo, Van. Pikiran-pikiran jelek Lo itu yang menyebabkan Lo overthingking setiap ada masalah. Saran gue jangan berpikiran jelek tentang apapun itu dan kalau bisa hilangin aja dari dalam diri Lo."

REVANZA (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora